Pages

Tuesday, August 8, 2023

Masuk TK #Part2

Tahun pertama menjalani TK di Kelas A Cherry bersama Bunda Neng. Mula-mula pembelajaran dimulai dari rumah melalui zoom. Setiap pagi, Emir sudah siap didepan laptop. Walaupun suasana belajarnya sangat berbeda sekali dengan sekolah offline, tapi alhamdulillah Emir senang bisa bersekolah online. Pukul 7.30, satu per satu anak secara bergantian mengaji iqro bersama Bunda Neng melalui video call whatsapp. Setelah itu, sekitar pukul 9.00 pembelajaran pun dimulai melalui zoom sampai pukul 10.00 WIB. Agenda selanjutnya, ada kelas Tahfidz bersama Ustadz Hasan. Anak-anak mulai menghafal juz 30 dimulai dari Surah An Nas.

Saat itu, alhamdulillah saya juga sedang bekerja dari rumah. Jadi saya bisa membersamai Emir selama pembelajaran. Namun, ternyata banyak tantangannya belajar melalui zoom. Karena Emir termasuk anak yang tidak mudah beradaptasi di awal pertemuan, maka ketika pembelajaran zoom, kadang-kadang Emir kurang fokus mendengarkan dan merespon Bunda Guru dan Pak Ustadz. Emir juga masih malu bersuara lantang ketika menjawab pertanyaan Bunda Guru dan masih pelan ketika harus menghafal Surah Al Quran. Saya pun sering tersulut emosi karena melihat Emir seperti kurang antusias. Namun ketika ada sesi aktifitas mewarnai, menggambar, atau menulis, Emir alhamdulillah antusias mengikuti. Lama-kelamaan pun Emir sudah terbiasa sekolah dan tahfidz via zoom.

Selama pembelajaran daring, ada 3 sesi kunjungan Bunda Guru ke masing-masing rumah anak-anak. Saat sesi pertama, Emir masih belum menyetujui kunjungan tersebut, karena masih khawatir terhadap penyebaran virus Covid19. Namun, kunjungan sesi kedua dan ketiga, Emir ikut berpartisipasi dalam kunjungan tersebut. Akhirnya kedua kunjungan ini menjadi moment pertama Emir bersekolah secara offline.

Alhamdulillah,, mulai tanggal 29 November 2021, Emir dan teman-teman Khalifah sudah mulai Pembelajaran Tatap Muka. Walaupun belum full satu minggu ada disekolah, tapi anak-anak sudah senang datang lagi ke sekolah selama Senin, Selasa dan Kamis. Jadwal PTM terbatas ini mulai pukul 10.00 s.d. pukul 12.00 WIB.  Kegiatan membaca iqro tetap dilakukan dirumah melalui video call bersama Bunda Neng. Ketika memasuki pekan kedua, bulan Desember 2021, hari pembelajaran di sekolah ditambah 1 hari menjadi Senin, Selasa, Kamis dan Jumat. 

Saat Semester 2 dimulai, semakin banyak kegiatan seru yang dilakukan di sekolah. Salah satunya ada mini project yang dibuat ketika libur semester 1 dan dipresentasikan ketika minggu-minggu awal semester 2. Alhamdulillah waktu itu masih ada WFH jadi saya masih bisa ikut ke sekolah Emir untuk menonton presentasi mini projectnya anak-anak. Selain itu, ada kegiatan outing ke Kidzania di Jakarta. Ini adalah moment pertama Emir pergi jauh tanpa ditemani orang tua. Anak-anak menggunakan bus bersama Bunda Guru dan Pak Ustadz menuju ke lokasi outing. Emir bercerita kalau kegiatan ini seru sekali, tapi sayang tidak semua wahana dicoba karena kondisi yang sangat ramai. 

