Pages

Sunday, September 15, 2013

Diving, I'm in love!! #2

Pagi ini saya bersama Mba Lasnita dan Mas Rifky sengaja bangun lebih pagi untuk jalan-jalan pagi di sepanjang pantai dan pastinya untuk menikmati sunrise. Sekitar pukul 05.15 WITA, kami keluar dari kamar dan mulai berjalan ke arah matahari terbit. Lucky us, the sun was rising. Actually, we were quite late to see it from the beginning. But it didn't matter, the sunrise was still awesome. Setelah puas mengabadikan sunrise, kami pun melanjutkan jalan-jalan pagi kami. Kami menyusuri pantai yang berada di kompleks resort tempat kami menginap. Setelah berjalan cukup jauh, kami pun memutuskan untuk kembali. Kali ini kami berjalan di pinggir pantai melewati pasir putih dan sambil bermain air. Ahhhhh,, I was so thankful to Alloh for this chance. Enjoying the fresh air and very beautiful scenery was a rare opportunity. Especially for people who live in Jakarta or another big city in Indonesia. So, we satisfied ourselves when we were here.

Breakfast timeeeee!!! Setelah capek berjalan-jalan pagi, kami pun menuju ke restoran resort untuk menikmati sarapan. Setelah sarapan, kami diajak ke sekretariat diving club di area resort untuk menandatangani semacam availability form yang berisi identitas diri kami dan asuransi yang menanggung kami. Rencana awal kami di Wakatobi adalah ingin ber-snorkling. Tapi tiba-tiba dive master yang akan menemani kami ber-snorkling malah menawari kami untuk diving. Woww,, saya pribadi sama sekali tidak terlintas untuk diving karena snorkling pun belum pernah. Ditambah saya masih belum kebayang untuk diving karena saya masih berfikir kalau diving itu butuh belajar dulu. Seorang diver pasti sudah menguasai teknik bagaimana bernafas di dalam air dengan oksigen dari tabung. Selain itu informasi yang saya dapat dari teman yang hobi diving adalah hanya orang yang bersertifikat diving lah yang dibolehkan untuk diving. Tapi ternyata tidak semua spot diving mensyaratkan sertifikat sebagai syarat untuk diving. Singkat cerita, akhirnya saya dan 6 orang yang tadinya akan ber-diving tiba-tiba berubah pikiran. Kami pun bersedia untuk diving karena kata dive master kami, kalau cuma snorkling kurang puas menikmati keindahan bawah laut Pulau Wangi-wangi ini.

Kami pun mencoba baju dan sepatu katak untuk diving. Yeeyyyy, We were ready for diving. Kami pun berangkat menuju lokasi diving. Sebenarnya tujuan awal kami adalah Pulau Huga. Namun, karena jarak tempuh yang cukup lama dengan menggunakan perahu mesin ditambah waktu kami yang tidak banyak, maka kami putuskan untuk ber-diving di sekitaran Pulau Wangi-wangi saja. Maybe next time, I will visit Pulau Huga.

Ternyata untuk sampai ke lokasi diving hanya dibutuhkan waktu sekitar 20 menit. Kapal mesin yang akan mengantar kami ke lokasi sudah siap di dermaga kecil di Pantai Sombu. Kapal pun berjalan menjauh dari dermaga. Kurang lebih 10 meter dari pantai, kapal pun berhenti. Sang dive master-saya lupa namanya-memberikan instruksi kepada 6 orang diantara kami untuk memakai baju diving. Karena kami semua belum mempunyai sertifikat diving, maka masing-masing dari kami harus didampingi oleh dive master pada saat diving. Dive master yang akan menemani hanya ada dua, jadi kami pun dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 2 orang. Saya dan Pak Nasrun mendapatkan kesempatan pertama untuk diving. Rasanya benar-benar takut bercampur penasaran. Saya takut karena belum bisa membayangkan bagaimana bernafas menggunakan mulut dengan oksigen dari tabung. Tapi saya sangat excited membayangkan apa yang akan saya lihat di dasar laut sana. Off course, it because this was my first time diving. ^^ 


