Pages

Friday, February 27, 2015

Sebar Undangan....

Dulu, mungkin setahun yang lalu, dua tahun yang lalu, ketika saya membantu teman dekat saya membagi undangan pernikahan untuk rekan-rekan di kantor kami, saya pernah membatin 'wah kapan ya saya membagi undangan untuk pernikahan saya. Duh, kayanya malu, nanti pasti bagi dicie-ciein.' hehehe.
The time is running so fast. Alhamdulillah, hari Jumat ini, hari yang penuh barokah, saya memutuskan untuk membagi undangan pernikahan saya kepada rekan-rekan kantor. Kebetulan juga, hari ini bisa dibilang tinggal 2 minggu lagi menuju hari yang paling penting dalam hidup saya. Dengan perasaaan yang deg-degan sejak berada dikos (saya juga bingung kenapa., lebih tepatnya grogi kayanya^^), saya membawa sisa undangan yang belum dibawa ke kantor. Beberapa undangan sudah saya bawa sejak dua hari sebelumnya agar tidak keberatan.

Sesampainya di kantor, saya melakukan ritual pagi dulu. Setelah itu, dengan dibantu Mba Dina dan Tante Daisy, saya mulai membagi undangan. Pertama dimulai dari wilayah saya, Inspektorat Wilayah IV. Dimulai dari Pak Inspektur sampai rekan-rekan sejawat. Pembagian undangan di wilayah saya lancar tak ada kendali karena jumlah undangan pas. Saya mulai gerogi ketika mau lanjut ke wilayah selanjutnya, Inspektorat Khusus. Saya menyampaikan sendiri undangan untuk Inspektur dan para Koordinator Wilayah. Sedangkan Mba Dina dan Daisy membantu menyampaikan undangan kepada rekan-rekan sejawat. Dari sini saya tau ada yang belum kebagian undangan. Mulailah panik dan timbul rasa tidak enak (perasaan semalem udah dicek lengkap, batinku). Tapi bisa saya susulin nanti. Sekarang lanjut dulu ke Inspektorat Wilayah III. Rulesnya pembagiannya sama seperti di wilayah lain. Saya pun langsung masuk ke ruangan TU untuk menyampaikan undangan kepada Pak Inspektur Wilayah III. Sayang sekali, yang bersangkutan sedang ada tamu. Jadi saya melanjutkan pembagian ke rekan-rekan auditor di wilayah III. Ternyata hampir sebagian orang berada di mejanya masing-masing. Kebanyakan teman satu angkatan saya. Mulailah mereka heboh dan ngecengin, "Cie cie gayuhhh mau nikah". Ahh tambahlah saya gerogi. Mba Dina dan Daisy pun bilang, "Bagi undangan aja gerogi yuh, gimana nanti akad nikah". hahaha. Saya pun hanya tersenyum. ^^

Ketika hampir semua undangan di wilayah III sudah dibagi (beberapa ditaruh di meja karena ybs tidak ada ditempat), tiba-tiba beberapa teman yang berencana untuk datang, menanyakan lokasi pernikahan saya. Memang acara akad nikah dan resepsi saya diadakan di rumah bukan di gedung. Daaaaaannnn,, lokasi rumah saya itu sebenarnya bisa ditempuh di jalur mana saja. Tapiiiiiiiiiiii, untuk menuju kesana harus melalui jalan yang berbelok-belok. Ahhhh gayuh tinggal bilang aja rumahnya pelosok.hehehehe. ^^v. Bukan bukann,,, bukan pelosok kok. Buktinya cuma membutuhkan waktu 15-20 menit untuk sampai ke Kota Purwokerto. Jaraknya pun cuma 10 km. Tapi ya memang karena lokasinya yang di desa, akses menuju ke rumah saya pun harus dilalui dengan melewati sawah-sawah dan sungai-sungai.

Kembali ke pertanyaan teman-teman seputar denah yang saya cantumkan di undangan. Ada yang tanya, "kalo dari Aston kemana yenk?". Adalagi, "dari terminal kemana yenk?'. Terus, "coba-coba cari di google map. wahhh ga ada desa nya di google." Dalam hati, saya merasa bersyukur mengucap syukur kepada Alloh diberi teman-teman yang baik dan juga senior-senior (bapak-bapak dan ibu-ibu) seperti mereka. Mereka bersedia meluangkan waktu dan biaya untuk menghadiri pernikahan saya. Semoga Alloh SWT memberi kemudahan atas niat baik mereka untuk datang ke rumah saya. Jazakillahu khoiron katsiran, Jazakallohu khoiron katsiran semuanya. *terharu :'(

Selanjutnya saya melanjutkan membagi undangan ke Inspektorat Wilayah II, Bagian HPD, Bagian Umum Cabang dan Inspektorat Wilayah I yang ada di lantai 15 dan dilanjutkan ke lantai 14. Karena saat itu sedang ada acara Dharma Wanita di Ruang Rapat lantai 14, maka sebagian karyawati di lantai 15 dan 16 tidak berada di mejanya. Akhirnya beberapa undangan saya taruh di meja yang bersangkutan. 