Seiring membaiknya kondisi masa Covid19 ini, anak-anak pun sudah mulai belajar full selama 1 minggu di sekolah. Walaupun ketika acara wisuda TK B, anak-anak TK A dan orang tuanya tidak bisa hadir di acara tersebut. Namun masih bisa menonton lewat zoom. Dan akhirnya 1 tahun pembelajaran di TK A sudah dilalui dengan berbagai cerita dan haru. Terima kasih Bunda Neng, Pak Ustadz dan bunda-bunda guru yang lainnya sudah membersamai Emir selama 1 tahun ini. Sampai jumpa lagi di cerita ketika Emir menjadi anak TK B ya.


Pattimura, 080823

Friday, July 21, 2023

Masuk SD

 17 Juli 2023

Hari ini merupakan hari pertama si Kakak masuk SD. Terharu rasanya melihatnya akan memasuki fase sekolah yang lebih serius dibandingkan dengan masa-masa TK. Beberapa hari sebelumnya, saya agak takut si Kakak terlambat berangkat ke sekolah karena waktu berangkatnya lebih pagi dibandingkan di TK dulu. Namun, saya sounding ke Kakak kalau mulai Senin nanti jam 6.30 WIB harus sudah siap berangkat. Jadi jam 5.00 s/d 5.30 WIB harus sudah bangun. Saya pun mulai menertibkan jam tidur malam. Sebisa mungkin jam 9.00 WIB sudah ada dikamar dan sudah tidur. Alhamdulillah hari pertama dilalui dengan minim drama. Si Kakak bisa bangun tanpa ada yang marah-marah (Bunda dan si Kakak). Adik pun bisa ikutan bangun cepat, sehingga saat saya mengantarkan si Kakak sekalian berangkat kerja, Adik sudah mandi. 

Saat berangkat mengantarkan si Kakak, saya sudah mulai merasa terenyuh. Ternyata anak saya sudah besar sekarang. Jam sekolahnya bakal lebih panjang (jam 7.00 s.d. 14.00). Waktu di sekolah juga akan lebih lama. Si Kakak akan bertemu dengan teman-teman baru, bu guru baru dan kegiatan baru. Pasti ada perasaaan khawatir tentang apakah nanti teman-temannya, guru-gurunya dan kegiatan di sekolahnya akan memberikan pengaruh positif kepada dia. Dalam hati saya berdoa, Ya Alloh,, semoga di sekolah ini, si Kakak akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk masa depannya, semoga si Kakak bertemu dengan teman teman, guru-guru yang baik, semoga lingkungan sekolah juga baik untuk si Kakak. aamiin

Saat mengantarkannya ke kelas, ternyata tidak ada orang tua yang stay di sekolah untuk menunggu anaknnya di hari pertama MPLS. Akhirnya saya pun hanya sebentar menunggu, melihat interaksi si Kakak dengan lingkungan barunya. Tak terasa air mata hampir jatuh,, merasa ternyata anak saya sudah besar. Saya pun pamit ke si Kakak dan berangkat ke kantor.

Setiap pulang kantor, saya sering mendengarkan si Kakak bercerita tentang bagaimana di sekolah. Ternyata saaat MPLS ada expo tentang ekstrakurikuler. Si kakak pun bercerita ingin ikut taekwondo, berkuda, panahan, tahfidz jll

Alhamdulillah

Wednesday, June 21, 2023

Masuk TK #part1

Sekitar bulan Mei 2021 ketika pandemi memasuki tahun kedua, saat itu pula anak pertama saya sakan memasuki usia 5 tahun. Dimana di usia ini adalah usia yang tepat untuk memasuki jenjang sekolah TK. Sebagai orang tua, kami ingin mendaftarkan dia ke sekolah TK. Namun, karena masih pandemi, ada keraguan juga apakah nanti efektif jika sekolah dengan metode daring. Sambil berfikir dan menimbang-nimbang, kami pun sambil mencari-cari TK di sekitar rumah yang sesuai dengan kriteria kami. Pandemi Covid-19 agak menghalangi kami untuk melakukan survey secara langsung ke sekolah-sekolah. Jadi kami mencari-cari info TK dari sosial media. Ketemulah satu TK yang lumayan dekat dengan rumah, TK yang sudah terkenal karena foundernya salah satu enterpreneur di Indonesia. Suamilah yang pertama kali menemukan TK ini. Kebetulan, saya pun tau si founder TK ini. Jadilah secara tidak langsung, hati kami sudah condong 50% ke TK ini karena si founder ini dan tagline dari si TK ini yaitu Tauhid dan Enterpreneurship. hehehe. Pas sekali dengan niat kami yang menginginkan anak-anak kami mempunyai tauhid yang kuat dan mempunyai jiwa entrepreneur seperti Rosululloh Solallahu 'Alaihi Wassalam. 