Sebelum terjun langsung ke air, kami diberi penjelasan yang panjang mengenai bagaimana menggunakan alat-alat yang akan kami gunakan, kode-kode untuk berkomunikasi dengan dive master dan hal-hal yang boleh dan dilarang saat kami berada di dalam air. Saya benar-benar kesulitasn saat mencoba alat bernafas untuk diving. I almost gave up at that time. Even, my team leader almost persuaded me to cancel it. But, my interest and curiosity was bigger than my fear. So, I kept trying to breath using that tools. Ternyata, kesulitan untuk bernafas menggunakan alat tadi terjadi karena saya menggunakannya di atas air. Pada saat saya mencobanya di dalam air, saya hampir tidak merasakan kesulitan. Apalagi saat saya melihat ke arah terumbu karang di bawah laut sana, kesulitan dalam bernafas pun seperti hilang begitu saja. Saya benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama dengan terumbu karang yang sangat indah itu. Subhanalloh, that was my first word to say when I saw coral reefs in the seabed.


Perlahan-lahan kami menambah kedalaman kami. Semakin dalam, dive master yang menemani saya memastikan saya baik-baik saja. Dia memastikan tekanan di telinga saya tidak ada gangguan. Sebelumnya, dive master menjelaskan bahwa semakin dalam kami diving, tekanan pada telinga kami pun akan semakin kuat. Jadi saat kami merasa telinga kami ada tekanan, kami pun harus melakukan cara yang telah diajarkan oleh dive master kami. Kalo mau diibaratkan bagaimana tekanan di dalam laut itu mungkin seperti tekanan saat kita naik pesawat atau berada ditempat yang tinggi. Mungkin tekanan pada telinga itu rasanya kurang lebih sama.

Well, lanjut lagi ke cerita diving saya. Semakin dalam saya semakin jatuh cinta dengan keindahan bawah laut di Pantai Sombu. Di sini saja terumbu karangnya sudah sebagus ini, apalagi di Pantai Huga dan Tomia. Sekilas saya berfikir seperti itu. Hal yang kurang disini adalah ikan-ikan dan biota lautnya kurang banyak dan beragam. Saya menemukan ikan-ikan kecil dan ular laut. Tak lupa saya mengabadikan mereka dalam kamera anti air yang kami sewa dari dive master kami. Suasana hening di bawah laut benar-benar membuat saya rileks. Sambil selalu memuji ciptaan Alloh, saya terus memandangi terumbu karang sebelum waktu untuk diving selesai. Tak lupa saya pun berfoto-foto bersama terumbu karang yang indah itu.

The time was up!! huaaaa,, ternyata sudah sekitar 30 menit kami menyelam. Benar-benar waktu yang singkat. Saya benar-benar menikmati pengalaman menyelam tadi sampai-sampai waktu kami sudah habis dan harus kembali ke permukaan dan bergantian dengan giliran selanjutnya. Well, I am definitely falling in love with diving. I can't wait for my second time. Hopefully, I have another chance for diving. But before that, perhaps I should have a diving license. ^^

Sesampainya di atas, saya benar-benar speechless. Saya masih tidak percaya apa yang saya lihat tadi benar-benar indah. I wanted mooooreeeeee!!!! ^^ Ketua tim saya yang tadi sempat khawatir pada saya pun menanyakan kondisi saya. Saya pun mencerikatan apa yang saya lihat dan saya rasa. You must try it, Mam!!

Next turn was Mba Nita dan Mas Rifki. Sambil menunggu giliran-giliran selanjutnya, saya pun bergabung dengan teman-teman yang snorkling. Tanpa pelampung, saya memberanikan diri terjun dari kapal. Saya lupa memakai kacamata renang jadi saya kesulitan untuk melihat keindahan bawah laut dengan mata telanjang. Saya pun ke pinggir kapal dan meminta teman saya mengambilkan kacamata renang yang masih tersisa. Dan yaaa,, sekarang saya bisa melihat dengan sangat jelas keindahan terumbu karang di dasar laut sana.

Hampir seharian kami berada di lokasi untuk snorkling dan diving. Makan siang kami juga kami lakukan di atas kapal dengan menu yang sudah kami pesan semalam. Well, diving sudah, snorkling sudah, makan siang sudah. Waktunya kembali ke resort. Sekitar pukul 16.00 WITA kami melabuhkan kapal kami ke dermaga kecil tempat kami berangkat. Mobil yang mengantar kami tadi sudah siap menjemput kami menuju resort. 
Yap, that was the end of our journey in Wakatobi. It was so priceless. So, for you who are interested in diving and snorkling, I suggest to you to visit Wakatobi. 