Walaupun ada beberapa orang yang ketinggalan belum dikasih undangan, tapi alhamdulillah pembagian undangan pernikahan saya berjalan lancar. Semoga hari-hari menuju hari yang paling bersejarah untuk saya dan calon suami berjalan lancar. Semoga teman-teman yang akan hadir juga diberi kemudahan dan kelancaran dalam perjalanan ke Purwokerto. Aamiin aamiin yaa rabbal'alamin....


-Gayuh-
Ditulis Jumat, 30 Januari 2014 di kantor sebelum pulang.

Saturday, February 7, 2015

4 tahun bersama Kambal 15

Sepertinya Alloh SWT menciptakan saya dengan perasaan sensitif yang tinggi dan perasaan melow yg bersebihan. Terutama ketika saya berpindah dari satu fase menuju fase selanjutnya, dari satu komunitas ke komunitas yang lain dan dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam titik perpindahan itu, saya selalu merasa sedih dan melow yang seringnya ditumpahkan dengan menangis. Selalu ada ungkapan, 'yahh besok udah ga disini lagi' atau 'yah besok kita ga bareng lagi'. Karena hal ini terjadi bukan saja karena saya yg pergi, tetapi terjadi juga ketika ada teman yang pindah/pergi. 

Setelah saya ingat-ingat, saat perpisahan SMP, saya menangis ketika bersalam-salaman dengan teman-teman. Terutama teman kelas 3D. Bagaimana tidak, 2 tahun kita bersama dengan banyak cerita yg menyenangkan dan menyedihkan. Jaman saat kami sedang usil dan mencari jati diri. Tsaaahhhhh. Padahal, setelah kami masuk ke SMA kami masing2, kami masih bisa berkumpul dan bersilaturahim. Kami jg menemukan komunitas baru yg menyenangkan di SMA kami. Kejadian ini terus berlanjut ketika perpisahan SMA, perpisahan kuliah, perpisahan dengan anak-anak SEF, perpindahan teman kantor ke tempat yang baru, dan akhir-akhir ini perpindahan teman kos ke kosan yang baru. Bahkannn malam iniiii,, saya merasa melow sendiri atas rencana kepindahan saya dari kosan ini. Karena mungkin saja malam-malam selanjutnya akan saya habiskan di rumah dan di rumah mertua dan dilanjutkan di rumah suami. In syaa Alloh. 

Walaupun saya masih punya hak atas kamar ini setidaknya sampai tanggal 6 Maret 2015.
Dalam hati, saya membenarkan perasaan saya. 'Wajar donk saya melow. Wajar saya selalu berfikir kalau ingin menikmati kamar ini, ngobrol bareng Kiki sambil nonton tivi, dan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang selalu saya lakukan di kos, karena besok saya sudah pulang ke Purwokerto untuk menikah. Dan selanjutnya in syaa Alloh akan diajak tinggal bersama suami di Depok.' Bahkan untuk urusan mencuci pun, saya membatin 'ah mungkin besok-besok ga nyuci disini lagi.'

Benar-benar lebay bukan?? Ya begitulah saya. Saya selalu memaknai suatu hal yang membuat saya nyaman. Apalagi kosan ini sudah seperti rumah sendiri. Bagaimana tidak, tepat 4 tahun saya tinggal disini. Banyak hal yang saya lewati selama saya tinggal. Mbak kosan yang berganti-ganti, namun semuanya helpful walopun kadang tetep menyebalkan (sssttttt.....). Teman-teman yang silih berganti dan teman-teman yang sudah seperti keluarga. Terutama teman-teman yang menempati kamar di lorong 1. Teman berbagi cerita senang, sedih, kecewa, dan teman dikala menuntut ilmu agama. Hal itulah yang membuat saya tetap bertahan selama 4 tahun ini walopun harga kos yang setiap tahun naik dan tahun ini harganya mencapai Rp 950.000,-. Namun sayang, teman-teman yg seperti keluarga satu per satu pergi. Ada mba cytra yg pindah ke rumah karena sudah melahirkan. Ada riris, asty dan mba sinta yang pindah kosan karena ingin lebih dekat ke kantor (kantor mereka pindah lokasi) dan masih ada Anggie yg tinggal tapi sejak menikah jadi jarang keluar kamar karena LDR dengan suami. Jadi mungkin saat dikamar digunakan untuk berkomunikasi dengan suami.

