Pages

Thursday, December 17, 2020

Mahdiya Safa Bestari #2 Kemampuan Berbicara

 Setelah yakin bahwa Safa cukup cepat dalam perkembangan motorik halusnya, maka selanjutnya kemampuan berbicara menjadi hal yang ditunggu tunggu. Saat usianya sekitar 9 atau 10 bulan, Safa pertama kali bilang kata 'maem' dengan pengucapan yang belum terlalu jelas, tetapi sudah bisa dimengerti bahwa dia memang bilang 'maem'. Beberapa waktu berselang, Safa pun bisa mengatakan 'nennen' dengan pengucapan yang belum terlalu jelas juga tetapi sudah bisa terdengar 'nenen'. Sampai usianya 1 tahun, Safa pun mulai bisa mengucap ikan dengan kata 'aan'. Kami mendengar ini ketika dia melihat gambar ikan di video Surah Ar Rahman yang kami tayangkan di TV kami. Saya berkali kali amazed ketika video surah itu ditayangkan, Safa bahkan tau di menit berapa ikan itu akan muncul. Jadi ketika sedang nenen misalnya, kemudian videonya masuk ke menit dimana gambar ikan itu muncul, maka Safa langsung melepas nenenya dan menengok ke arah TV sambil menunjuk dan bilang 'ann aan'. Oh,, ikan yaa, saya menjawab. Masya Alloh...

Kemudian,, kata lain yang bisa/hampir bisa diucapkan oleh Safa adalah kata 'meny'. Apakah bisa menebak, kata apa yang dimaksud Safa? hehe. Kata 'meny' ini ternyata menunjuk kepada kata 'meng' yang artinya adalah kucing. Jadi kami memang mengenalkan kucing ke Safa dengan istilah meng. Biasanya saya bilang begini, "Safa itu ada meong atau meng". Ternyata kata itu yang diadopsi menjadi 'meny'. Saat mengucapkan 'meny' ini pun diikuti dengan mimik wajah yang lucu sekali. Masya Alloh... ^^

Saat ini usia Safa hampir menginjak 20 bulan. Tapi ternyata belum banyak kata yang diucapkan. Hal ini memang berbeda dengan kemampuan berbicara Emir dimana Emir lebih dulu bisa berbicara baru kemudian bisa berjalan. Hal ini membuat insight baru buat kami. Kami jadi tahu bahwa masing-masing anak punya perkembangannya sendiri-sendiri. Kami malah suka melihat ekspresi Safa ketika dia hanya bisa menunjuk dan bilang a a a pada benda yang dia ingin ambil. Tetapi walaupun begitu, Safa sudah bisa menangkap maksud perkataan lawan bicaranya. Banyak sekali perintah, peringatan, dan ucapan yang sudah bisa dimengerti Safa. Misalnya, saya menyuruh Safa untuk membuang bungkus wafer yang dia makan. Dia sudah bisa berjalan menuju tempat sampah dan membuangnya. Kemudian, ketika makan, saya menyusuh Safa untuk duduk, maka dia pun duduk. Lalu, saat sebelum mandi, saya mengajak Safa untuk mengambil baju di lemari. Dia pun mengikuti saya dan membawa baju-baju yang saya ambil ke depan TV. Jika Safa ingin pup pun, dia sudah bisa memberikan isyarat kepada orang di sekitarnya untuk mengajak dia ke toilet. Ketika Safa ingin minum dan hanya menunjuk-nunjuk, Saya pun menawari apa dia ingin minum. Jika iya, maka dia mengangguk. Saya pun menyuruh dia untuk mengambil sendiri botol minumnya (jika tempat botol minumnya masih terjangkau oleh dia). 

Banyak sekali instruksi dan benda-benda yang dia sudah mengerti. Ingin semuanya saya ceritakan disini. Contoh lainnya adalah ketika ayahnya mengajak dia melihat bulan, lampu kelap kelip diluar rumah, maka Safa akan mau sekali digendong ayahnya. Sekarang dia sedang menyukai planet dan benda-benda langit seperti Kakaknya. Jika dia melihat planet, bumi, bulan, roket, bintang dll di video murratal Al Quran di TV, dia pun akan menunjuk-nunjuk dan kami pun menyebut benda yang dia tunjuk. 

