Setelah puas dan lelah bersnorkling, kami melanjutkan agenda hari pertama. Kami diajak menjelajah Pulau Tikus yang tak berpenghuni. Sepanjang perjalanan menuju Pulau Tikus, kami melihat beberapa pulau di dekat Pulau Pari. Salah satunya adalah Pulau Tengah. Dari kejauhan terlihat beberapa bangunan yang masih dalam tahap pembangunan di pulau tersebut. Berdasarkan cerita dari guide kami, Pulau Tengah adalah pulau pribadi yang dimiliki oleh Pak Hengki (kalau tidak salah ingat). Mungkin pemilik pulau ini sedang membangun penginapan-penginapan yang nantinya akan disewakan kepada pengunjung. Tapi ternyata bukan hanya penginapan yang dibangun, namun pantai buatan pun dibangun untuk menarik minat pengunjung agar berkunjung ke Pulau Tengah.Ya apapun alasannya, semoga pemilik pulau bisa melestarikan dan menjaga pulau tersebut dengan baik.
Kembali ke Pulau Tikus. Luas pulau tikus mungkin tidak ada separuh dari Pulau Pari. Namun, jelajah pulau kali ini tetap menarik karena pulau ini tidak berpenghuni. Hanya ada satu rumah yang menurut saya baru saja selesai dibangun. Setelah bertanya kepada guide kami, barulah kami tau kalau rumah tersebut sengaja dibangun untuk penjaga pulau ini. Tapi membayangkan sendirian di pulau tak berpenghuni ini saja sudah seram. Salut untuk pak penjaga pulau. I appreciate that, Sir.
Di Pulau Tikus kami hanya berfoto di spot-spot yang menurut kami bagus. Sayang sekali daerah sekitar pantai sudah terdapat banyak sampah plastik. Hal-hal seperti ini lah yang merusak indahnya pantai dan laut di Indonesia. Banyak sekali masyarakat yang masih kurang tanggap teradap kebersihan dan keindahan pantai dan laut. Jadilah pengunjung yang baik dengan tidak membuang sampah sembarangan. Pantai dan laut di Indonesia adalah milik kita bersama. Jadi marilah kita jaga pantai dan laut kita agar selalu bersih sehingga keindahan pantai dan laut masih bisa kita nikmati.
Setelah puas berfoto-foto dan bermain air di Pulau Tikus, Mas Saman menawarkan apakah mau lanjut snorkling di spot yang kedua atau lanjut pulang ke penginapan. Awalnya kami ragu-ragu karena beberapa teman sudah kelaparan dan ingin kembali ke penginapan. Saya pribadi masih ingin lanjut snorkling, tapi suara gemuruh petir dan langit yang semakin mendung membuat kami memutuskan untuk kembali ke penginapan.
Kami melepaskan life-jacket dan menaruh alat-alat snorkling didepan penginapan kami. Dengan baju yang masih basah, kami melanjutkan agenda kami dengan bersepeda ke Pantai Pasir Perawan. Kami pun langsung menceburkan diri ke air dan berfoto-foto. Setelah puas dengan berbagai gaya, akhirnya kami memutuskan untuk mengisi perut kami. Mba Acik dan Dina yang sedari tadi terbayang-bayang makan indom*e di pinggir pantai akhirnya kesampaian juga. Kami mendatangi salah satu warung di pinggir pantai dan langsung memesan indomie goreng dan rebus plus kelapa muda. Alhamdulillah, nikmatnya tak dapat diungkapkan. Makan menu favorit kami dengan pemandangan pantai yang indah di hadapan kami. ^^
Setelah perut kenyang, kami memutuskan untuk kembali ke penginapan dengan mengambil jalan yang lebih jauh dari rute yang biasa kami lewati. Tujuannya hanya satu yaitu ingin mengeksplore Pulau Pari. Kami bersebeda sudah cukup jauh dari pantai. Pada saat kami mau memutar arah ke penginapan, kami mendengar salah seorang pengunjung berteriak ke temannya untuk bersepeda sampai ujung. Saya pun bertanya, 'apaka ada ujungnya?" Orang tersebut pun menjawab, "Ujungnya ada di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)". Saya bertanya lagi, "Bisa liat sunset ga mas disana?" Orang tersebut menjawab lagi, "Bisa, kalau masih ada." Saya pun menawarkan ke teman-teman untuk melihat sunset. Untunglah semua tertarik untuk mengejar sunset. Untuk melihat sunset, kami harus berjalan kami ke Dermaga LIPI yang terletak di bagian paling barat Pulau Pari. Mulut ini tak henti-hentinya mengucap Subhanalloh melihat keindahan sunset pada sore itu. Saya pribadi memang sangat menyukai sunset dan sunrise. Jadi saya merasa antusias untuk melihatnya.