Singkat cerita, saya pun mencari akun instagram dan PIC TK tersebut. Alhamdulillah, kami mendapatkan informasi terkait penerimaan siswa baru TA 2021-2022 beserta biaya-biaya masuknya. Setelah itu, kami pun berkunjung ke TK secara langsung walaupun masih deg-degan ketemu orang luar. Kunjungan pertama, kami hanya bertemu dengan admin Tk. Sehingga kami tidak mendapatkan info secara detail tentang kurikulum dan value dari sekolah. Tapi secara garis besar, kami mendapatkan informasi terkait kegiatan sehari-hari di sekolah. 

Karena pandemi membatasi ruang gerak kami, maka kami pun tidak melakukan survey ke TK yang lain. Kami hanya mencari info sedikit tentang TK yang lain melalui sosial media. Kami pun melakukan kunjungan kedua ke TK yang kami pilih. Alhamdulillah, kali ini kami bertemu dengan Kepala Sekolah TK ini. Kami dijelaskan kurikulum, agenda dan semua kegiatan yang akan dilakukan anak-anak dalam satu hari selama satu tahun ajaran kedepan. Dari penjelasannya, saya pribadi merasa cocok karena disini ada kegiatan sholat dhuha, murojaah, mengaji iqro, dan banyak sekali kegiatan outing. Saya merasa anak-anak akan dikenalkan lebih dekat dengan agama melalui kegiatan-kegiatan tersebut. Selain itu, saya merasa belajar disini juga akan menyenangkan karena kegiatannya yang seru.

Sambil memantau jumlah kuota murid di TK tersebut, kami pun berdiskusi apakah anak kami akan mendaftar di TK tersebut. Akhirnya mendekati bulan-bulan Juni/Juli, kami pun mantap untuk mendaftarkan anak kami di TK tersebut. Ketika saya dan suami akan mengembalikan formulir pendaftaran dan membayar biaya masuk, saya dijalan terharu dan berkaca-kaca karena tidak percaya anak pertama kami akan memasuki lingkungan yang benar-benar baru. Lingkungan diluar keluarganya, tanpa pengawasan orang tuanya. Selama ini dia selalu dalam pengawasan saya, kecuali ketika saya bekerja. Saya berdoa dalam hati, Ya Alloh semoga sekolah ini merupakan sekolah terbaik untuk anak kami. Semoga di sekolah ini anak kami akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk bekal dia ketika besar. Ya Alloh, berilah anak kami lingkungan dan teman-teman yang baik, guru-gurunya baik juga. aamiin. Tak terasa air mata ini mengalir sedikit ketika membaca doa tersebut. Pokoknya terharu sekali sebagai ibu yang akan mengantarkan anaknya sekolah.

Setelah mendaftar, agenda selanjutnya adalah pengambilan seragam, perekaman sidik jari untuk mengetahui potensi anak, dan lain-lain. Ketika masuk bulan Juli, tahun ajaran baru pun akan dimulai. Karena angka penderita covid 19 masih tinggi, maka sekolah masih diadakan dengan mekanisme daring. Setiap hari Jumat (kalau tidak salah), kami harus mengambil bahan-bahan/buku-buku yang akan digunakan untuk satu minggu ke depan. Ternyata mendampingi anak sekolah daring banyak sekali tantangannya. Tapi saya bersyukur saat itu saya masih WFH jadi saya bisa mendampingi anak saya dalam mengikuti zoom sekolahnya. 