Safa sudah bisa mengenali HP, sendok, minum, Bunda, Ayah, Emir dan Mbah. Dia juga mengetahui remot, sandal, mobil, unta dll. Saat ini Safa pun sudah bisa mengikuti suku kata terakhir untuk melanjutkan suku kata pertama yang diucapkan. Misal, saya mengajak dia bilang 'minta'. Saya pun hanya mengucapkan 'min.....', agar Safa melanjutkan dengan mengucapkan 'ta'. Alhamdulillah, sekarang bisa mengucapkan beberapa lanjutan kata-kata seperti 'minta, bunda, dan ayah.  Alhamdulillah walaupun kosa kata yang bisa diucapkan masih beberapa, tapi dia sudah bisa mengerti dan menangkap maksud ucapan kami. Semoga ke depanya Safa bisa lebih banyak mengucapkan kata-kata. aamiin aamiin

Oke sekian dulu cerita tentang Safa ya. In syaa Alloh nnti kalau ada waktu.

Emir Bisa Menulis Huruf Abjad

 Rabu, 16 Desember 2020


Hari ini saya masih jadwal WFO, sekitar pukul 12.25 WIB, ayah mengirim video via whatsapp. Ternyata setelah saya buka, video itu berisi tentang Emir sedang menulis huruf demi huruf sampai membentuk kata Ayah dan Bunda. Saya seketika amazed, heboh sendiri dikantor. Saya menecar ayah dengan pertanyaan "kok bisa?", "kok Emir mau nulis?", "siapa yang ngajarin?" dan sebagainya. Tetapi ayah hanya membalas seperlunya, membuat saya kepo sendiri. Saya lihat berkali-kali videonya. Emir benar-benar mau menulis. Dia menulis per hurufnya dengan melihat contoh yang ditulis ayah. Kata-kata yang baru bisa ditulis Emir adalah Ayah, Bunda, Safa, Mbah dan Eyang. 

Tak berapa lama berselang, Mbah Parkah pun mengirim foto berisi gambar hasil tulisan Emir. Mbah juga menyampaikan bahwa Emir mau menulis huruf. Saya pun senyum-senyum sendiri melihat gambar itu.


Sesampainya dirumah, saya langsung tanya ke Emir, "Emir pun saged nulis huruf nggih?, Coba Bunda lihat." Emir yang sedang menonton Upin Ipin pun hanya tersenyum. Sesaat kemudian dia mengambil spidol dan mulai menulis. Walaupun dia belum tau bagaimana pengucapan per hurufnya, tetapi ini merupakan suatu pencapaian Emir dalam hal tulis menulis. Saat ditanya, "Kata ini bacanya apa mir? (saat saya menunjuk kata Bunda, Ayah)" Dia menjawab, "Bunda dan Ayah". Wah ternyata dia hafal pengucapan per katanya. 

Kenapa saya concern sekali dengan pencapaian ini? Karena saat Emir memasuki usia 4 tahun, saya bingung kenapa dia belum tertarik belajar angka, huruf ABC, huruf hijaiyah. Padahal anak-anak dibawah dia sudah ada yang belajar huruf dll. Saya bukan ingin Emir bisa membaca huruf, angka dan hijaiyah. Saya hanya ingin setidaknya Emir tertarik untuk belajar ketiga hal itu. 