|
Pantai Pasir Perawan yang tenang |
|
Ilalang disekitar Pantai Pasir Perawan |
|
Jalan menuju ujung dermaga cukup panjang dan hanya bisa dilalui 2 orang. Sehingga satu jalur untuk ke arah dermaga, dan satunya lagi untuk orang-orang yang kembali dari dermaga. Sunset sore itu benar-benar indah. Warna orange memenuhi luasnya langit dan pantulannya membuat lautnya juga berwarna orange. Karena kami khawatir pada saat kami sampai di ujung dermaga sunsetnya sudah hilang, maka kami memutuskan untuk berhenti di tengah-tengah perjalanan kami dan berfoto di pinggir pantai di sebelah jalan menuju dermaga. Semakin sore semakin orange warna langitnya dan semakin indah juga sunsetnya.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 18.30 WIB dan langitpun semakin gelap. Baju kami yang basah hampir setengah kering. Untunglah kami tidak masuk angin karena itu. Setibanya dipenginapan, antrian mandi pun disusun. Mba Arfie dan Mba Astrie mengajukan diri untuk menjadi urutan pertama. Saya, Mba Acik, dan Dina menunggu di luar. Tiba-tiba makan malam kami datang. Saya dan Mba Acik pun menyantap makan malam kami dahulu sambil menunggu antrian mandi. Menu malam ini cukup istiwewa. Ada cumi goreng tepung, sayur sop, sambel dan tak lupa kerupuk. Makanannya hoommeeyyy sekali. Entah karena kami yang sedang lapar atau memang rasanya enak. Kami pun makan dengan lahapnya. Tapi apapun alasannya, we liked the menu. ^^
Agenda kami pada hari pertama ternyata cukup menguras tenaga. Hal itu dibuktikan dengan teparnya saya dan teman-teman. Sehabis mandi, kami langsung rebahan di atas kasur di depan tivi. Mba Acik bahkan mungkin sudah tertidur sebentar. Sebenarnya, kami masih punya 1 agenda lagi malam ini yaitu Barbeque. Niat awalnya kami ingin proses bakar-bakar ikan dan cuminya. Tapi karena kami sudah kecapean, akhirnya kami hanya menunggu Mas Saman mengabari kami bahwa ikan dan cumi nya sudah siap untuk dihidangkan. Saya, Dina dan Mba Acik keluar dan mendekati tempat membakar ikan dan cumi. Dan ternyata benar, Mas Saman dan beberapa guide sudah selesai membakar ikan dan cumi. Saya dan teman-teman membawa jatah kami ke depan penginapan dan makan bersama disini.
Selanjutnya kami tidur-tiduran di depan tivi sambil menunggu Westlife-The Farewell Tour yang ditayangkan di salah satu TV swasta pada pukul 23.00 WIB. Ternyata kami semua penggemar beratnya Westlife kecuali Mba Arfie. Selesai menonton konser, kami beranjak untuk tidur. Mba Arfie dan Mba Astrie tidur di kamar sedangkan saya, Mba Acik dan Dina tidur di depan TV.
Well, that was our agenda in day 1. What a holiday!! Thanks Alloh SWT... :)
-Gayuh-