Pages

Sunday, November 25, 2012

Gateball, I'm in love


Pernah denger permainan atau olahraga bernama Gateball ngga? Kalau diartikan dalam Bahasa mungkin bisa diartikan Gawang Bola atau Bola Gawang. Tapi kalau menurutku permainan ini bisa dibilang mirip Golf, atau beberapa orang menyebutnya mirip permainan Polo. Permainan ini hampir mirip dengan olahraga golf tetapi bolanya tidak dimasukkan dalam lubang melainkan harus melalui tiga gawang kecil (gate) dan sasaran akhir adalah sebuah tonggak. Tiap game berdurasi 30 menit dan terdiri atas dua tim yang beranggotakan masing-masing lima pemain dimana masing-masing pemain memegang sebuah bola. Skor maksimal yang bisa diraih adalah 25.
Permainan yang mulai masuk ke Indonesia sejak tahun 1994 ini mulai menarik perhatianku sejak 2 bulan yang lalu. Sedangkan perkenalanku dengan Gateball dimulai pada sekitar setahun yang lalu dalam acara Inspektorat Jenderal Kemen PU Family Gathering di Bogor. Menteri Pekerjaan Umum, Bpk. Djoko Kirmanto didaulat sebagai Ketua Umum Persatuan Gateball Seluruh Indonesia (Pergatsi) 2011-2014. Oleh karena itu, disela-sela acara gathering, ada semacam exhibition permainan Gateball kepada seluruh pegawai di lingkungan Itjen PU. Waktu itu aku nggak tertarik dengan permainan ini karena saat aku nyoba ikut main, pasti selalu gagal masukin bola ke gawang satu. Nha, pernah ni pas sore-sore kira-kira 2 bulan yang lalu, nggak sengaja aku ikut nimbrung sama temen-temen Itjen yang lagi latihan Gateball di lapangan Gateball di depan gedung utama. Waktu itu, temen-temen tim Gateball Itjen PU lagi latihan rutin buat lomba di Pekan Olah Raga PU. Awalnya si cuma pengen duduk-duduk dan nonton aja, tapi Indra ngajak buat ikutan main juga.
      Dengan berbekal kemampuan dan pemahaman nol, aku nekat ikut main. Indra ngajarin aku gimana cara pegang stik Gateball dan jelasin cara mainnya secara singkat. Alhamdulillah ni, aku bisa masukin bola ke gate 1. Padahal dulu ngerasanya susah deh masukinnya. Masukin bola ke gate 1 itu penting karena kalau bolaku nggak bisa masuk gate 1, aku harus menunggu giliran buat masukin lagi. Dengan arahan sang kapten di timku, aku bisa ikut permainan sampai selesai. Tiga puluh menit selesai sudah, tapi mereka ngajak buat main sekali lagi. karena masih penasaran sama permainan ini, akhirnya aku ikut lagi.
       Setelah sore itu, aku akhirnya penasaran sama permainan ini. Akhirnya, temen-temen tim Itjen PU juga ngajakin maen lagi. Selain penasaran sama permainan ini, aku juga ngerasa seneng kalau sore-sore duduk-duduk di depan gedung kantor. Anginnya sepoi-sepoi plus berasa masih jaman kuliah aja. Beberapa temen yang baru ikut main sore waktu itu juga sering ikut latihan lagi. Akhirnya hampir setiap sore aku ikut latihan Gateball bersama mereka. Ada sesuatu yang bisa aku lupain kalo lagi maen Gateball. Sesuatu yang bener-bener harus dilupain.hehee. Jadi pas lagi maen, ya udah semuanya fokus ke permainan sambil diselingi candaan dan tawa. That's all i need at that time.
       Semenjak itu, sore hari dan weekend-ku diisi dengan bermain Gateball. Niat awal yang tadinya cuma buat ngisi waktu luang, ehh malah ditawarin buat bentuk tim baru jadi tim B buat bertanding di POR-PU. Singkat cerita, aku bersama Mas Syarif, Irin, Mamet, Mas Poyo, sama Mas Dena didaulat jadi Tim B Ijten PU. Ada tambahan dua orang yaitu Ibu Ani dan Ibu Djubaidah dalam tim kami. Peraturan di POR -PU menyebutkan bahwa harus ada pejabat eselon di masing-masing tim. Jadi Bu Djubaidah sebagai pejabat eselon di tim B.
Dengan berbekal latihan yang singkat, akhirnya tibalah saatnya kami bertanding di POR PU. Tim A yang notabene sebagai juara 1 di POR sebelumnya, main di pertandingan pembukaan pada hari Jumat tanggal 9 November 2012. Tim B mulai main pada hari Senin, 12 November 2012. Pertandingan Gateball ini tediri dari 16 peserta dari seluruh Satminkal PU yang dibagi ke dalam 4 grup. Tim A berada di grup A dan tim B ada di grup C. Pertandingan ini bertempat di Lapangan Mabes POLRI.
Pertandingan pertama tim B melawan tim Cipta Karya. Kapten Syarif milih aku, Irin, Mamet dan Bu Djubaidah sebagai starting-line up nya tim B. Semuanya terlihat tegang termasuk aku. Terang aja, ini bener-bener pertandingan pertama kami, kecuali Mamet. Kalau dilihat dari strategi dan kemampuan pemain, tim B sebenarnya lebih unggul dari lawam kami. Bukan sombong ni, tapi memang begitulah adanya. Tapi sayang, tim B kalah 2 poin dari Cipta Karya. Aku nggak bilang mereka menang karena beruntung, tapi aku lebih berfikir kalau tim B lebih fokus menyerang sampai waktu habis. Saking asiknya sampe lupa poin kita sudah tertinggal 2.
Pertandingan pertama selesai, banyak yang harus diperbaiki untuk pertandingan selanjutnya. Pertandingan kedua tim B melawan SDA. Sayang sekali, lagi-lagi kami kalah 2 poin. Kalau yang ini, aku ngrasa timku udah mulai menikmati ritme pertangdingan. Semula kami ngrasa kalau kami tertinggal jauh. Tapi ternyata pas selesai, jarak poinnya cuma 2. Ternyata kali ini kami masih belum beruntung. Oke nggak papa, masih ada pertandingan ketiga walaopun kemungkinan buat lolosnya sangat sedikit, tapi we would do our best!!
Pertandingan ketiga tim B melawan Dharma Wanita. Awalnya tim ku udah menguasai pertandingan, tapi karena aku nglakuin fault sekali, akhirnya kedudukan berubah. Mereka menguasai pertandingan kali ini. Dengan semangat yang luar biasa, tim ku nggak menyerah. Segala strategi dipakai sama kapten kami. Tapi apa daya pertandingan ketiga juga tim B harus takluk dari tim Dharma Wanita PU. Kami semua ikhlas menerima hasil pertandingan ini. Mungkin kami masih harus banyaakkkk belajar dan latihan untuk memenangkan pertandingan ini.
Singkat cerita, tim A berhasil mempertahankan juara 1 Gateball Championship. Tim B Insya Alloh berjanji nggak akan bubar  habis POR PU. Aku dan temen-temen di tim B udah nggak sabar pengen maen lagi. Ganbatteee Kudasaaaiiiiiii!!!!!!!!