Sebenarnya saya sudah beberapa kali mengajarkan Emir mengeja huruf, angka dan hijaiyah dengan metode saya sendiri. Saya mengajari huruf per huruf. Saya mengajari ini A, B, ini 1, 2 dan ini Alif, Ba. Tapi Emir tidak tertarik, dia hanya suka di menit-menit awal. Selebihnya pasti sudah tidak fokus. Emir pun baru bisa mengetahui bentuk angka 1. Tapi ketika menghitung, dia sudah bisa mengetahui jumlah sampai angka 3. Untuk huruf hijaiyah, saat ini Emir hanya baru bisa mengeja huruf Alif saja. Alhamdulillah, kekhawatiran ini selalu diback up ayah. Ayah yang selalu menenangkan jika urusan calistung nanti ada saatnya Emir bisa. Jika sudah begitu, saya pun tenang. Tidak -membanding-bandingkan Emir dengan anak lain. Hanya ada sedikit kekhawatiran dari Eyang dan Mbah nya yang ingin Emir bisa calistung.

Walaupun saya tenang, bukan berarti saya diam saja. Saya mulai mencari tahu informasi apakah ada cara kekinian untuk mengajarkan anak senang belajar calistung. Saya sudah membaca bagaimana metodenya Okina Fitriani (penulis buku Enlighting Parenting) yang bisa mengajarkan anak usia 3,5 tahun bisa membaca. Dalam artikelnya, Okinaf menggunakan metode Gleen Dolman. Metode Glenn Doman adalah suatu metode belajar dengan bermain untuk menstimulasi otak agar berkembang lebih baik dengan menggunakan media berupa flash card dengan huruf ditulis warna merah dan menggunakan huruf kecil. Flash card merupakan kartu yang dilengkapi dengan kata-kata atau kata-gambar. Saya pun mencari apa itu metode Glenn Dolman. Setelah mencari tahu, ternyata ada flash card yang diproduksi dari metode ini dan sepertinya saya tidak sanggup membeli 1 paket flash card ini. Saya pun bertanya ke teman yang sudah mengajari anaknya membaca. Dia merekomendasikan untuk mencari tahu tentang metode Montessori yang di dalamnya ada hal-hal tentang membaca dan menulis. Plus dia juga memberi tahu akun IG beberapa praktisi montesori di Indonesia. Dan akhirnya saya membeli buku "Jatuh Hati pada Montesorri" karya Vidya Dwina Paramita dan "Islamic Montesorri-Inspired Activity" karya "Zahra Zahira", serta kartu seri membaca karya Zahra Zahira juga. Sebenarnya ada buku Zahra Zahira tentang mengajari anak membaca ala Montesorri, tetapi saya masih belum beli. Saya takut buku-buku ini tidak selesai. Jadi saya selesaikan dulu kedua buku ini.

Alhamdulillah, buku yang pertama sudah hampir selesai saya baca. Isinya bagus, bahasanya mudah dipahami sehingga saya cepat membacanya. Di dalamnya ada banyak bahasan, bukan tentang membaca saja. Tetapi ada bahasan khusus tentang membaca dan menulis yang sepertinya cocok dengan kondisi Emir pasca bisa menulis huruf ini. Dan ini yang membuat saya membuka buku ini lagi. Jadi di Montesorri itu ada Area Bahasa dan Literasi. Salah satu bahasannya adalah Writing Before Reading. Kenapa menulis dulu baru kemudian membaca? karena anak disebut mulai menulis ketika ia mulai mengeksplorasi alat tulis, kemudian membentuk beragam coretan. Nha saya pun jadi merenungi, kenapa ya Emir bisa langsung mengikuti cara menulis huruf-huruf itu. Padahal saya dulu harus dipegangi tangannya oleh orang tua saya, untuk diajari bagaimana menulis huruf. Hal pertama yang memang harus disyukuri pasti semua ini karena atas ijin Alloh. Nha wasilah Emir untuk sampai bisa menulis dengan hanya meniru contoh mungkin karena ikhtiar sebelumnya. Jadi memang sejak mengenal alat tulis (kertas, pensil, bolpoin, spidol, pensil warna, maupun crayon), Emir selalu minta digambarkan sesuatu yang dia suka. Dulu saat usia dibawah 2 tahun, Emir meminta kami untuk menggambar kipas. Kemudian ketika dia tertarik, dia memegang bolpoin sendiri dan mencorat coret dikertas tanpa ada pola khusus. Lama kelamaan, Emir pun bisa membentuk coretan melengkung dan membentuk seperti lingkaran. Semakin bertambahnya umur, Emir bisa membentuk garis, dan akhir-akhir ini ketika dibelikan spidol baru, Emir sudah bisa bikin pohon, awan, dan ikan hiu kecil dan besar. Nha, pasca bisa menggambar inilah kemudian, Mbah Parkah menulis kata Emir, dan tiba-tiba saja dia tertarik menulis huruf per huruf. 

