Pages

Saturday, October 13, 2018

Aliran Rasa Game Level 11 "Fitrah Seksualitas"

Buat saya, ini game paling seru. Karena apa?? Karena ada yang beda dari game sebelumnya. Apa ya yang beda? Jadi game ini bukan hanya mempraktekan teori bersama anak kita, tapi kali ini, kami harus presentasi. Waaww,, pas pengumuman sempet kepikiran, kaya gimana ya presentasi lewat wa. Eh tapi kok deg degannya sama kaya presentasi langsung. Hihihi.

Tantangan presentasi ini tentunya adalah dari 10 kelompok, tema yang ditentukan hanya 1 yaitu tentang fitrah seksualitas. Tentu saja masing-masing kelompok diberi keluasan untuk memperluas bahasan dari sisi mana saja. Yang menbuat kami tambah deg degan adalah materi yang kami siapkan sama dengan kelompok sebelum kami. Otomatis, kami harus gerak cepat kan ya untuk mencari sub tema lainnya. Dan itu terjadi pada kelompok saya, kelompok 4. Sub tema yang kelompok kami sepakati sama seperti kelompok 3. Alhamdulillah waktu itu ada jeda hari minggu untuk mencari materi yang lain. Alhamdulillah presentadi kelompok kami lancar.

Selama game ini, setiap malam grup rame bergantian presentasi. Saya pun mendapat materi yang cukup banyak tentang fitrah seksualitas. Alhamdulillah... Tinggal menunggu game 12 ni. Semangat...

Friday, October 5, 2018

Hari 15 "Mempraktekan Kebersihan Reproduksi"

Saat presetasi kemarin ada 1 kelompok yang membahas tentang kesehatan reproduksi dimana salah satu materinya yaitu:
Cara membersihkan alat kelamin:
🌟Membersihkan kelamin laki2:
Bayi/anak  :
- bersihkan lipatan dibawah buah zakar
- Bersihkan penis dengan menarik kulup ke arah pangkal penis secara perlahan, bersihkan pula lemak (smegma) yg keluar dr kulup
- bersihkan selangkangan
- bersihkan bokong dr arah depan ke belakang

Sejak mendapat materi ini, Bunda berusaha jika mengganti diapers Emir, menggunakan air untuk membersihkan alat kelaminnya dan mempraktekan materi di atas. Seperti hari ini, setiap akan tidur Emir mengganti diapersnya. Sambil main air, Bunda membersihkan alat kelamin Emir sesuai materi di atas. Semoga dengan begitu kesehatan alat reproduksi Emir bisa terjaga. Aamiin

Thursday, October 4, 2018

Hari 14 "Mulai Mengenalkan Emir bahwa Ada Bagian Tubuh yang Tidak Boleh Dilihat"

Hari ini Emir dan Bunda ikut Ayah menginap di hotel selama beberapa hari karena Ayah ada acara disini. Saat Ayah mau berangkat keruang rapat, Emir tidak mau ditinggal. Dia minta ikut Ayahnya. Bahkan ketika Ayah sedang buang air kecil ditoilet, Emir mendorong-dorong pintu minta dibuka hanya untuk ikut Ayah. Wahh,, kebetulan ni ada materi di fitrah seksualitas bahwa anak kecil perlu dilatih agar tidak melihat aurat orang tuanya. Sepertinya Emir sudah perlu di beri pengertian pelan-pelan.hihi

Akhirnya Bunda bilang ke Emir, "Emir, Ayah sedang buang air besar. Emir tidak boleh masuk ya. Malu kan". Mungkin Emir belum begitu paham kenapa tidak boleh masuk atau kenapa malu. Tapi semoga ini langkah awal untuk mengenalkan Emir bahwa ada bagian tubuh yang tidak bisa dilihat orang lain.

