Pages

Tuesday, September 7, 2021

Menyapih Safa

 Saat Safa memasuki usia 2 tahun, saya dan suami belum memutuskan untuk menyapih Safa tepat di usianya yang kedua. Mengingat tidak ada alasan yang mendesak untuk menyapihnya. Saya pun belum mau menyapih Safa karena masih sedikit teringat proses dan pasca menyapih Emir yang tidak mudah dan banyak tantangan. Saat Emir dulu,, saya memilih proses WWL untuk menyapih Emir. Dari 3 bulan sebelum usia nya 2 tahun, saya sudah sounding ke Emir bahwa Emir sudah besar dan nanti pas sudah 2 tahun tidak nenen lagi. Tapi saat waktunya tiba,, Emir pun tantrum,, teriak menangis dan tidak mau tidur. Akhirnya saya goyah lagi untuk menyusui Emir kembali. Kejadian itu terus terjadi sampai saya hamil anak kedua. Saat ini Emir belum bisa disapih. Ini bukan karena WWL nya yang salah, tapi karena saya yang mengimplementasikannya yang belum sempurnya. Sementara ibu mertua dan ibu saya langsung menawarkan sesuatu yang pahit untuk di tempelkan ke PD agar anak tidak mau nenen. Karena saat itu saya idealis, bahwa WWL adalah proses yang paling bagus untuk menyapih, maka saya menolak mentah-mentah segala bentuk pahit-pahit, plester puting, merah-merahin PD agar anak tidak mau nenen lagi. Tapi karena kondisi hamil, PD saya sudah tidak nyaman lagi saat Emir nenen, akhirnya saya pun menyerah menggunakan metode WWL. Saya menggunakan biji mahoni yang diberikan mama untuk di usap-usap ke nenen. Percobaan pertama Emir bisa tahan dengan rasa pahit itu. Ya wajar karena Emir doyan minum obat. Mungkin pahitnya masih bisa di toleransi. Saya lupa percobaan ke berapa baru berhasil,, tapi setelah berhasil pun saya masih kasihan melihat mata Emir yang masih menginginkan sangat untuk nenen. 

Walaupun proses menyapih Emir berhasil, ternyata ada tantangan ketika pasca menyapih. Emir jadi tidur lebih malam dari biasanya (karena saat masih menyusui, saya tinggal ngelonin Emir sebelum tidur). Saya pun ikut begadang dan sering saya tertidur duluan karena tidak kuat mengantuk. Sejak saat ini Emir dijaga sekali tidur siangnya agar malam bisa mengantuk. Tetapi tetap saja Emir tidur di jam 22.00 sampe 24.00 WIB. Sampai saat ini (usia 5 th) Emir masih belum menyuka tidur malam. Ketika disuruh tidur, selalu bilang belum mengantuk. Alhamdulillah karena mulai sekolah, jadi sekarang sudah bisa diajak tidur di sekitar pukul 21.00-22.00.


Nha,, kejadian itulah yang membuat saya belum memutuskan untuk menyapih Safa cepat-cepat. Namun, hal itu berubah ketika bulan Agustus ini, berat badan Safa masih stuck di angka 9 kg lebih. Kemudian Safa susah sekali makan. Akhirnya ayah mengultimatum saya untuk segera menyapih Safa. Kemudian saya baru sadar bahwa menyapih anak itu bukan hanya tentang kesiapan anak. Tapi lebih kepada kesiapan dari si ibu itu sendiri. Saya berkali-kali minta nanti saya menyapih Safa. Saya akan kehilangan moment proses menyusui dengan Safa, saya akan kehilangan kemudahan-kemudahan dari menyusui (saat menangis bisa diam setelah nenen, mudah menidurkan anak, mudah menidurkan kembali jika bangun malam-malam, dan kemudahan lainnya). 

Kemudian saya berfikir,, jika saya terus menyusui Safa sementara Safa tidak mau makan,, kan saya yang bersalah jika BBnya tidak bisa naik. Karena secara nutrisi,, Asi di usia 2 tahun sudah berkurang gizinya. Saya pun akhirnya sudah ikhlas,, ya memang sudah saatnya disapih mau bagaimana lagi. Saya membesarkan hati saya untuk ikhlas menyapih Safa. Akhirnya pada hari Jumat, tanggal 26 Agustus 2021, saya berniat untuk menyapih Safa dengan sepenuh hati. Saya pun baru pernah berdoa meminta Alloh SWT memudahkan proses menyapih Safa ini di waktu mustajab (sebelum salam) pada saat sholat malam atau sholat subuh waktu itu. 

Proses menyapih pun dimulai ketika Safa bangun tidur, saya sudah mengoleskan biji mahoni ke PD saya. Saat Safa mau nenen, mata saya berkaca-kaca, hati saya sedih sekali melihat mata Safa yang berbinar-binar mau nenen. Saat dia nenen,, raut mukanya berubah dan mulai melepaskan nenennya sambil mengecap ngecap rasa pahitnya. Dan surprisingly,, Safa langsung tidak mau nenen tanpa menangis tanpa mengiba si nenen itu. Dia pun minta air putih untuk menghilangkan rasa pahit tersebut. Ayah yang juga menyaksikan proses menyapih ini pun tidak tega dan hampir luluh. Kasihan Safa, katanya. Dia pun menyesal melihat proses menyapih ini karena membuat hatinya rapuh. 