Mungkin cerita tentang persiapan masuk TK, sampai disini dulu. Next in syaa Alloh cerita tentang bagaimana anak saya mengikuti tahun-tahun pertama di TK.


-Pattimura 20, 210623-


Tuesday, June 20, 2023

Kemajuan Kemampuan Berbicara Safa

 Per hari ini, Safa sudah berumur 4 tahun 2 bulan. Seperti cerita di postingan sebelumnya, Safa bisa berkomunikasi dan mengucapkan 2 kata yang lumayan jelas ketika umur 2 tahun lebih. Beberapa bulan yang lalu, atau mungkin sekitar tahun lalu, Safa sudah meningkat kemampuan berbicaranya. Tadinya, dia belum bisa mengucapkan secara jelas huruf-huruf seperti L, S dalam suatu kata. Namun,, saat itu, Safa sudah pelan-pelan bisa mengucapkannya.

Dulu, ketika Safa memanggil kakaknya, dia memanggilnya mah Emih (seharusnya Mas Emir). Namun beberapa bulan yang lalu, Safa bisa memanggil kakaknya dengan menyebut Mas Emil. Safa juga sudah bisa mengatakan belum (sebelumnya beyum), bunda (sebelumnya nenti terus, sekarang ganti-ganti antara nenti dan bunda), dulu (sebelumnya duyu), dan beberapa kata-kata lainnya.

Sampai saat ini, kemampuan berbicaranya semakin bertambah. Semenjak mengikuti English Class bersama Miss Intan, Safa sudah bisa mengerti dan mengucapkan kata-kata bahasa inggris, berhitung angka dari 1-50 dalam bahasa inggris, mengerti warna-warna bahasa inggris, dan mengucapkan waktu dalam bahasa inggris. Dalam mengaji, Safa juga sudah masuk iqro jidil 2.  Alhamdulillah,, semoga semakin hari semakin pinter dan solehah ya nak...


Pattimura 20, Selasa, 200623

Toilet Training Safa

Urusan toilet training untuk balita memang menjadi tantangan tersendiri untuk seorang Ibu, khususnya saya. Semenjak anak pertama, urusan toilet training ini baru benar-benar dilaksanakan ketika anak pertama saya hampir memasuki usia 5 tahun. Hal ini terjadi karena saat usianya memasuki usia 3 tahun, saya sudah disibukkan dengan si adik yang baru lahir. Sehingga saya belum benar-benar fokus untuk melatihnya toilet training. Berbagai kemudahan yang saya dapatkan ketika anak pertama saya memakai diapers juga menjadi alasan saya belum memulai latihan toilet training. Alhasil karena 'keenakan' tersebut, saya tidak terpacu untuk memulai latihan untuk toilet training. Saya mulai terpacu untuk toilet training kembali karena anak pertama saya waktu itu sebentar lagi mau masuk sekolah TK. 

Hari-hari pertama tanpa diapers benar-benar menguji kesabaran. Walaupun si anak ini sudah bisa berkomunikasi dengan baik, tapi ternyata untuk bilang ketika mau pipis/pup masih sulit. Sehingga masih banyak kejadian yang pipis/pup di celana. Namun, alhamdulillah seiring berjalannnya waktu,, anak pertama saya pelan-pelan sudah lancar tanpa menggunakan diapers.

Beda anak tentunya beda cerita. Kenangan tentang perjuangan melatih toilet training untuk anak pertama membuat saya agak 'ketakutan' ketika mau toilet training untuk anak kedua saya. Saya berencana untuk memulai toilet training ketika usianya menginjak 3 tahun. Nha, ketika usianya kurang lebih hampir menginjak usia yang ketiga, saya tersadarkan bahwa inilah karunia dari Alloh SWT untuk saya. Jadi, saat itu ketika pagi-pagi bangun tidur, saya memperhatikan bahwa diapers anak saya yang dipake saat tidur masih kosong. Saya pun kembali memperhatikan untuk beberapa hari kedepannya. Ternyata setiap hari diapersnya masih kosong. Akhirnya saya pun mempunya ide, apakah ini waktunya untuk mencoba toilet training?, ucap saya dalam hati. Saya pun cerita ke suami tentang niat saya, alhamdulillah langsung di setujui. 