-Gayuh-

Kuliah Sore Bareng Babeh


Pada suatu sore, hari ketiga libur panjang di rumah diisi dengan mendengarkan ceramah singkat dari Ayah tercinta. Kebetulan anggota keluargaku udah full team. Adek yang sedang KKN pun sudah kembali ke rumah. Jadi saat tiba-tiba semuanya berkumpul di depan televisi, tiba-tiba pula Babeh menceritakan sebuah cerita. Bukan cerita dongeng pastinya, tapi sebuah kisah nyata yang di dalamnya tersirat sebuah pesan. Babeh menceritakan bagaimana kita harus siap terhadap perubahan jaman. Mungkin Babeh nggak bilang secara eksplisit mengenai pesan tersebut, tapi itu hasil dari interpretasiku sendiri. 

Dimulai dari cerita seorang Bidan di kompleks rumahku yang awalnya ramai dikunjungi oleh masyarakat untuk berobat atau bersalin. Namun tahun berganti tahun, muncullah pemudi-pemudi yang berprofesi sebagai Bidan. Maka, masyarakatpun mempunyai pilihan dimana tempat untuk bersalin dan berobat. Pada titik inilah Bidan yang pertama harus siap terhadap persaingan dengan munculnya Bidan-bidan baru tersebut. Bidan yang lama harus mempunyai strategi untuk bersaing dengan Bidan-bidan baru tersebut. Namun pada kenyataannya, Bidan yang pertama kurang sigap terhadap kondisi ini. Apa yang terjadi, Bidan yang pertama terkesan 'memusuhi' Bidan-bidan baru tersebut atau bahkan dia terkesan tidak bersimpatik kepada warga masyarakat yang tidak memakai jasanya. 
Dari cerita tersebut Babeh mengingatkanku dan adekku bahwa hidup itu selalu dinamis, selalu bergerak dan selalu berubah. Karena hal yang sudah pasti tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. *kalau ini aku copast dari iklan sebuah televisi :)

