Pages

Monday, November 9, 2020

Hello and soon to say goodbye 2019!!!

30 Desember 2019
Hari ini di kantor iseng buka blog lagi. Ternyata postingan terakhir adalah tulisan tentang Aliran Rasa Bunda Sayang yang di post tanggal 31 Desember 2019 (tepat hampir setahun lalu). Tahun 2019 hampir berakhir, 2020 hampir datang. Setiap akhir tahun selalu merasa dan berkata, "wahh ga kerasa ya udah ganti tahun." Hmmm, benar secepat itukah melalui tahun demi tahun. Bahkan anggota baru yang lahir di tahun 2019 di keluarga kami pun belum sempat mampir untuk diceritakan di blog ini. Setiap akhir tahun begini, selalu merasa apa ya yang sudah saya kerjakan di tahun ini. Apakah secara pribadi sudah lebih baik, sudahkah target 2019 yang dituliskan di tahun 2018 sudah tercapai?

Duluuuu, duluu sekali saat masih muda, belum menikah, setiap pergantian tahun, yang dipikirkan atau yang di refleksikan adalah hal-hal dan target-target yang sebagian besar masih tentang ke-duniawi-an. Walaupun sebenarnya saya tidak pernah membuat target/resolusi secara tertulis. Tapi di dalam hati sering terbesit kan apa yang ingin dicapai di tahun selanjutnya. Sekarang, setelah menjadi istri dan ibu 2 orang anak, setelah kepergian ibu mertua yang mendadak, saya menjadi tersadar bahwa keluarga lah yang paling utama. Saya hanya ingin menjadi istri yang berbakti kepada suami, menjadi ibu yang baik untuk Emir dan Safa, membersamai tumbuh kembang mereka, menjadi anak yang berbakti pada orang tua, menjadi pribadi yang baik untuk orang-orang di sekitar saya. Bahwa saat ini saya hanya ingin membahagiakan mereka semua, menjadi lebih dekat dengan Alloh SWT dan Rosulullah Sollallahu 'Alaihi Wassalam.  Bahkan impian saya dari dulu yang ingin keliling Eropa pun tiba-tiba menjadi nomor sekian. Jika pun ada wishlist untuk bepergian, saya ingin bersama-sama keluarga kecil dan orang tua menjalankan ibadah umroh dan mengunjungi negerinyaMuhammad Al Fatih (idola saya untuk dikenalkan ke Emir) dan beribadah haji bersama suami saya.

Semoga Alloh SWT selalu membimbing saya, keluarga saya dan seluruh saudara muslim saya untuk selalu berada di jalan yang lurus. Semoga Alloh SWT memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua. aamiin


PS:
Ini postingan di akhir tahun 2019 yang ternyata belum dipost. Saya pun mempublishnya hari ini...


Welcoming Baby Safa!!

 Bismillah,,,


Sudah di penghujung tahun 2020 dan selama tahun 2019 ternyata tidak pernah menulis apapun. Jadi sudah hampir 2 tahun saya tidak menceritakan apapun di blog ini. Padahal banyak sekali moment penting yang terjadi di 2019 dan 2020 ini. Alhamdulillah hari ini iseng buka blog. Dengan laptop baru (dari ayah), semangat buka laptop pun jadi semakin besar. Tulisan pertama di tahun 2020 ini pun akan saya mulai dengan cerita kelahiran anak kedua saya, yang bernama Mahdiya Safa Bestari.


Tahun 2019

Bulan Maret tahun 2019, saya memulai cuti lahiran saya di minggu ke-35 kehamilan. Saya, suami dan Emir pun mudik ke Bumiayu dan Purwokerto sehari sebelum libur panjang bulan itu. Setelah libur panjang, suami kembali ke ibukota untuk menjemput rejeki. Saya dan Emir tetap di rumah Yangkung dan Yangti di Sokaraja, Purwokerto. Setiap weekend, ayah selalu mudik untuk bertemu dengan kami. Saya selalu berdoa agar saat lahiran nanti, suami pas bisa menemani. Minggu demi minggu pun saya lewati. Jadwal kontrol ke dokter kandungan pun sudah setiap minggu. Waktu itu saya kontrol ke dr. Amin, Sp.Og di RS Bunda Purwokerto. Beliau juga dokter kandungan waktu Emir lahir dulu. Saya tak mau pindah ke dokter lain karena saat lahiran Emir beliau menenangkan dan jahitannya pun alhamdulillah aman. Ternyata saat kontrol kandungan kehamilan kedua pun, beliau tenang sekali dalam memeriksa. Saat itu usia kandungan saya sudah masuk minggu ke-40 lebih 3 hari. Tapi si debay belum ada tanda-tanda kontraksi yang serius. Pernah sesekali mules, tapi kemudian hilang. 