Keesokan malamnya saya mulai melepas diapers ketika anak kedua saya tidur. Paginya, alhamdulillah bersih tanpa ngompol. Saat malam juga tidak bangun meminta pipis. Trik lain yang saya lakukan adalah melakukan rutinitas sebelum tidur. Jadi saat sebelum tidur, anak-anak harus pipir dan gosok gigi terlebih dahulu. Alhamdulillah, anak kedua ini Alloh SWT mudahkan untuk lepas dari diapers. Ketika siang pun, anak kedua saya sudah bisa bilang pipis ketika mau pipis. Sehingga, dia langsung ke kamar mandi untuk pipir atau pup.

Ternyata setiap anak beda tantangannya ya bun,,, kemudahan-kemudahan ini tak lain dan tak bukan karena bantuan dan ijin dari Alloh SWT. Alhamdulillah,,,

Sekian cerita untuk Safa kali ini. Semoga bisa lanjut ke cerita-cerita selanjutnyaa....


diketik di Pattimura20, Rabu, 200623 pukul 9.48 WIB

Tuesday, September 7, 2021

Menyapih Safa

 Saat Safa memasuki usia 2 tahun, saya dan suami belum memutuskan untuk menyapih Safa tepat di usianya yang kedua. Mengingat tidak ada alasan yang mendesak untuk menyapihnya. Saya pun belum mau menyapih Safa karena masih sedikit teringat proses dan pasca menyapih Emir yang tidak mudah dan banyak tantangan. Saat Emir dulu,, saya memilih proses WWL untuk menyapih Emir. Dari 3 bulan sebelum usia nya 2 tahun, saya sudah sounding ke Emir bahwa Emir sudah besar dan nanti pas sudah 2 tahun tidak nenen lagi. Tapi saat waktunya tiba,, Emir pun tantrum,, teriak menangis dan tidak mau tidur. Akhirnya saya goyah lagi untuk menyusui Emir kembali. Kejadian itu terus terjadi sampai saya hamil anak kedua. Saat ini Emir belum bisa disapih. Ini bukan karena WWL nya yang salah, tapi karena saya yang mengimplementasikannya yang belum sempurnya. Sementara ibu mertua dan ibu saya langsung menawarkan sesuatu yang pahit untuk di tempelkan ke PD agar anak tidak mau nenen. Karena saat itu saya idealis, bahwa WWL adalah proses yang paling bagus untuk menyapih, maka saya menolak mentah-mentah segala bentuk pahit-pahit, plester puting, merah-merahin PD agar anak tidak mau nenen lagi. Tapi karena kondisi hamil, PD saya sudah tidak nyaman lagi saat Emir nenen, akhirnya saya pun menyerah menggunakan metode WWL. Saya menggunakan biji mahoni yang diberikan mama untuk di usap-usap ke nenen. Percobaan pertama Emir bisa tahan dengan rasa pahit itu. Ya wajar karena Emir doyan minum obat. Mungkin pahitnya masih bisa di toleransi. Saya lupa percobaan ke berapa baru berhasil,, tapi setelah berhasil pun saya masih kasihan melihat mata Emir yang masih menginginkan sangat untuk nenen. 