Babeh mengingatkan kami kalau pada saat tertentu kami memegang kendali akan sesuatu, maka kami juga harus siap kalau kendali tersebut akan lepas karena ada pihak lain yang mengambilnya. Contohnya beberapa tahun lalu saat handphone belum populer, kami mempunyai sebuah warung telepon di rumah kami. Bisa dibilang wartel ini adalah wartel satu-satunya di desa kami. Pada saat itu semua orang yang membutuhkan jasa telekomunikasi, bisa datang ke wartel kami. Masyarakat juga bisa memakai jasa wartel kami untuk menerima telepon dari luar negeri karena beberapa masyarakat ada yang mengadu nasib di luar negeri sebagai TKI. Seiring berkembangnya waktu, handphone pun mulai populer di kalangan masyarakat. Pada akhirnya, telepon rumah sudah mulai ditinggalkan karena hampir semua orang bisa memiliki handphone. Disaat ini pula, provider dari telepon rumah kami tiba-tiba memberitahu kami bahwa mereka harus mencabut jaringan telepon rumah kami karena ada masalah jaringan di daerah kami. Akhirnya dengan dua alasan tersebut, usaha wartel kami harus ditutup karena jasa kami sudah tidak digunakan lagi. Pada saat itu kami tidak menyalahkan orang-orang yang sudah memakai jasa kami atau provider telepon rumah. Babeh dengan ikhlas menutupnya dan menerima bahwa inilah perkembangan jaman yang tidak bisa kita kendalikan.

Pelajaran yang bisa aku ambil dari 'kuliah sore' bareng Babeh kali ini adalah harus selalu siap dengan perubahan yang terjadi. Kita tidak harus menghindari perubahan tetapi harus mempunyai strategi untuk menghadapinya sehingga kita tidak akan tertinggal. Dari cerita Babeh, aku menangkap bahwa Beliau ingin menanamkan pada anak-anak nya agar selalu ikhlas dan tidak menyalahkan orang lain apapun yang terjadi kepada kami. Tiba-tiba dalam hati yang terdalam, rasa bangga mempunyai Babeh seperti ini menghinggapiku. Terima kasih untuk cerita sore ini. Thanks Alloh SWT for giving me a chance to be his daughter. My father is the best father ever for me and my brother. He is my best adviser and partner for discussion. Love you as always, Babeh. :*


-17112012-
-Gayuh-

Sunday, November 11, 2012

Oleh-oleh Long Weekend

Liburan panjang Idul Adha kali ini diisi dengan pulang kampuunggggg. Dan dipastikan setiap kali pulang kampung a.k.a mudik pasti selalu exited gini. Ya pastilah, semua yang dirindukan ada di Purwokerto. Orang tua tersayang, rumah yang nyaman, teman-teman yang menyenangkan, suasana kota kecil yang tenang, udara yang segar serta semua kenangan indah dan sedih selama 22 tahun hidup disana sebelum merantau di Jakarta. Semua yang ada disana selalu membuat saya ingin kembali menikmati indahnya hidup disana. Tapi saya bersyukur bisa bekerja di Jakarta karena dengan begitu saya bisa menikmati setiap detik saat-saat mudik ke kotaku tercinta, Purwokerto. ^.^
Ada yang lebih spesial dalam perjalanan mudik kali ini. Saya bertemu banyak teman-teman SMA di dalam kereta. Ada Lintunk, Mita, Krisna, Ratih, Prima, dan Finik. Kami tau kalau kami satu kereta setelah melihat status di twitter kalu kami naek kereta Sawunggalih. Akhirnya kami memutuskan untuk berkumpul di restorasi setelah pengecekan tiket. Karena saya berada di gerbong pertama, maka saya-lah yang memulai perjalanan menuju ke restorasi. Satu persatu saya menghampiri teman saya. Dimulai dari Mita di gerbong 3, kemudian ada Prima, Krisna, Ratih dan Finik di gerbong 5, dan diakhiri dengan Lintunk di gerbong 7. Orang-orang di dalam kereta yang melihat kami berbondong-bondong berjalan ke arah belakang mengira kami didepak karena tidak punya tiket.Hahaha, kami hanya tersenyum senyum sambil lalu. 
Kami habiskan setengah perjalanan dengan bersenda gurau dan bercerita. Sebagian cerita masih seputar cerita jaman SMA yang ternyata bikin kangen juga kalau denger cerita soal jaman SMA.hehe. Setelah puas makan di restorasi, bercanda dan bercerita, akhirnya kami kembali ke tempat duduk kami masing-masing dan menghabiskan setengah perjalanan dengan tidur.
Menurut saya, perjalanan pulang kali ini berasa sangat lama. Entah karena saking pengennya pulang, atau kereta yang dinaiki beda kelas dengan kereta yang dipake pada perjalanan pulang sebelumnya. :D Akhirnya pada pukul 01.30 am kereta ini sampai di Stasiun Besar Purwokerto. Didepan stasiun sudah disambut dengan senyuman terhangat didunia dari Bapak dan Ibu. Terima Kasih ya Alloh untuk melihat mereka tersenyum karena saya.
Sampai disini dulu oleh-oleh long weekendnya. Selanjutnya ada cerita dari liburan saya di rumah.


-Gayuh-