Wednesday, October 3, 2018

Hari 13 Sharing tentang Implementasi Fitrah Seksualitas"

Setelah selesai semua kelompok untuk presentasi, Bunda pun mulai berfikir apa ya yang akan Bunda lakukan untuk melanjutkan tugas individu di hari 14-15 ini.

Hari ini saya makan siang bersama Mumu. Dia salah satu yang mengenalkan saya dengan IIP. Kami sama-sama aktif mengikuti kelas Bunda Sayang. Saya di Depok dan dia di Tangsel dengan batch yang lebih awal. Siang tadi Mumu bercerita bahwa anaknya (sebut saja F) yang sudah berusia 4 tahun lebih mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengan Ayahnya. F mulai banyak bermain atau menonton tayangan yang sudah kelaki-lakian yang tentunya sering didampingi oleh Ayahnya. Mumu pun melanjutkan dan bertanya kepada saya, "sudah dapat materi fitrah seksualitas kan?" Saya jawab sudah. Jadi  alhamdulillah bisa nyambung maksud cerita Mumu merupakan tahap-tahap dalam fitrah seksualitas.

Saya pun bertanya, "Bukannya tahapan fitrah seksualitas dimana anak laki-laki dekat dengan Ayahnya itu di usia 7-10 tahun?“. Mumu pun menjawab bahwa ya mungkin teori idealnya seperti itu, tapi menurut pengalaman dia, usia 4 tahunan sudah mulai terlihat kecenderungan itu. Dia pun menambahkan bahwa peran dia sebagai ibu perlahan-lahan memang sudah menunjukkan tentang empati dan kasih sayang kepada F.

Cerita lainnya, saat itu Mumu sedang berada di Mall bersama Pupu dan F. Tiba-tiba F melihat gadis ABG yang berpakaian kurang tertutup. F pun tiba-tiba berlari ke belakang Mumu dan spontan bilang, "F malu Mu, F malu melihat tante itu." Saya yyang mendengar pun amazed. F benar-benar sudah paham mana yang boleh dilihat dan boleh tidak. Saya pun langsung menanyakan bagaimana cara membentuk agar anak bisa seperti itu. Mumu menjelaskan bahwa pendidikan dirumah memang penting. Dia sudah mulai mengenalkan bagian tubuh mana yang boleh dilihat dan tidak boleh dilihat. Mumu pun selalu bilang malu ketika dia harus membuka bagian tubuhnya untuk berganti pakaian.

Alhamdulillah, tak terasa sudah larut malam ini menulis. Ternyata obrolan iseng saat makan siang bisa juga berbobot. Terima kasih sharingnya Mumu. Sekarang saya sudah tak sabar melatih Emir tentang fitrah seksulitas. wa'alaikunsalam

Tuesday, October 2, 2018

Hari 12 Reviu Kelompok 10 "Pendidikan Fitrah Seksualitas oleh Single Mom"

Tadi malam jadwal kelompok 10 menyampaikan presentasinya. Sayang sekali malam tadi saya tidak bisa menyimak secara langsung presentasi yang disampaikan karena harus menemani Emir bermain. Saya baru sampai rumah sekitar pukul 19.30 WIB karena sepulang kerja harus ke kontrol ke dokter kandungan untuk kontrol kandungan saya. 

Sesampainya rumah, saya langsung membersihkan diri kemudian menemani Emir bermain. Akhirnya hari ini saat di kantor sedang longgar, maka saya baru membaca presentasi dan diskusi yang ada di grup. Kelompok 10 ini merupakan kelompok terakhir dalam rangkaian presentasi di game level 11 ini. Mereka mencoba mengangkat tema yang mungkin jarang dibicarakan yaitu "Pendidikan Fitrah Seksualitas oleh Single Mom". 


