Pages

Friday, October 12, 2012

West Borneo and The Story Behind.... #3

Ada cerita lagi dalam perjalan kami menuju hotel di Bengkayang. Yang paling mengharukan dari perjalanan malam itu dari Derit menuju Bengkayang adalah salah satu orang satker Pontianak yang ikut kami dalam survey lapangan, tiba-tiba mendapatkan telp dari saudaranya. Keadaan yang tadinya dipenuhi canda tawa dan obrolan seru tiba-tiba berubah menjadi hening dan hanya terdengar tangis dari si penerima telepon tadi. Mas eko namanya, dia disuruh secepatnya kembali ke Jakarta karena tiba-tiba kondisi ayahnya yang sedang dirawat dirumah sakit karena penyakit jantung, tiba-tiba masuk ICU dan sudah tidak sadarkan diri.
Kebetulan malam ini, Mas Eko yang menyetir mobil. Dengan kondisi Mas Eko yang demikian, maka mobil berhenti di tengah perjalanan kami agar dia bisa menerima telepon dengan tenang. Keadaan semakin hening dan haru dengan gelapnya dan sepinya jalan malam ini. Kami berada di tengah perjalanan dengan hutan disebelah kanan dan kiri kami. Kondisi jalan sangat sepi dengan hanya sesekali kendaraan lain lewat dan tidak adanya penerangan jalan.
Mobil yang kami bawa hanya satu, maka saat itu tidak memungkinkan untuk Mas Eko kembali langsung ke Pontianak karena tim kami juga harus melanjutkan survey lapangan keesokan harinya. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke Bengkayang untuk menginap di hotel sebelum melanjutkan perjalanan ke proyek besoknya. Sedangkan Mas Eko kembali ke Pontianak dengan menggunakan taksi pada pukul 22.00 dari hotel.
Sepanjang perjalanan dari pemberhentian mobil kami tadi, saya langsung teringat dengan orang tua saya di rumah. Mas Eko yang orang tua nya di Jakarta, sudah hampir 3 tahun tidak kembali ke rumah. Yang membuat dia sangat sedih dan menyesal adalah kepulangannya kali ini untuk melihat kondisi ayahnya yang sudah tidak sadarkan diri. Dari sini saya langsung berfikir beruntungnya saya yang masih diberi kesempatan bisa pulang ke Purwokerto mengunjungi orang tua saya lebih dari sekali dalam satu tahun.
Dalam hati saya terus berfikir bahwa, kita tak akan pernah tau apa yang akan terjadi satu jam  yang akan datang bahkan satu menitpun kita tak bisa tau. Beberapa jam yang lalu, saat memulai perjalanan dari Derit, Mas Eko adalah orang yang paling ceria dan kocak diantara kami. Bahkan saat di dalam mobil pun, dia yang membuat perjalanan kami menjadi ramai. Tapi berita yang dia dapat secara tiba-tiba bisa merubah orang yang paling ceria tersebut menjadi orang yang paling sedih dan merana. 
Pada pukul 24.00 WIB, kami mendengar kabar kalau ayahnya Mas Eko sudah pulang ke Rahmatulloh. Mungkin dalam perjalanan menuju Pontianak, Mas Eko juga sudah mendengar kabar ini dan pastinya rasa sedih dan menyesal lebih menghinggapi dia. Dia tidak bisa sampai ke Jakarta pada saat ayahnya masih hidup. Tapi apapun yang dia rasakan, memang inilah takdir dari Alloh SWT. Yang harus dilakukan adalah ikhlas dan pasrah menghadapi ini semua. Semoga Mas Eko dan keluarga di beri ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi ini. 
Cerita ini menjadi renungan saya karena saya juga berada jauh dari orang tua. Betapa kematian orang yang kita sayangi bisa merenggut kebahagian dan keceriaan kita saat itu juga. Betapa penyesalan karena jarang mengunjungi orang tua itu selalu datang terakhir. Tapi itulah hidup. Kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang bisa kita lakukan hanya berbuat sebaik-baiknya saat ini sehingga ketika kematian menjemput kita atau orang yang kita sayangi, setidaknya kita sudah sedikit siap untuk menerima itu.
Marilah kita membahagiakan dan menyayangi kedua orang tua kita selagi kita masih diberi kesempatan untuk bersama mereka. Marilah kita luangkan waktu sejenak untuk setidaknya menjenguk mereka dan berkumpul bersama mereka.
Luv my parents as always!

