Dari pekan ke pekan, materi yang diberikan di kelas matrikulasi IIP semakin menarik. Apalagi tugas-tugas yang diberikan. Membuat saya excited ingin mengerjakannya walaupun memang butuh memutar otak lebih keras karena hal ini berkaitan dengan hakekat kita hidup didunia ini. Lebih khusus eksistensi kita didalam keluarga dan lingkungan.
Untuk pekan ketiga ini, tema materi yang diangkat mengenai 'Membangun Peradaban dari dalam Rumah'. Keren kan temanyaaaa. Dari sini saya kembali disadarkan bahwa rumah adalah pondasi sebuah bangunan peradaban dimana saya dan suami, diberi amanah sebagai pembangun peradaban melalui pendidikan anak-anak kami. (Dicopy dari matrikulasi IIP). Semoga Alloh SWT selalu memberikan saya dan suami untuk bisa menjalankan amanah ini. Aamiin
Terkait #NHW3, kali ini saya diminta untuk membuat beberapa poin, yaitu:
1. Membuat surat cinta untuk suami
Poin pertama saja sudah membuat hari deg deg ser. Bagaimana tidak, sejak mengenal suami, belum pernah saya membuat surat cinta untuk dia. Kalau ungkapan cinta dan sayang mungkin sudah sering. Saat saya bilang ke suami bahwa saya harus membuat surat cinta untuk dia, diapun sangat excited dan menunggu-nunggu. Ketika saya bilang, 'nanti di wa aja ya yah?', suami jawabnya di blog aja bun. Tapi karena mata ini sudah mengantuk, jadilah hanya surat ucapan yang dikirim via wa. Itu pun ditulis pas bangun tidur sebelum menyiapkan sahur. Jadi beginilah kira-kira surat cinta untuk suami saya tercinta....
Surat cinta untuk suami ada di gambar di bawah tulisa ini. Karena saya menulisnya menggunakan aplikasi blogger di handphone, maka agak kesulitan untuk mengunggah foto ditempat yang diinginkan.^^ (harap maklum)
2. Melihat potensi kekuatan diri yang ada di dalam diri anak
Saya adalah seorang ibu dari satu anak yang baru berusia 1 tahun. Dalam mendampingi perkembangannya selama satu tahun ini, saya dikejutkan oleh banyak hal. Diusianya ini, Emir sudah bisa merangkak, berdiri sendiri dengan berpegangan benda-benda sekitar, dan mengeluarkan kata-kata yang hanya dia dan Alloh SWT saja yang tau. Rasa syukur tak pernah berhenti saya ucapkan atas karunia amanah ini. Walaupun saya belum bisa melihat potensi mengenai bakat ataupun keinginannya, tapi saya melihat Emir ini anak yang ceria. Semoga sampai gede nanti kamu tetap jadi anak yang ceria ya nak.
Dari umur 3 bulan, Emir mudah sekali saya ajak tertawa. Kadang-kadang sampai ngakak ngakak ketawanya (yang cocok untuk bayi selain ngakak apa ya.hehe). Mungkin Emir termasuk agak lambat untuk motorik kasarnya. Emir baru bisa duduk sendiri saat umur 10 bulan, merangkak dan berdiri merembet saat umur 11 bulan. Buat saya hal itu bukan menjadi masalah karena setiap anak mempunyai kelebihan masing-masing.
Diusianya yang sekarang ini, Emir sudah bisa memilih apa yang dia suka dan menolak apa yang dia tidak sukai (barang, mainan, atau kegiatan). Ketika ada barang yang dia ingin pegang, tapi kita minta karena barang itu berbahaya misalnya, Emir sudah bisa menunjukan ekspresi marah atau tidak mau. Dari sini saya akan belajar agar saat besar nanti Emir bisa belajar bahwa apa yang dia inginkan belum tentu bisa dia dapatkan.
Sekarang ini Emir juga sudah bisa menirukan apa yang orang tuanya lakukan. Misalnya ketika saya bertepuk tangan, Emir sudah belajar menirukannya. Ketika saya memutar mainan di tangan saya, Emir pun lalu mengambil mainannya dan mencoba memutar menggunakan tangannya waalaupun belum bisa berhasil sempurna. Dari sini menjadi pengingat saya dan suami agar kami senantiasa selalu mencontohkan hal-hal baik kepada Emir agar yang ditiru pun merupaka hal yang baik.