Kalau kesimpulan ayah tentang ini, ya memang saat ini Alloh SWT ijinkan Emir bisa menulis huruf. Mungkin wasilahnya dari latihan corat coret sebelumnya. Baiklah,, apapun teori yang bisa disimpulkan dari Emir bisa menulis huruf, saya sangan bersyukur dengan progres apapun dari Emir. Walaupun ada sedikit rasa, 'Yah bukan saya yang melihat pertama Emir menulis'. Tapi tidak apa-apa. Rasa itu hilang setelah melihat langsung. 

Sekian dulu cerita tentang Emir hari ini. Insya Alloh nanti dilanjut cerita Safa ya...

Wednesday, December 16, 2020

Mahdiya Safa Bestari #1

 Alhamdulillah,, di usia Safa yang menginjak 7 hari, Alloh SWT memberikan kepada saya dan suami rizki untuk menyelenggarakan Aqiqah untuk Safa sekaligus launching nama. Kami akhirnya memberikan dia nama Mahdiya Safa Bestari dengan nama panggilan Safa. Mahdiya artinya Rightly Guided By Alloh SWT. Kami berharap nantinya ia tumbuh menjadi orang yang selalu mendapat petunjuk dari Alloh SWT, menjadi orang yang selalu dituntun oleh Alloh SWT. Safa artinya bersih, tenang, teman baik dan murni. Kami berdoa semoga Safa menjadi anak yang suci, jujur, penyabar, bersahaja. Sementara Bestari mempunyai makna luas dan dalam pengetahuannya, berpendidikan baik, dan berbudi pekerti baik. Semoga Alloh SWT mengabulkan doa dan makna di balik namamu nak. aamiin.

Setelah hampir 2 bulan Safa tinggal di rumah Yangti Yangkung di Sokaraja, akhirnya seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri tahun 2019, kami boyongan lagi pindah ke Depok. Alhamdulillah, ayah bisa mudik. Jadi perjalanan ke Depok bisa ditemani ayah, Yangkung, Yangti, Opa, Om Zulfi, Om Dut, Onty Bella, Onty Pipit dan saudara yang lain naik mobil. Sekaligus membawa mobil yang baru dibeli ayah di Purwokerto. Alhamdulillah...


Semakin hari, Safa semakin lincah. Saat usianya menginjak 3 bulanan, Safa berhasil tengkurap sendiri. Safa bisa membalikkan badan kembali ke posisi telentang tidak lama setelah dia berhasil tengkurap. Dari sini saya menyadari bahwa ada perbedaan dalam tumbuh kembang masing-masing anak. Saya dan ayah sepakat jika Safa lebih dominan pada motorik kasarnya, sedangkan Emir lebih dominan di motorik halusnya. Menurut saya itu hal yang harus disyukuri, bukan untuk dibanding-bandingkan. Saat Emir bisa tengkurap di usia 3 bulan, proses membalikkan kembali badannya lumayan agak lama. Saya lupa umur pastinya mungkin sekitar usia 6 bulanan.