Sebagaimana telah disampaikan oleh kelompok-kelompok sebelumnya bahwa fitrah seksualitas ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan anak pada Ayah dan Ibu. Ayah dan Ibu harus benar-benar mengambil peran dalam pendidikan seksualitas ini, mereka adalah kunci dari masa depan anak. Oleh karena itu jika Ayah dan Ibu ada disaat yang tepat, akan membangun kedekatan sesuai dengan kebutuhan anak disetiap rentang usia nya (0-2th, 3-6th, 7-10th, 10-14th) adalah menjadi suatu keharusan.

STRONG FROM HOME! Kelompok 10 menjelaskan bahwa dari Ayah dan Ibu lah anak-anak diberikan pendidikan bagaimana ciri-ciri lelaki sejati dan perempuan sejati, bagaimana seorang lelaki harus bersikap, bagaimana perempuan harus berperangai. Dari Ayah dan Ibu lah diceritakan kisah tentang kaum Nabi Luth yang dahulu di azab Allah sehingga takkan timbul kaum homoseksual. 

Dari Ayah dan Ibu lah tercipta suasana menyenangkan saat bermain bersama, berbincang bersama, makan bersama sehingga anak meningkat rasa kasih sayang dan percaya dirinya, contoh terdekat dari keluarga Pak Dodik dan Ibu Septi. 

Namun, di dunia ini ternyata Allah juga mentakdirkan seorang anak yang tidak memiliki orang tua yang lengkap, hanya Ibu atau Ayah saja.

Sebelum membahas lebih dalam, kelompok 10 mencontohkan rahasia kecil yang dimiliki keluarga Bu Septi dan Pak Dodik:
1. Anak-anak adalah jiwa yang merdeka, menghargai mereka adalah suatu keniscayaan

2. Anak-anak sudah diajarkan tanggung jawab dan praktek nyata sejak kecil melalui project. Seperti yang saya bilang tadi, di usia 9 tahun, anak-anak Ibu Septi sudah diwajibkan untuk punya project yang wajib dilaksanakan. Mereka wajib presentasi kepada orang tua setiap minggu tentang project tersebut.

3. Meja makan adalah sarana untuk diskusi. Di sana mereka akan membicarakan tentang ‘kami’, tentang mereka saja, seperti sudah sukses apa? Mau sukses apa? Kesalahan apa yang dilakukan? Oh ya, keluarga ini juga punya prinsip, “kita boleh salah, yang tidak boleh itu adalah tidak belajar dari kesalahan tersebut”. Bahkan mereka punya waktu untuk merayakan kesalahan yang disebut dengan “false celebration”.

4. Rasulullah SAW sebagai role model. Kisah-kisah Rasul diulas. Pada usia sekian Rasul sudah bisa begini, maka di usia sekian berarti kita juga harus begitu. Karena alasan ini pula Enes memutuskan untuk kuliah di Singapura, ia ingin hijrah seperti yang dicontohkan Rasulullah. Ia ingin pergi ke suatu tempat di mana ia tidak dikenal sebagai anak dari orang tuanya yang memang sudah terkenal hebat.

5. Mempunyai vision board dan vision talk. Mereka punya gulungan mimpi yang dibawa ke mana-mana. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat, mereka akan share mimpi-mimpi mereka. Prinsip mimpi: Dream it, share it, do it, grow it!

6. Selalu ditanamkan bahwa belajar itu untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari nilai

7. Mereka punya prinsip harus jadi entrepreneur. Bahkan sang ayah pun keluar dari pekerjaannya di suatu bank dan membangun berbagai bisnis bersama keluarga. Apa yang ia dapat selama bekerja ia terapkan di bisnisnya. 

8. Punya cara belajar yang unik. Selain belajar dengan cara home schooling di mana Ibu sebagai pendidik, belajar dari buku dan berbagai sumber, keluarga ini punya cara belajar yang disebut Nyantrik. Nyantrik adalah proses belajar hebat dengan orang hebat. Anak-anak akan datang ke perusahaan besar dan mengajukan diri menjadi karyawan magang. Jangan tanya magang jadi apa ya, mereka magang jadi apa aja. Ngepel, membersihkan kamar mandi, apapun. Mereka pun tidak meminta gaji. Yang penting, mereka diberi waktu 15 menit untuk berdiskusi dengan pemimpin perusahaan atau seorang yang ahli setiap hari selama magang.