3. Mencari kekuatan potensi diri sendiri dan mencari jawaban kenapa saya hadir di keluarga ini
Mencari potensi diri memang bukan hal yang mudah. Bahkan setelah diskusi dengan suami juga hasilnya tidak banyak. Hehe. Karena saya merasa hanya manusia biasa yang punya semangat untuk belajar.
Setelah dipikir pikir, saya ini merupakan orang yang mandiri. Maksudnya mandiri disini bukan tidak membutuhkan pak suami, melainkan saya bisa melakukan kegiatan tanpa bantuan orang lain. Hal ini menurut saya merupakan potensi diri. Sehingga saya tidak bersikap manja dan selalu merepotkan suami. Jadi ketika suami sedang bekerja atau sedang melakukan kegiatannya, saya bisa mandiri melaksanakan tugas-tugas saya.
Selain itu, saya merupakan pribadi yang punya semangat belajar dan terus memperbaiki diri. Sehingga saya harap, hal ini dapat bermanfaat untuk suami dan anak saya agar saya terus memperbaiki diri menjadi istri yang baik dan ibu yang super buat Emir.
Saya dan suami punya sifat yang kurang lebih berbeda. Karena saya orangnya humoris dan suami agak pendiam. Mungkin ini karunia Alloh SWT agar kami saling melengkapi. Sehingga rumah tidak sunyi sepi karena kami tidak pendiam.
Semoga segala potensi diri yang Alloh karuniakan ini dapat berguna bagi keluarga kami khususnya dalam mendidik anak-anak kami menjadi generasi yang rabbani dan mencintai Alloh SWT.
4. Melihat lingkungan sekitar dan mencari hikmah kenapa kami dihadirkan di lingkungan ini.
Saya sangat bersyukur kepada Alloh SWT karena menuntun suami dalam memilih lingkungan tempat kami tinggal. Bukan perumahan elit atau apartemen mewah, tapi sebuah rumah dengan lingkungan yang baik. Alhamdulillah rumah kami dekat dengan masjid sehingga suara adzan dan suara orang mengaji masih sering kami dengar. Hal ini sangat bermanfaat sebagai terapi jiwa agar hati ini selalu dekat dengan firman Alloh SWT.
Selain itu, alhamdulillah sekali masjid disini selalu hidup untuk kegiatan-kegiatan keagamaan. Bahkan lebih hidup lagi ketika bulan ramadhan seperti ini.
Hal lain yang patut saya syukuri adalah salah satu program di masjid ini adalah mencetak penghafal Al Quran untuk semua umur. Sehingga, semoga Alloh SWT memudahkan anak kami untuk menjadi hafidz Al Quran dan kami sebagai orang tua juga diberi kemudahan dan kesempatan untuk ikut menghafal juga.
Tidak hanya masjid dan kegiatannya yang membuat saya suka dengan lingkungan disini, namun warga disini juga mempunyai kekerabatan yang cukup baik, walaupun masih jauh bila dibandingkan dengan kekerabatan di desa saya dilahirkan. Namun, rasa saling tolong menolong, peduli terhadap sesama dan saling membantu satu sama lain masih cukup erat.
Semoga dengan lingkungan masjid yang baik dan warga yang saling menghargai dapat membuat kami sekeluarga menjadi manusia yang baik pula. Saya pun berfikir mungkin ini alasan Alloh SWT menuntun kami tinggal disini, agar kami lebih dekat dengan Alloh SWT dan Rosulnya dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi warga yang tinggal disekitar kami khususnya dan masyarkat pada umumnya. Aamiin aamiin
Demikian mungkin cukup sampai disini penulisan #nhw3 ini. Sebenarnya bukan ingin mengerjakan pas diakhir waktu begini. Tapi kondisiny memang hari-hari sebelumnya belum sempat menulis.
Semoga postingan ini bermanfaat.aamiin
.
.
.
.
Best regard,
Gayuh Alviana Azmi
No comments:
Post a Comment