Hari itu saatnya kontrol ke dr. Amin. Alhamdulillah minggu ini suami stand bye di Purwokerto selama seminggu karena ada libur kejepit saat pelaksanaan Pemilu. Jadi saat kontrol bisa ditemenin suami. Sebenarnya sebelum kontrol, ada sedikit kegalauan. Suami saat itu mengeluarkan opsi untuk melakukan operasi cesar karena sampe HPL belum juga lahir. Selain itu, opsi ini muncul juga karena suami baru membaca cerita seorang selebgram yang mencapai kehamilan usia 40 minggu, kemudian dia diinduksi sampai 3 hari, dan ujung-ujungnya tetap di operasi cesar karena tidak ada kemajuan pembukaan selama diinduksi. Karena pertimbangan it, pak suami jadi berfikir jika ujung-ujungnya harus dioperasi, kenapa dari awal saja tidak langsung operasi. Saya pun sedih dan bingung mendengar opsi itu. Suami juga takut jika harus diinduksi selama 3 hari, Emir akan lama bertemu dengan ibunya. 

Opsi ini pun kami sampaikan ke Bapak Ibu saya, mereka pun tau saya keberatan dengan opsi ini. Tetapi akhirnya mereka menyerahkan semua keputusannya ke suami sambil menunggu hasil rekomendasi dari dokter selepas kontrol hari ini.

Waktu Kontrol

Siang itu alhamdulillah bisa kontrol ke dr. Amin. Hari itu Kamis tanggal 18 April 2019. Saat menunggu antrian, ada orang yang baru masuk ke ruang bersalin. Dalam hati waktu itu, duh kapan ya ini bisa masuk ke ruang itu. hihi. 

Saat masuk ke ruangan kontrol, kami pun mengutarakan kegalauan kami dan opsi kami. Dan waktu itu saya benar-benar bersyukur memilih dokter Amin karena apa yang disampaikan benar-benar menenangkan. Saat kami bilang, "dok, ini apa langsung cesar aja?". Dokternya pun langsung bilang, "jangan dulu,, proses lahiran itu hanya ada 2, normal dan operasi. Kalau bisa diusahakan normal, ya kita usahakan. Ini sebenarnya sudah waktunya lahir. Jika belum mules, nanti kita induksi. Induksi pertama juga dengan obat yang diminum, jika selama 8 jam belum ada kemajuan kontraksi, maka nanti diganti induksi yang infus, jika tidak ada kemajuan juga maka nanti langsung tindakan operasi." 

Saya lupa-lupa ingat waktu itu apakah kami ngotot ingin langsung operasi atau tidak. Tapi setelah USG, dokter bilang kalau posisi janin sudah bagus, kepala sudah dibawah, posisi kepala juga sudah di panggul. Jadi sebenarnya tinggal menunggu gelombang cinta saja kapan mau datang. Akhirnya kami tenang karena masih bisa berharap untuk lahiran normal. Oiya, bukannya saya anti lahiran cesar atau menganggap lahiran normal lebih baik, tapi saya pribadi takut untuk menghadapi operasi dan bayangin perut saya di sayat. hihi.  

Alhamdulillah setelah kontrol tenang, suami juga tenang. Dokter hanya membuat surat pengantar untuk diserahkan ke dokter jaga di UGD untuk tindakan induksi jika sampai hari Minggu tidak ada gelombang cinta yang datang.

Alhamdulillah sekali,, Kamis malah menuju tengah malam, saya terbangun dari tidur dan merasa ada gelombang cinta yang datang secara rutin. Saya pun tidak bisa tidur setelah itu. Saya pun masih berbaring di tempat tidur karena sakitnya masih bisa saya tahan. Sekitar 1-2 jam kemudian, sakitnya sudah tidak bisa tertahan jika berbaring. Akhirnya saya keluar kamar dan berjalan memutari rumah untuk mengurangi sakit yang datang. Sampai kira-kira pukul 2.00 dini hari, saya pun mulai kesakitan. Akhirnya saya membangunkan suami, Bapa dan Mama untuk segera mengantar saya ke RS. Sampai di RS, dicek oleh Bidan ternyata sudah pembukaan 3. Alhamdulillah....