9. Hal terpenting yang harus dibangun oleh sebuah keluarga adalah kesamaan visi antara suami dan istri. That’s why milih jodoh itu harus teliti. Hehe. Satu cinta belum tentu satu visi, tapi satu visi pasti satu cinta

10. Punya kurikulum yang keren, di mana fondasinya adalah iman, akhlak, adab, dan bicara.

11. Di-handle oleh ibu kandung sebagai pendidik utama. Ibu bertindak sebagai ibu, partner, teman, guru, semuanya.

Fokus bahasan kali ini dikerucutkan pada Single Mom saja. Menjadi single mom adalah tantangan sekaligus keuntungan besar jika dipahami secara mendalam. Dikatakan keuntungan karena di sana terbentang amal yang sangat luas, karena seorang single mom juga harus mampu berperan sebagai ayah bagi anak-anaknya, dan dikatakan sebagai tantangan karena seorang ibu harus benar-benar mampu bertabah hati menghadapi segala keadaan yang kurang mengenakkan. 

Dalam sejarah telah tercatat bahwa nama-nama besar tokoh intelektual Muslim justru hadir dari binaan seorang ibu sendiri. Sebut saja Imam Syafi’i dan Imam Bukhori. Keduanya menjadi ulama besar hingga kini justru karena dididik seorang diri oleh seorang ibu yang punya keteguhan keyakinan dan ketabahan dalam menghadapi penderitaan.

Walaupun single Mom, anak masih membutuhkan figur seorang ayah dalam mendidik anak-anak. Secara garis besar, figur ayah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

  • Figur Seksual. Figur ini sangat dibutuhkan anak dan tidak tergantikan, figur yang bertanggung jawab untuk menumbuhkan fitrah seksual pada anak, memiliki tugas utama untuk memberi pengetahuan dan pengalaman kepada anak seputar seksualitas.
  • Figur gender. Fitrahnya, setiap manusia memiliki dua sisi gender, yaitu maskulin dan feminin. Baik pria maupun wanita, masing-masing memiliki kemaskulinan dan kefeminimannya masing-masing. Tidak seperti figur seksual yang tak tergantikan dan harus diwakili oleh sosok pria dewasa, figur gender dapat diwakili oleh ibu.
Oleh karena itu, Ibu dapat menunjukkan sisi maskulinitasnya dengan cara mencontohkan anak untuk bertanggung jawab, mencari nafkah, menjadi tulang punggung, membuat keputusan dan lain-lain, untuk memenuhi kebutuhan anak akan sosok maskulin.


Menurut ibu Elly Risman, ketidakhadiran Ayah dalam kehidupan anak adalah faktor terciptanya generasi BLAST (Boring, Lonely, Angry, Stress and Tired).
😐 Bored, anak yang kerap merasa bosan dengan situasi dan lingkungan sekitarnya, misal karena terlalu banyak aktivitas di luar rumah (full day school, les ini itu).
😒 Lonely, anak yang seringkali sendirian di rumah, tidak ada teman berbagi bercerita bercengkerama karena ketidakhadiran sosok ayah ibu.
🤬 Afraid/Angry, anak yang memiliki temperamen pemarah atau penakut, sedih dan marah karena keadaan.
😥 Stressed, anak yang merasa tertekan dengan kondisi keluarga dan lingkungan sekitar Terlalu lelah dengan aktivitas dan kurang apresiasi dari ayah ibu.
😓 Tired, anak merasa lelah karena orangtua terlalu banyak menuntut dan kurang memeluk.