Keesokan harinya, kami pun harus kembali ke Kendari dan melanjutkan pekerjaan kami yang belum selesai. Untuk kembali ke Kedari, kami memilih menggunakan pesawat terbang untuk menyingkat waktu. Dari Bandara Matahora, Pulau Wangi-wangi, kami pun terbang menuju Bandara Haluoleo, Kendari. Dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk sampai di Kendari dengan menggunakan pesawat. 

Finally, our holiday was over. Saya ingin menambahkan sedikit informasi mengenai cara untuk sampai di Wakatobi. Pertama, kamu bisa menggunakan pesawat menuju Kendari dan transit menuju Pulau Wangi-wangi. Kemudian, kamu juga bisa menggunakan pesawat dari Makassar-Baaubau-Wanci (ibukota Pulau Wangi-wangi). Jika ingin menggunakan kapal laut juga bisa. Dari Makassar, kamu bisa naik pesawat menuju Bau-bau dan melanjutkan perjalanan menggunakan kapal fery menuju Pulau Wangi-wangi. Untuk paket diving dan snorkling, kamu bisa pilih sesuai budget dan waktu yang kamu punya. Ada beberapa paket diving dan snorkling yang ditawarkan club-club diving di Wakatobi. Bahkan ada diving at night. Paket diving dan snorkling tersebut biasanya sudah termasuk makan siang dan akomodasi kapal. Pastikan semua sudah di rencanakan agar kamu bisa menikmati Wakatobi sepuas-puasnya.  Mungkin sekian cerita saya di Wakatobi. Hope u enjoy it. See yaa in another story....^^


-Gayuh-
17042013-18042013

Diving, I'm in love!! #1

Yeyyyy,,, kali ini saya mendapat penugasan ke Kendari, Sulawesi Tenggara tepatnya pada bulan April 2013. Seperti penugasan-penugasan sebelumnya, saya pun mencari tahu potensi pariwisata di daerah yang akan saya kunjungi ini. Peribahasa "Sambil Menyelam Minum Air" tampaknya sesuai untuk setiap perjalanan dinas saya karena selain menunaikan tugas di daerah tersebut, biasanya disempatkan pula untuk mengunjungi salah satu objek pariwisata di sana. Tentunya ada syarat dan ketentuan yang berlaku. Pertama, pekerjaan telah selesai dengan cepat sehingga bisa dimanfaatkan untuk refreshing ke objek-objek wisata tersebut walaupun hanya satu hari. Kedua, objek pariwisata tersebut bisa dijangkau dengan mudah. Ketiga tergantung siapa ketua yang memimpin penugasan. Well, saya selalu berharap syarat dan ketentuan tersebut bisa dipenuhi ketika saya bertugas di luar daerah Jakarta.

Setelah tanya-tanya ke mbah google dan mengingat-ingat memori di otak, akhirnya muncullah Wakatobi di otak saya. Sebuah objek wisata yang mengandalkan keindahan bawah lautnya yang di klaim sebagai surganya para dive master. Saya sempat berharap bisa mengunjungi tempat ini pada saat pekerjaan bisa selesai lebih cepat. Dan ternyata Alloh mengizinkan saya dan tim untuk mampir walaupun hanya satu hari. Alhamdulillah.

Kesempatan ini sebenarnya sudah ditawarkan sejak pertama kali kami datang. Teman kantor kami di Kendari menawarkan untuk mampir ke Wakatobi karena ada paket pekerjaan yang harus kami lihat di Pulau Buton. Kata mereka tanggung kalau sudah sampe ke Buton tapi tidak mampir ke Wakatobi. Padahal kami harus menempuh empat jam perjalanan dari Pulau Buton ke Wakatobi dengan menggunakan kapal feri. Tapi karena kesempatan yang langka untuk ke Wakatobi, maka akhirnya kami setuju untuk mampir ke Wakatobi setelah pekerjaan di Pulau Buton selesai.