Walaupun proses menyapih Emir berhasil, ternyata ada tantangan ketika pasca menyapih. Emir jadi tidur lebih malam dari biasanya (karena saat masih menyusui, saya tinggal ngelonin Emir sebelum tidur). Saya pun ikut begadang dan sering saya tertidur duluan karena tidak kuat mengantuk. Sejak saat ini Emir dijaga sekali tidur siangnya agar malam bisa mengantuk. Tetapi tetap saja Emir tidur di jam 22.00 sampe 24.00 WIB. Sampai saat ini (usia 5 th) Emir masih belum menyuka tidur malam. Ketika disuruh tidur, selalu bilang belum mengantuk. Alhamdulillah karena mulai sekolah, jadi sekarang sudah bisa diajak tidur di sekitar pukul 21.00-22.00.


Nha,, kejadian itulah yang membuat saya belum memutuskan untuk menyapih Safa cepat-cepat. Namun, hal itu berubah ketika bulan Agustus ini, berat badan Safa masih stuck di angka 9 kg lebih. Kemudian Safa susah sekali makan. Akhirnya ayah mengultimatum saya untuk segera menyapih Safa. Kemudian saya baru sadar bahwa menyapih anak itu bukan hanya tentang kesiapan anak. Tapi lebih kepada kesiapan dari si ibu itu sendiri. Saya berkali-kali minta nanti saya menyapih Safa. Saya akan kehilangan moment proses menyusui dengan Safa, saya akan kehilangan kemudahan-kemudahan dari menyusui (saat menangis bisa diam setelah nenen, mudah menidurkan anak, mudah menidurkan kembali jika bangun malam-malam, dan kemudahan lainnya). 

Kemudian saya berfikir,, jika saya terus menyusui Safa sementara Safa tidak mau makan,, kan saya yang bersalah jika BBnya tidak bisa naik. Karena secara nutrisi,, Asi di usia 2 tahun sudah berkurang gizinya. Saya pun akhirnya sudah ikhlas,, ya memang sudah saatnya disapih mau bagaimana lagi. Saya membesarkan hati saya untuk ikhlas menyapih Safa. Akhirnya pada hari Jumat, tanggal 26 Agustus 2021, saya berniat untuk menyapih Safa dengan sepenuh hati. Saya pun baru pernah berdoa meminta Alloh SWT memudahkan proses menyapih Safa ini di waktu mustajab (sebelum salam) pada saat sholat malam atau sholat subuh waktu itu. 

Proses menyapih pun dimulai ketika Safa bangun tidur, saya sudah mengoleskan biji mahoni ke PD saya. Saat Safa mau nenen, mata saya berkaca-kaca, hati saya sedih sekali melihat mata Safa yang berbinar-binar mau nenen. Saat dia nenen,, raut mukanya berubah dan mulai melepaskan nenennya sambil mengecap ngecap rasa pahitnya. Dan surprisingly,, Safa langsung tidak mau nenen tanpa menangis tanpa mengiba si nenen itu. Dia pun minta air putih untuk menghilangkan rasa pahit tersebut. Ayah yang juga menyaksikan proses menyapih ini pun tidak tega dan hampir luluh. Kasihan Safa, katanya. Dia pun menyesal melihat proses menyapih ini karena membuat hatinya rapuh. 

Proses pagi berjalan begitu mudah, saya tidak melihat Safa memohon-mohon untuk nenen. Tantangan selanjutnya tiba ketika akan tidur siang. Saya tawarkan untuk menggendong Safa sebelum tidur. Dia pun akhirnya menangis meminta nenen saat dibaringkan ke kasur. Saya pun memberkan nenennya yg sudha di oles biji mahoni. Dia pun merasa pahit lagi dan akhirnya tidak mau nenen. Dan sejak saat ini sampai saya menulis di blog ini, Safa tidak pernah meminta nenen lagi. Sesekali saya tes, "Safa mau nenen?". Jawabnya tegas dan singkat, "Tak nak, nenen pahit" (dengan logat nya yang belum terlalu jelas)". 

Alhamdulillah,, proses menuju tidur malam pun tidak ada tantangan yang berat. Safa tetap ngantuk di jam-jam sekitar jam 8 sampai jam 9 malam. Sebelum tidur Safa sering minta di ayun-ayun dahulu dan diusap2 punggungnya sampai dia tertidur. Alhamdulillah Alloh SWT memudahkan proses menyapih kali ini.