Dari pemaparan di atas, ketiadaan sosok ayah memiliki dampak yang luar biasa negative terhadap perasaan anak. Anak akan mengalami kesulitan dalam melakukan penyesuaian dalam banyak hal, baik penyesuaian pribadi, penyesuaian social, juga penyesuaian saat berada di sekolah. Dan dari sinilah mak, timbul anak-anak yang merasa rendah diri, yang jauh dari akhlak mulia, bahkan timbul kaum homoseksual, merebaknya pemakai narkoba, pelaku pornografi pornoaksi, meningkatnya kriminalitas, sampai kasus bunuh diri, semuanya berawal dari sini.



Walaupun single Mom, tapi bukan berarti anak-anak tidak bisa tumbuh normal dan bahagia. Berikut ada yang bisa single Mom lakukan demi masa depan cerah anak-anak:

  • Pertama Jika ayah biologis tidak ada, ibu bisa menghadirkan sosok ayah untuk anak-anak dengan mencari sosok laki-laki dewasa yang bisa memberikan perlindungan kepada anak. Siapapun itu: kakek, om, kakak, tetangga, ustadz, pak guru, dll dsb. Sosok ini nantinya yang akan bertanggung jawab untuk menjadi figur seksual dan gender untuk memenuhi kebutuhan anak akan kedua figur tersebut. Nabi Muhammad SAW adalah sebaik-baiknya teladan dan beliau adalah seorang anak yatim? Yang perlu digarisbawahi pada pengasuhan Nabi Muhammad saw. adalah tentang beliau yang tidak pernah kehilangan sosok ayah. Saat ayahandanya meninggal, sosok ayah digantikan oleh kakek tercinta, Abdul Muthalib. Lalu, saat sang kakek meninggal, sosok ayah diperankan oleh paman tersayang, Abu Thalib.
  • Kedua Ibu bisa menjadi role model bagi maskulinitas yang bisa ditiru oleh anak-anak kita. Yaitu dengan cara mencontohkan anak untuk bertanggung jawab, mencari nafkah, menjadi tulang punggung, membuat keputusan dan lain-lain, untuk memenuhi kebutuhan anak akan sosok maskulin.
  • Ketiga Yang terpenting adalah adanya rasa pengakuan dan penerimaan bahwa kehidupan ibu dan anak-anak tidak ideal. Mungkin tidak seperti keluarga lain yang tinggal dalam satu atap dengan anggota keluarga yang lengkap. Tidak ideal, tapi bukan berarti buruk dan tidak bisa bahagia. Ingat ibu, ambillah keputusan yang konsekuensi paling mampu ibu jalani. Jangan memilih jalan yang dirasa tidak mampu ibu lewati. Berikan kasih sayang sebanyak mungkin, dengarkan saat anak bercerita, buat suasana aman nyaman, berikan anak pujian saat benar dan kritikan membangun saat salah, buatlah jadwal kegiatan bersama, dan yang paling penting dari semua ikhtiar adalah berdoa kepada Alloh, dan pasrah dengan hasil terbaik dari Alloh.

Demikian presentasi yang disampaikan oleh kelompok 10. Mudah-mudahan Allah mengaruniai kita dengan kemuliaan dan kebarakahan dalam keluarga kita. Semoga dari keluarga kita lahir keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaaha illallah. Keturunan yang hukmashabiyya rabbi radhiyyah, yang memberikan kesejukan mata dan ketenteraman jiwa di dunia hingga kelak di hari kiamat. Aamiin :“)


Monday, October 1, 2018

Hari 11 "Aliran Rasa Persiapan Kelompok 4"

Saat kelompok saya presentasi hari Senin kemarin, saya menuliskan sebagian besar materi di blog untuk saya submit sebagai laporan tugas individu saya. Kemudian kemarin salah satu teman bertanya di grup Petugas Bunsay tentang apa yang seharusnya di post ketika kelompoknya presentasi. Mak Asty sebagai fasilitator di game ini, memberikan pilihan bahwa bisa saja menuliskan evaluasi materi peresentasi kelompoknya atau bisa juga semacam aliran rasa tentang kenapa kelompoknya memilih tema presentasinya.