Safa saat usia 5 bulan sudah bisa mengangkat badannya dengan tangan dan sudah bisa 'Onggong-onggong'. Kemudian, Safa bisa mendorong badannya mundur tapi bukan merangkak. Setelah bisa merangkak, baru dia bisa merangkak maju.  Saat usianya memasuki 6 bulan, Safa sudah bisa mengambil posisi duduk dari posisi sebelumnya tengkurap. Saya sendiri agak terkejut dengan perkembangan fisiknya yang lumayan cepat ini. Bisa dibilang, saya tidak melakukan effort yang banyak dalam melatih Safa untuk bisa ini itu, tetapi masyaa Alloh atas ijin Alloh, Safa bisa cepat perkembangan motorik kasarnya sesuai dengan tabel tumbuh kembang anak versi WHO. 

19 April 2020

Memasuki usia 1 tahun, qodarulloh ada pandemi covid19 sejak Maret 2020, yang mengharuskan saya dan suami menghabiskan waktu lebih banyak dirumah untuk melakukan Work From Home. Hikmah dari semuanya, saya dan suami lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak-anak. Alhamdulillah saya sangat bersyukur, bisa melihat sendiri Safa ketika dia berdiri untuk pertama kalinya. Mungkin bukan tepat di usia 1 tahun, tapi saya ingat waktu itu mungkin hampir 1 tahun, Safa tiba-tiba berdiri sendiri tanpa memegang tembok. Tapi itu hanya bertahan beberapa detik saja. Setelah itu, dia lebih sering berdiri sendir. Semakin lama semakin lama pula durasi nya berdiri. Setelah kuat berdiri, Safa pun berani mulai berjalan satu dua langkah yang kemudian terjatuh. Alhamdulillah,, setelah beberapa hari berlatih berjalan pelan-pelan, akhirnya Safa bisa berjalan juga. Masya Alloh Tabarakallahu. 

Proses Safa berjalan ini pun sangat Alloh SWT mudahkan. Mainan Emir untuk latihan berjalan sengaja masih kami simpan untuk latihan berjalan Safa. Tapi ternyata Safa tidak banyak menggunakan itu untuk berjalan. Bantuan yang dipakai Safa lebih banyak dari bantuan kami memegangi tangannya atau berjalan berpegangan kursi. Sejak Safa bisa berjalan ini, Emir sudah mulai menikmati bermain bersama Safa karena Safa sudah bisa mengejar pelan-pelan Emir saat bermain. Sebelumnya, Safa hanya mengikuti Emir dengan merangkak. 

Mungkin sampai disini dulu cerita tentang Safa,, in syaa Alloh nanti dilanjut cerita selanjutnya ya,,,

Monday, November 9, 2020

Hello and soon to say goodbye 2019!!!

30 Desember 2019
Hari ini di kantor iseng buka blog lagi. Ternyata postingan terakhir adalah tulisan tentang Aliran Rasa Bunda Sayang yang di post tanggal 31 Desember 2019 (tepat hampir setahun lalu). Tahun 2019 hampir berakhir, 2020 hampir datang. Setiap akhir tahun selalu merasa dan berkata, "wahh ga kerasa ya udah ganti tahun." Hmmm, benar secepat itukah melalui tahun demi tahun. Bahkan anggota baru yang lahir di tahun 2019 di keluarga kami pun belum sempat mampir untuk diceritakan di blog ini. Setiap akhir tahun begini, selalu merasa apa ya yang sudah saya kerjakan di tahun ini. Apakah secara pribadi sudah lebih baik, sudahkah target 2019 yang dituliskan di tahun 2018 sudah tercapai?