-01102012- 

-Gayuh-

Tuesday, October 9, 2012

West Borneo and The Story Behind.... #2

Tibalah saatnya pemeriksaan lapangan. Karena paket pekerjaan yang akan kami liat lokasinya jauh dari satu paket ke paket yang lainnya, akhirnya ketua tim kami membagi kami menjadi tiga tim. Saya bersama senior saya melihat paket pekerjaan ke arah timur Kalbar dan dilanjut ke arah utara yaitu Kabupaten Sintang dan Kabupaten Bengkayang. Ada lima paket pekerjaan yang kami liat. Namun, antara lokasi satu dan yang lain harus ditempuh berjam-jam dengan jalur darat. Alhamdulillah pemeriksaan lapangan kali ini saya kebagian tempat yang bisa ditempuh dengan jalur darat. Hari pertama kami melihat dua paket pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan perkuatan tebing wilayah sungai di Kabupaten Landak dan Sekadau. Kemudian bermalam di Sintang untuk melihat satu paket pengamanan banjir keesokan harinya. Kemudian kami lanjut ke Kabupaten Bengkayang dengan menempuh perjalanan kurang lebih 11 jam. Di tengah jalan menuju Bengkayang, kami berubah personil. Orang yang mengantar kami ke Sintang berbeda dengan yang mengantar kami ke Bengkayang. 
Perjalanan panjang malam kedua kami diisi dengan topik yang masih sama dengan perjalanan kami malam sebelumnya. Sepanjang jalan, kami membicarakan soal konflik yang beberapa tahun lalu muncul di bumi khatulistiwa ini. Konflik antar suku yang melibatkan suku Dayak dan Madura yang benar-benar menggoncang keamanan dan situasi di sini. Beruntung sekali pada saat kami kesini, konflik tersebut sudah menjadi sejarah. Dari salah satu pengantar kami, diceritakan pula kalau ada satu lagi konflik antar suku yaitu antara suku Madura dan Melayu yang memakan korban ratusan manusia. Bulu kuduk saya merinding sepanjang perjalanan. Apa yang mereka ceritakan lebih mengerikan dari yang saya dapat dari media. Benar-benar detail dari kronologis, penyebab dan akibat yang terjadi. Sungguh sangat disayangkan mengapa konflik antar suku seperti ini sering terjadi di Indonesia.
Dari cerita tersebut, terlintas di benak saya bahwa ternyata keberagaman suku dan budaya di Indonesia bukan menjadi sesuatu yang layak untuk kita banggakan kalau masing-masing dari kita tidak bisa menghormati keberadaan dan kepentingan orang lain yang beda suku dan budaya. Terlepas dari siapa yang salah dan siapa yang memulai konflik tersebut, hal ini lebih terjadi karena (mungkin-menurut saya) masih terdapat sifat chauvinisme atau paham yang mengganggap suku atau daerah kita yang paling bagus disamping sifat egois dan emosional yang mungkin bisa jadi faktor pemicu juga. Selain itu, ada pula yang mengartikan paham tersebut sebagai pengkerdilan pemikiran yang akhirnya tercipta diskriminasi didalam hubungan yang mengakibatkan timbulnya konflik. Entahlah, apa penyebab dan siapa yang memulai mungkin bukan suatu hal yang penting sekarang. Yang penting sekarang konflik sudah selesai dan semoga tidak akan terulang kembali.
Tiba-tiba saya membayangkan slangkah indahnya memang kalau tidak ada konflik antar suku, budaya, ras, dan  agama at di negeri yang memiliki berbagai macam suku, budaya, ras, dan agama. Betapa damainya membayangkan hidup berdampingan bersama-sama tanpa memandang suku, budaya, ras dan agama. Marilah kita bersama-sama bersikap saling menghormati antara satu dan lainnya dan bersatu menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya akan perbedaan dan keramahan. No more conflict, no more victim.
Akhirnya cerita tersebut terhenti saat kami melihat plang hotel tempat kami akan menginap sudah di depan mata. Tak terasa, kami sudah sampai di hotel di Kabupaten Bengkayang. Kami harus bermalam disini sebelum kembali melakukan pemeriksaan lapangan keesokan harinya. Thank you for the story during the trip. Let's pray for a better Indonesia!!!

30-09-12
02-10-12

_Gayuh_


Saturday, October 6, 2012

West Borneo and The Story Behind.... #1

My next duty was going to West Borneo. I went there with four people for doing some tasks. We got flight schedule at 6 a.m on 25th of September 2012. It meant that I should depart from my boarding house approximately at 4 a.m in order to prevent the lateness. But, unfortunately I forgot to order the taxi at night before so that I had to wait the certain confirmation whether the taxi were available or not at 3 a.m. Alhamdulillah, the taxi are available to carry me to the airport. I arrived there at 4.30 a.m. and directly met with my team.

Suddenly, my mind was going back to the time when I was a college student. If I had some activities that started in the early morning, my mother always waked me up and help me to prepare my needs. While I taking a bath and preparing all the things, my mother preparing my breakfast. So, when I was ready, I just ate the food that had been prepared. After it, my father had been ready to carry me to the location of my activities. What a wonderful life I guess. No need to worry to order the taxi, wake up late or being afraid in the taxi alone. How I'm so lucky to have them as my parents. Thank you so much my Alloh. :)

The time is running so fast. I have been living in Jakarta for about 1,5 years. Living so far from my parents make me be more independent. I have to fix all the things by my self. But, never-mind, I don't even regret living here. This is life and life is about moving. We have to keep moving to keep alive. ;)
I'm so grateful what I have.hehehehehe

Now, It's time for working in West Borneo. See yaa in the next story... :)