Dengan kepindahan mereka satu per satu dan pergantian status Anggie, tetap Alloh memang Maha Baik. Dia mengganti kepindahan mereka dengan satu sahabat lama saya di SMA untuk menempati kamar Asty yang ada didepan kamar saya. Walopun sebelumnya dia menempati kamar Mba Sinta di pojokan. Jadilah Kiki sebagai teman ngobrol dan teman curhat dikala kami ada masalah. Seringnya si nonton tivi di kamar dia sambil makan. 

Sebenarnya masih ada dua orang teman dekat SMA yang tinggal di kosan ini yaitu Finik dan Tryas. Tapi karena beda lorong, kami jadi jarang bertemu. Paling kadang-kadang saya main kamar mereka. 

Kebersamaan kami tidak hanya kami habiskan di kosan saja. Namun, beberpa kali kami pernah berlibur bareng ke Bandung saat new year eve th 2013, wisata kuliner ke Depok (sebenarnya kami cuma kepengen makan warung yang menunya sambel.hehe), menghadiri pernikahan Mba Cytra di Tegal kemudian lanjut mengunjungi rumah Anggie di Semarang plus sekalian liburan, liburan ke Pulau Harapan, menimba ilmu agama di Al Azhar, Masjid BI dan Masjid Al Azhar, berbelanja keperluan pribadi, atau hanya sekedar makan bareng diluar. Ahhhhh jadi kangen. Rasa-rasanya baru kemarin kami cerita kegalauan kami tentang pertanyaan sakti dari orang-orang, "kapan menikah?". Nggak kerasa, Anggie sudah menikah. Dan in syaa Alloh saya tinggal menghitung hari. Semoga yang lain juga bisa menyusul tahun ini. Aamiin3x YRA. Semoga juga Alloh SWT menjaga persahabatan kami sampai nanti di akhirat dan bertemu di surgaNya kelak. Aamiin3x YRA.

Selain nyaman dengan orang-orang yang menempati kosan ini, kamar saya juga sering didatengin adik-adik kelas saya dan teman-teman saya yang akan mengikuti tes di Jakarta. Ya mungkin karena kosan ini dekat kemana-mana. Kalaupun jauh, akses transportasinya masih bisa dijangkau. Ada Trans Jakarta dan KRL. Jadi saya termasuk yang sering dikunjungi.hehe. Bahkan ketika saya dinas ke luar kota, tapi ada seorang teman yang membutuhkan tempat untuk menginap, saya persilahkan untuk menempati kamar saya. Biasanya saya titip ke Asty atau Riris supaya dia tidak canggung tinggal dikamar saya.

Karena letaknya yang strategis, yaitu dekat dengan Bundaran HI dan Monas, maka akses untuk ikut Car Free Day sangatlah mudah. Saya dan teman-teman hanya tinggal jalan 5 menit untuk sampai ke Jalan MH. Thamrin dan sekitar 10 menit untuk sampai ke Monas. Namun, walaupun begitu, tetap saja nggak setiap minggu kami ber-CFD-an.hehehe.
Oiya, kosan saya ini juga dekat lho dengan Pasar Grosir Tanah Abang. Tapi karena selalu penuh sesak, saya juga jarang berbelanja ke sana. Hanya sekali waktu saja ketika ada yang benar-benar dicari disana.

Sepertinya sudah panjang lebar saya menceritakan tentang kosan ini. Sedih memang untuk meninggalkan tempat yang sudah seperti rumah kedua ini. Tapi in syaa Alloh, ditempat yang baru Alloh sediakan partner hidup dan ladang-ladang pahala untuk saya dan membuat saya lebih bahagia. Aamiin3x YRA. Terima kasih Yaa Alloh atas segala nikmat yang Engkau beri disini. Tempat yang nyaman dan sahabat yang baik dan menyenangkan. Berkahi fase hidup saya selanjutnya Ya Alloh, semoga saya bisa menjadi istri yang solehah, ibu yang baik dan menantu yang disayang mertua. Aamiin3x YRA. 

-gayuh-
Ditulis saat bangun tidur, dilanjutkan saat menunggu rendaman cucian.
07022015