Hari Selasa tanggal 16 April 2013 pukul 12.00 WITA, kami berangkat ke Wakatobi dari Pelabuhan Murhum Kota Baubau di Pulau Buton. Ada sekitar 12 orang yang menemani kami ke Wakatobi. Salah satunya adalah Pak Bahrun, penduduk asli Wakatobi. Beliau-lah yang merekomendasi resort tempat kami menginap. Kami pun menginap di Patuna Resort yang berada di Pulau Wangi-wangi. Jadi Wakatobi adalah nama kepulauan yang terletak di sebelah tenggara Kota Kendari. Wakatobi sendiri singkatan dari Pulau WAngi-wangi, KAledupa, TOmia, dan BInongko. Selain 4 pulau besar ini, terdapat pula pulau-pulau kecil yang mengelilinginya. Semua pulau di Kepulauan Wakatobi mempunyai wisata bawah laut yang sangat indah. Namun kata Pak Bahrun, pulau yang menawarkan pemandangan bawah laut paling indah adalah Pulau Tomia. Sayangnya, pulau ini sudah dikelola oleh orang asing. Di Pulau Tomia, segala fasilitas sudah lengkap seperti resort-resort dan bandara untuk penerbangan langsung dari dan ke Bali. Satu lagi contoh lemahnya pemerintah dalam menjaga dan memajukan pariwisata yang kita miliki. Mendengar hal tersebut, saya merasa miris dan hanya bisa berdoa semoga tidak ada lagi objek-objek pariwisata yang dikelola oleh pihak asing.

Setelah hampir 4 jam berada di kapal feri, akhirnya kami sampai di Dermaga Mandati, Pulau Wangi-Wangi. Pulau ini merupakan gerbang menuju keindahan Wakatobi. Kami pun langsung menuju ke resort tempat kami menginap yaitu Patuna Resort. Perjalanan dari Dermaga Mandati menuju resort dapat ditempuh selama sekitar 30 menit. Sesampainya di resort, kami pun mengurus check-in dan pembagian kamar. Kesan pertama saya adalah I like the concept of the resort. Resort kami berada persis dipinggir pantai dengan konsep cottage berbentuk rumah panggung yang terbuat dari kayu. Jadi nuansa pesisir pantai nya begitu berasa. It's so traditional. Cocok sekali untuk refreshing dan rehat dari kehidupan kota. Walaupun pantai yang berada di pinggir resort bukanlah pantai dengan pasir putih yang lembut, tapi pantai ini mempunyai keindahan tersendiri. Air lautnya masih jernih sehingga warna gradasi dari biru muda sampai biru tua masih terlihat. Tidak hanya itu, setiap pagi kami bisa menikmati sunrise dari depan kamar cottage kami. Subhanalloh, i can't ask for more

Setelah hampir sekitar 30 menit mengurus check-in dan pembagian kamar, akhirnya kami menuju ke kamar kami masing-masing. Saya dan Mba Lasnita berada dalam satu kamar dan kami pun bergantian membersihkan diri dan istirahat sejenak sebelum makan malam. Kamar kami membelakangi pantai. Tapi terdapat balkon yang menghadap pantai sehingga bisa kami gunakan untuk melihat pantai atau sunrise. 

Kasuami
Malam ini kami makan malam di restoran hotel. Dengan menu yang sudah dipesan sebelumnya, kami pun bersama-sama menikmati hidangan malam itu. Ada yang spesial pada makan malam kali ini yaitu ada menu makanan khas Wakatobi. Orang-orang menyebutnya "Kasuami". Namanya cukup unik untuk saya dan teman-teman saya. Ternyata bukan hanya namanya yang unik, tapi rasa nya juga unik. Kasuami sendiri terbuat dari singkong. Saya tidak begitu paham tentang cara pembuatannya, tapi bentuknya hampir sama seperti ketan putih dengan tekstur yang beda. Ada dua jenis Kasuami, yang pertama teksturnya kering dan yang kedua agak kenyal. Rasanya hampir mendekati hambar. Oleh karena itu, kami disarankan memakannya bersamaan dengan lauk. Mungkin Kasuami sendiri bisa mengganti fungsi nasi bagi masyarakat di sana. 

Makan malam pun selesai, beberapa diantara kami masih ada yang mengobrol. Saya bersama Mba Lasnita, Mas Rifky dan Pak Nasrun memilih balkon restoran yang berada persis di pinggir pantai untuk mengobrol. Setelah hampir berjam-jam mengobrol ditemani semilir angin pantai malam itu, akhirnya kami memilih untuk beristirahat karena besok akan jadi hari yang menyenangkan. ^^



to be continued....
-Gayuh-
16042013