Oiya,, ada lagi perubahan pasca menyapih yang saya rasakan. Sampai 2 mingguan setelah menyapih, alhamdulillah, setiap datang waktunya makan pagi, siang, malam, Safa lebih sering untuk menerima menu makanan yang ditawarkan dan lebih banyak memakan snack di waktu-waktu selain makan. Alhamdulillah ya ternyata proses sulit yang dibayangkan saat Emir belum tentu terjadi untuk Safa. Ini pelajaran berguna sekali untuk saya. Jangan memikirkan hal-hal yang sulit sebelum mencoba. Tetap berdoa dan berusaha agar  Alloh SWT memuahkan prosesnya. Alhamdulillah...


Jakarta, 7 Septembe 2021

Safa Sudah Mulai Belajar Mengucapkan Kata-kata

Sekitar Desember 2020,, saya ingat sekali kalau Safa sudah bisa melanjutkan suku kata terakhir dari sebuah kata. Di postingan sebelumnya saya bercerita bahwa Safa belum bisa mengucapkan kata dengan jelas kecuali kata maem dan nenen. Tapi saya tidak terlalu khawatir terhadap perkembangan bahasanya karena sedikit-sedikit nanti in syaa Alloh bisa (ucap saya dalam hati). Jadi walaupun di usia 20 bulan Safa belum bisa mengucapkan kata2 dengan jelas dan tidak bisa melajutkan suku kata terakhir dari sebuah kata, saya dan suami tidak menganggap itu speech delay. Alhamdulillah dalam bulan yang ke-20 ini tiba-tiba Safa bisa mengucapkan 'jah' jika Saya mengucapkan 'Ga,,,". Kemudian kata selanjutnya yang bisa dia ikuti adalah 'ta' dari kata Unta, 'yah' dari kata Ayah. Namun, ketika saya mengucapkan kata Bun....., dia belum bisa mengikuti dengan mengucap 'da'. 

Alhamdulillah,, saya senang sekali melihat perkembangan ini. Ini artinya Safa sudah bisa mengucapkan kata-kata. Proses ini mengingatkan saya pada proses berbicara Emir. Dulu pun pas Emir awal-awal belajar berbicara,, dia baru bisa melanjutkan suku kata terakhir dari kata yang saya ucapkan. Semakin kesini, saya semakin bertambah kosa katanya. Memasuki umur 2 tahun Safa sudah mulai mengucapkan satu kata walaupun pengucapannya belum terlalu jelas. Dia pun punya panggilan baru untuk Bundanya. Safa tidak memanggil saya Bunda melainkan Nenti. Awalnya dia mengucapkan nenti merujuk pada nenen. Tapi kok lama kelamaan, saat dia memanggil saya pun hanya kata Nenti yang diucapkan. Karena itu lucu, saya dan suami membiarkan Safa memanggil saya Nenti. 

Sampai umur 2 tahun 4 bulan, Safa sudah bisa mengucapkan kalimat yg terdiri dari 2 kata. Sekarang Safa sudah jelas mengucapkan Ayah, Mbah, Nenti, Ma Emih (Mas EMir), Ici Manih (isi kembali air minum), tunan cabit (bukan sabit), tonon (tolong), meng wawa (Kucing Safa), tak nak (ga mau), Wawa (Safa), Wawa duyu (Safa dulu), Wawa tuta (Safa juga), nak ini (mau ini), dan masih banyak yang lainnya. Oiya,, Safa juga sudah mulai bisa berdoa sehari-hari mengikuti Bundanya berdoa dan membaca akhir ayat dari surah-surah pendek.

Alhamdulillah,, semakin hari semakin pintar berbicaranya. Semoga menjadi anak yg solehah ya nak. Nanti tambah besar tambah pinter ngaji sama Mas Emir. Love you so much....

Jakarta, 7 September 2021