Duluuuu, duluu sekali saat masih muda, belum menikah, setiap pergantian tahun, yang dipikirkan atau yang di refleksikan adalah hal-hal dan target-target yang sebagian besar masih tentang ke-duniawi-an. Walaupun sebenarnya saya tidak pernah membuat target/resolusi secara tertulis. Tapi di dalam hati sering terbesit kan apa yang ingin dicapai di tahun selanjutnya. Sekarang, setelah menjadi istri dan ibu 2 orang anak, setelah kepergian ibu mertua yang mendadak, saya menjadi tersadar bahwa keluarga lah yang paling utama. Saya hanya ingin menjadi istri yang berbakti kepada suami, menjadi ibu yang baik untuk Emir dan Safa, membersamai tumbuh kembang mereka, menjadi anak yang berbakti pada orang tua, menjadi pribadi yang baik untuk orang-orang di sekitar saya. Bahwa saat ini saya hanya ingin membahagiakan mereka semua, menjadi lebih dekat dengan Alloh SWT dan Rosulullah Sollallahu 'Alaihi Wassalam.  Bahkan impian saya dari dulu yang ingin keliling Eropa pun tiba-tiba menjadi nomor sekian. Jika pun ada wishlist untuk bepergian, saya ingin bersama-sama keluarga kecil dan orang tua menjalankan ibadah umroh dan mengunjungi negerinyaMuhammad Al Fatih (idola saya untuk dikenalkan ke Emir) dan beribadah haji bersama suami saya.

Semoga Alloh SWT selalu membimbing saya, keluarga saya dan seluruh saudara muslim saya untuk selalu berada di jalan yang lurus. Semoga Alloh SWT memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua. aamiin


PS:
Ini postingan di akhir tahun 2019 yang ternyata belum dipost. Saya pun mempublishnya hari ini...


Welcoming Baby Safa!!

 Bismillah,,,


Sudah di penghujung tahun 2020 dan selama tahun 2019 ternyata tidak pernah menulis apapun. Jadi sudah hampir 2 tahun saya tidak menceritakan apapun di blog ini. Padahal banyak sekali moment penting yang terjadi di 2019 dan 2020 ini. Alhamdulillah hari ini iseng buka blog. Dengan laptop baru (dari ayah), semangat buka laptop pun jadi semakin besar. Tulisan pertama di tahun 2020 ini pun akan saya mulai dengan cerita kelahiran anak kedua saya, yang bernama Mahdiya Safa Bestari.


Tahun 2019

Bulan Maret tahun 2019, saya memulai cuti lahiran saya di minggu ke-35 kehamilan. Saya, suami dan Emir pun mudik ke Bumiayu dan Purwokerto sehari sebelum libur panjang bulan itu. Setelah libur panjang, suami kembali ke ibukota untuk menjemput rejeki. Saya dan Emir tetap di rumah Yangkung dan Yangti di Sokaraja, Purwokerto. Setiap weekend, ayah selalu mudik untuk bertemu dengan kami. Saya selalu berdoa agar saat lahiran nanti, suami pas bisa menemani. Minggu demi minggu pun saya lewati. Jadwal kontrol ke dokter kandungan pun sudah setiap minggu. Waktu itu saya kontrol ke dr. Amin, Sp.Og di RS Bunda Purwokerto. Beliau juga dokter kandungan waktu Emir lahir dulu. Saya tak mau pindah ke dokter lain karena saat lahiran Emir beliau menenangkan dan jahitannya pun alhamdulillah aman. Ternyata saat kontrol kandungan kehamilan kedua pun, beliau tenang sekali dalam memeriksa. Saat itu usia kandungan saya sudah masuk minggu ke-40 lebih 3 hari. Tapi si debay belum ada tanda-tanda kontraksi yang serius. Pernah sesekali mules, tapi kemudian hilang. 

Hari itu saatnya kontrol ke dr. Amin. Alhamdulillah minggu ini suami stand bye di Purwokerto selama seminggu karena ada libur kejepit saat pelaksanaan Pemilu. Jadi saat kontrol bisa ditemenin suami. Sebenarnya sebelum kontrol, ada sedikit kegalauan. Suami saat itu mengeluarkan opsi untuk melakukan operasi cesar karena sampe HPL belum juga lahir. Selain itu, opsi ini muncul juga karena suami baru membaca cerita seorang selebgram yang mencapai kehamilan usia 40 minggu, kemudian dia diinduksi sampai 3 hari, dan ujung-ujungnya tetap di operasi cesar karena tidak ada kemajuan pembukaan selama diinduksi. Karena pertimbangan it, pak suami jadi berfikir jika ujung-ujungnya harus dioperasi, kenapa dari awal saja tidak langsung operasi. Saya pun sedih dan bingung mendengar opsi itu. Suami juga takut jika harus diinduksi selama 3 hari, Emir akan lama bertemu dengan ibunya. 