Setelah pemeriksaan singkat, saya di antar ke ruang bersalin. Saya masih bisa berjalan ke toilet saat itu. Bapa Mama kembali ke rumah untuk mengambil barang-barang yang dibutuhkan. Saya ditunggu suami saat merasakan nikmatnya gelombang cinta yang datang. Sakit yang datang saat ini masih bisa saya tahan dengan berdiri. Suami ikut berdiri sambil mengelus-elus punggung bagian bawah saya untuk mengurangi rasa sakitnya.

Ternyata di ruang bersalin ini ada 2 ibu yang sedang menunggu bayinya lahir. Salah satunya ada ibu yang tadi siang saya lihat masuk ke ruang bersalin. Berarti sudah 12 jam lebih ibu itu diruang bersalin dan sampai saat saya di ruang bersalin, bayinya belum juga lahir. Ibu yang lainnya pun teriak menahan sakitnya gelombang cinta. Ternyata ada orang lain yang lahiran dalam ruang bersalin bisa mempengaruhi kondisi psikologis saya. Apalagi saat mendengar bunyi jeritan, saya jadi semakin takut jika proses lahiran saya akan lama. Akhirnya suami meminta perawat untuk menutup pintu ruangan kami. Sehingga saya bisa fokus dengan sakit yang saya alami.

Lama kelamaan, sakit yang saya rasakan semakin intens dengan jeda yang sebentar. Saya pun sudah tidak kuat berdiri. Saya pun berbaring untuk menahan mengejan. Karena, mengejan sebelum pembukaan sempurna akan membuat jalan lahir jadi merah/sakit/kering (saya lupa efeknya). Intinya tidak boleh mengejan sebelum pembukaan sempurna. Padahal ya setiap mules datang, rasanya ingin mengejan. Jadi sebenarnya bukan mulesnya yang membuat kesakitan, tapi menahan mengejan itu yang butuh perjuangan. 

Setelah sekitar berapa jam menahan mengejan, tiba-tiba saya merasa ada yang pecah di bagian jalan lahir. Rasanya seperti balon berisi air yang pecah. Karena saya merasa langsung banyak air yang keluar. Saya pun merasa jangan-jangan ini ketuban pecah. Suami langsung meminta Bidan memeriksa. Ternyata benar air ketuban saya pecah dan alhamdulillah sekali pembukaannya sudah sempurna. Masya Alloh Alhamdulillah. Akhirnya saya dibawa ke meja bersalin (itu lho tempat tidur yang khusus untuk ibu mengejan. jadi ada tempat untuk mengangkang kaki di kanan dan kiri). Sampai meja bersalin pun saya masih belum boleh mengejan, padahal rasanya Ya Alloh udah pengen mengejan. Saya sampai hampir tidak kuat untuk menahan tidak mengejan. Alhamdulillah tiba-tiba dokter Amin yang sedang menemani ibu sebelah lahiran, tiba-tiba datang ke saya dan saya pun disuruh mengejan. Alhamdulillah wa Syukurillah, saat mengejan kedua kalau tidak salah, bayi perempuan saya lahir dengan sehat dan selamat. Dede bayi lahir di hari Jumat, 19 April 2019 sekitar pukul 6.30 WIB. Bayi itu kami beri nama Mahdiya Safa Bestari di hari ketujuh dia lahir. 

Moment kelahiran selalu menjadi moment paling haru untuk saya. Saya masih ingat hari dimana saya melihat anak pertama saya lahir kedunia, rasa harunya sama seperti saya melihat pertama kali anak kedua saya. Puji syukur tak henti-hentiya saya panjatkan kepada Alloh SWT atas limpahan karunia yang diberikan. Proses lahiran yang tidak panjang, suami yang menjaga selama proses lahiran dan dokter yang menenangkan selama proses hamil dan lahiran.

Tim Bidan dan Perawat langsung membersihkan bayi saya dan segera memberikan kepada saya untuk proses IMD. Selama proses IMD, dokter menjahit luka sobekan di jalan lahir. I was enjoyed the process of IMD. Suami juga tak lupa mendokumentasikan moment IMD itu. Alhamdulillah debay nya bisa menemukan puting walaupun ASI nya belum keluar saat itu. Asi baru keluar saat malam menjelang dini hari saat kami sudah mulai luluh untuk memberikan sufor kepada dede bayi. 

Alhamdulillah cerita panjang soal kelahiran anak kedua mungkin sampai disini dulu. Semoga selanjutnya bisa konsisten menulis disini. Semoga cerita ini dapat menginspirai.


Terima kasih...