Karena kemarin hari Minggu dan presentasi libur, akhirnya hari ini Bunda memutuskan untuk menuliskan aliran rasa tentang bagaimana persiapan kelompok 4 dalam mempersiapkan presentasi tentang fitrah seksualitas.

Dari hari pertama pengumuman game dan pembagian kelompok, saya sudah deg-degan bagaimana nanti presentasi kami. Oleh karena itu, hari itu juga saya membuat grup kecil yang berisikan anggota kelompok 4, yaitu Firstiyani Gunaliska, Fitri Rahayu, Fitri Munajat, saya sendiri dan Gedwina. Hari pertama percakapan di grup masih menyamakan persepsi tentang rules dan regulation di game ini. Saya pribadi sudah mulai googling tentang fitrah seksualitas secara umum.

Hari kedua, masing-masing anggota sudah mulai paham apa yang harus kami lakukan. Kami mulai share tema khusus dari fitrah seksualitas yang akan kami bawakan. Kerangka berfikir dari kelompok kami mengikuti guideline yang disampaikan oleh fasilitator kami. Karena mengenalkan fitrah seksualitas ada beberapa tahapan sesuai usia, maka kami memilih tema khusus kami tentang fitrah seksualitas untuk usia 0-6 tahun.

Walaupun sudah ditentukan temanya berdasarkan musyawarah mufakat, kami masih belum dapat merancang urutan materi yang akan kami presentasikan. Kami saling sharing jika menemukan bacaan yang bagus di grup. Dan anggota kelompok lain merespon dengan baik juga.

Sampai pada akhirnya, ketika hari Sabtu, 22 September 2018, tiba giliran kelompok 3 presentasi. Dannnnnn jeng jengg,,, mereka pun mengangkat tentang fitrah seksualitas untuk umur 0-6 tahun. Akhirnya digrup kelompok 4 di adakan rapat pleno dadakan membahas tema kami yang sudah dibawakan oleh kelompok 3. Apakah kami akan tetap dengan tema 0-6 tahun dan hanya mengganti fokus pembahasan, atau kita merubah total tema presentasi kami.
Akhirnya setelah diskusi, kami memilihin untuk mengganti tema menjadi fitrah seksualitas untuk usia 7-10tahun.

Hari Sabtu, sy masih di Purwokerto karena adik ipar wisuda. Hari Minggu sore baru sampai di Depok dan sampai saat itu sy belum bisa mencari materi. Kelompok kami baru ngebut saat hari Senin setelah pembagian tugas. Jadi dari 4 poin yang kami rencanakan, kami bagi tugas ke 5 anggota kelompok 4. Saya dan mak Fitri Rahayu kebagian poin 1, Mak Fitri Munajat poin 2, Mak Firstiani poin 3 dan Mak Gedwina poin 4. Kami membatasi pengumpulan materi dari masing-masing anggota kelompok maksimal jam 16.00. Setelah itu baru kami mengurutkan materi yang kami dapatkan. Alhamdulillah, mak Fitri Rahayu langsung mengurutkan urutan presentasi kami, sehingga kami tinggal bersiap2.

Pukul 19.30 WIB. Setelah meminta izin suami dan menitipkan Emir kepada Mbahnya, saya sudah stand by di depan HP. Alhamdulillah 1 jam berjalan lancar, materi berhasil disampaikan. Saya langsung undur diri karena suami tidak enak badan. Diskusi dengan mak-mak lain diwakilkan oleh anggota kelompok yang lainnya.

Rasanyaa masyaa Alloh seperti presentasi live di depan audience. Setelahnya benar-benar senang. Lega dan alhamdulillah lancar. Terima kasih mak-mak kelompok 4. You are great... Masya Alloh...