Opsi ini pun kami sampaikan ke Bapak Ibu saya, mereka pun tau saya keberatan dengan opsi ini. Tetapi akhirnya mereka menyerahkan semua keputusannya ke suami sambil menunggu hasil rekomendasi dari dokter selepas kontrol hari ini.

Waktu Kontrol

Siang itu alhamdulillah bisa kontrol ke dr. Amin. Hari itu Kamis tanggal 18 April 2019. Saat menunggu antrian, ada orang yang baru masuk ke ruang bersalin. Dalam hati waktu itu, duh kapan ya ini bisa masuk ke ruang itu. hihi. 

Saat masuk ke ruangan kontrol, kami pun mengutarakan kegalauan kami dan opsi kami. Dan waktu itu saya benar-benar bersyukur memilih dokter Amin karena apa yang disampaikan benar-benar menenangkan. Saat kami bilang, "dok, ini apa langsung cesar aja?". Dokternya pun langsung bilang, "jangan dulu,, proses lahiran itu hanya ada 2, normal dan operasi. Kalau bisa diusahakan normal, ya kita usahakan. Ini sebenarnya sudah waktunya lahir. Jika belum mules, nanti kita induksi. Induksi pertama juga dengan obat yang diminum, jika selama 8 jam belum ada kemajuan kontraksi, maka nanti diganti induksi yang infus, jika tidak ada kemajuan juga maka nanti langsung tindakan operasi." 

Saya lupa-lupa ingat waktu itu apakah kami ngotot ingin langsung operasi atau tidak. Tapi setelah USG, dokter bilang kalau posisi janin sudah bagus, kepala sudah dibawah, posisi kepala juga sudah di panggul. Jadi sebenarnya tinggal menunggu gelombang cinta saja kapan mau datang. Akhirnya kami tenang karena masih bisa berharap untuk lahiran normal. Oiya, bukannya saya anti lahiran cesar atau menganggap lahiran normal lebih baik, tapi saya pribadi takut untuk menghadapi operasi dan bayangin perut saya di sayat. hihi.  

Alhamdulillah setelah kontrol tenang, suami juga tenang. Dokter hanya membuat surat pengantar untuk diserahkan ke dokter jaga di UGD untuk tindakan induksi jika sampai hari Minggu tidak ada gelombang cinta yang datang.

Alhamdulillah sekali,, Kamis malah menuju tengah malam, saya terbangun dari tidur dan merasa ada gelombang cinta yang datang secara rutin. Saya pun tidak bisa tidur setelah itu. Saya pun masih berbaring di tempat tidur karena sakitnya masih bisa saya tahan. Sekitar 1-2 jam kemudian, sakitnya sudah tidak bisa tertahan jika berbaring. Akhirnya saya keluar kamar dan berjalan memutari rumah untuk mengurangi sakit yang datang. Sampai kira-kira pukul 2.00 dini hari, saya pun mulai kesakitan. Akhirnya saya membangunkan suami, Bapa dan Mama untuk segera mengantar saya ke RS. Sampai di RS, dicek oleh Bidan ternyata sudah pembukaan 3. Alhamdulillah....

Setelah pemeriksaan singkat, saya di antar ke ruang bersalin. Saya masih bisa berjalan ke toilet saat itu. Bapa Mama kembali ke rumah untuk mengambil barang-barang yang dibutuhkan. Saya ditunggu suami saat merasakan nikmatnya gelombang cinta yang datang. Sakit yang datang saat ini masih bisa saya tahan dengan berdiri. Suami ikut berdiri sambil mengelus-elus punggung bagian bawah saya untuk mengurangi rasa sakitnya.