Proses pagi berjalan begitu mudah, saya tidak melihat Safa memohon-mohon untuk nenen. Tantangan selanjutnya tiba ketika akan tidur siang. Saya tawarkan untuk menggendong Safa sebelum tidur. Dia pun akhirnya menangis meminta nenen saat dibaringkan ke kasur. Saya pun memberkan nenennya yg sudha di oles biji mahoni. Dia pun merasa pahit lagi dan akhirnya tidak mau nenen. Dan sejak saat ini sampai saya menulis di blog ini, Safa tidak pernah meminta nenen lagi. Sesekali saya tes, "Safa mau nenen?". Jawabnya tegas dan singkat, "Tak nak, nenen pahit" (dengan logat nya yang belum terlalu jelas)". 

Alhamdulillah,, proses menuju tidur malam pun tidak ada tantangan yang berat. Safa tetap ngantuk di jam-jam sekitar jam 8 sampai jam 9 malam. Sebelum tidur Safa sering minta di ayun-ayun dahulu dan diusap2 punggungnya sampai dia tertidur. Alhamdulillah Alloh SWT memudahkan proses menyapih kali ini.

Oiya,, ada lagi perubahan pasca menyapih yang saya rasakan. Sampai 2 mingguan setelah menyapih, alhamdulillah, setiap datang waktunya makan pagi, siang, malam, Safa lebih sering untuk menerima menu makanan yang ditawarkan dan lebih banyak memakan snack di waktu-waktu selain makan. Alhamdulillah ya ternyata proses sulit yang dibayangkan saat Emir belum tentu terjadi untuk Safa. Ini pelajaran berguna sekali untuk saya. Jangan memikirkan hal-hal yang sulit sebelum mencoba. Tetap berdoa dan berusaha agar  Alloh SWT memuahkan prosesnya. Alhamdulillah...


Jakarta, 7 Septembe 2021

Safa Sudah Mulai Belajar Mengucapkan Kata-kata

Sekitar Desember 2020,, saya ingat sekali kalau Safa sudah bisa melanjutkan suku kata terakhir dari sebuah kata. Di postingan sebelumnya saya bercerita bahwa Safa belum bisa mengucapkan kata dengan jelas kecuali kata maem dan nenen. Tapi saya tidak terlalu khawatir terhadap perkembangan bahasanya karena sedikit-sedikit nanti in syaa Alloh bisa (ucap saya dalam hati). Jadi walaupun di usia 20 bulan Safa belum bisa mengucapkan kata2 dengan jelas dan tidak bisa melajutkan suku kata terakhir dari sebuah kata, saya dan suami tidak menganggap itu speech delay. Alhamdulillah dalam bulan yang ke-20 ini tiba-tiba Safa bisa mengucapkan 'jah' jika Saya mengucapkan 'Ga,,,". Kemudian kata selanjutnya yang bisa dia ikuti adalah 'ta' dari kata Unta, 'yah' dari kata Ayah. Namun, ketika saya mengucapkan kata Bun....., dia belum bisa mengikuti dengan mengucap 'da'. 

Alhamdulillah,, saya senang sekali melihat perkembangan ini. Ini artinya Safa sudah bisa mengucapkan kata-kata. Proses ini mengingatkan saya pada proses berbicara Emir. Dulu pun pas Emir awal-awal belajar berbicara,, dia baru bisa melanjutkan suku kata terakhir dari kata yang saya ucapkan. Semakin kesini, saya semakin bertambah kosa katanya. Memasuki umur 2 tahun Safa sudah mulai mengucapkan satu kata walaupun pengucapannya belum terlalu jelas. Dia pun punya panggilan baru untuk Bundanya. Safa tidak memanggil saya Bunda melainkan Nenti. Awalnya dia mengucapkan nenti merujuk pada nenen. Tapi kok lama kelamaan, saat dia memanggil saya pun hanya kata Nenti yang diucapkan. Karena itu lucu, saya dan suami membiarkan Safa memanggil saya Nenti. 

Sampai umur 2 tahun 4 bulan, Safa sudah bisa mengucapkan kalimat yg terdiri dari 2 kata. Sekarang Safa sudah jelas mengucapkan Ayah, Mbah, Nenti, Ma Emih (Mas EMir), Ici Manih (isi kembali air minum), tunan cabit (bukan sabit), tonon (tolong), meng wawa (Kucing Safa), tak nak (ga mau), Wawa (Safa), Wawa duyu (Safa dulu), Wawa tuta (Safa juga), nak ini (mau ini), dan masih banyak yang lainnya. Oiya,, Safa juga sudah mulai bisa berdoa sehari-hari mengikuti Bundanya berdoa dan membaca akhir ayat dari surah-surah pendek.

Alhamdulillah,, semakin hari semakin pintar berbicaranya. Semoga menjadi anak yg solehah ya nak. Nanti tambah besar tambah pinter ngaji sama Mas Emir. Love you so much....

Jakarta, 7 September 2021