Ternyata di ruang bersalin ini ada 2 ibu yang sedang menunggu bayinya lahir. Salah satunya ada ibu yang tadi siang saya lihat masuk ke ruang bersalin. Berarti sudah 12 jam lebih ibu itu diruang bersalin dan sampai saat saya di ruang bersalin, bayinya belum juga lahir. Ibu yang lainnya pun teriak menahan sakitnya gelombang cinta. Ternyata ada orang lain yang lahiran dalam ruang bersalin bisa mempengaruhi kondisi psikologis saya. Apalagi saat mendengar bunyi jeritan, saya jadi semakin takut jika proses lahiran saya akan lama. Akhirnya suami meminta perawat untuk menutup pintu ruangan kami. Sehingga saya bisa fokus dengan sakit yang saya alami.

Lama kelamaan, sakit yang saya rasakan semakin intens dengan jeda yang sebentar. Saya pun sudah tidak kuat berdiri. Saya pun berbaring untuk menahan mengejan. Karena, mengejan sebelum pembukaan sempurna akan membuat jalan lahir jadi merah/sakit/kering (saya lupa efeknya). Intinya tidak boleh mengejan sebelum pembukaan sempurna. Padahal ya setiap mules datang, rasanya ingin mengejan. Jadi sebenarnya bukan mulesnya yang membuat kesakitan, tapi menahan mengejan itu yang butuh perjuangan. 

Setelah sekitar berapa jam menahan mengejan, tiba-tiba saya merasa ada yang pecah di bagian jalan lahir. Rasanya seperti balon berisi air yang pecah. Karena saya merasa langsung banyak air yang keluar. Saya pun merasa jangan-jangan ini ketuban pecah. Suami langsung meminta Bidan memeriksa. Ternyata benar air ketuban saya pecah dan alhamdulillah sekali pembukaannya sudah sempurna. Masya Alloh Alhamdulillah. Akhirnya saya dibawa ke meja bersalin (itu lho tempat tidur yang khusus untuk ibu mengejan. jadi ada tempat untuk mengangkang kaki di kanan dan kiri). Sampai meja bersalin pun saya masih belum boleh mengejan, padahal rasanya Ya Alloh udah pengen mengejan. Saya sampai hampir tidak kuat untuk menahan tidak mengejan. Alhamdulillah tiba-tiba dokter Amin yang sedang menemani ibu sebelah lahiran, tiba-tiba datang ke saya dan saya pun disuruh mengejan. Alhamdulillah wa Syukurillah, saat mengejan kedua kalau tidak salah, bayi perempuan saya lahir dengan sehat dan selamat. Dede bayi lahir di hari Jumat, 19 April 2019 sekitar pukul 6.30 WIB. Bayi itu kami beri nama Mahdiya Safa Bestari di hari ketujuh dia lahir. 

Moment kelahiran selalu menjadi moment paling haru untuk saya. Saya masih ingat hari dimana saya melihat anak pertama saya lahir kedunia, rasa harunya sama seperti saya melihat pertama kali anak kedua saya. Puji syukur tak henti-hentiya saya panjatkan kepada Alloh SWT atas limpahan karunia yang diberikan. Proses lahiran yang tidak panjang, suami yang menjaga selama proses lahiran dan dokter yang menenangkan selama proses hamil dan lahiran.

Tim Bidan dan Perawat langsung membersihkan bayi saya dan segera memberikan kepada saya untuk proses IMD. Selama proses IMD, dokter menjahit luka sobekan di jalan lahir. I was enjoyed the process of IMD. Suami juga tak lupa mendokumentasikan moment IMD itu. Alhamdulillah debay nya bisa menemukan puting walaupun ASI nya belum keluar saat itu. Asi baru keluar saat malam menjelang dini hari saat kami sudah mulai luluh untuk memberikan sufor kepada dede bayi. 

Alhamdulillah cerita panjang soal kelahiran anak kedua mungkin sampai disini dulu. Semoga selanjutnya bisa konsisten menulis disini. Semoga cerita ini dapat menginspirai.


Terima kasih...