Pages

Sunday, December 29, 2013

Jakarta's Hidden Paradise #1

Obrolan ringan dengan teman-teman kantor siang itu tentang Kepulauan Seribu ternyata bukan hanya isapan jempol. Siang itu saya menyampaikan ke seorang teman bahwa saya ingin berlibur ke salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Keinginan tersebut muncul setelah melihat teman SMA saya mengunggah foto-foto liburannya pada media sosial di Pantai Pasir Perawan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Saya langsung jatuh cinta dengan putihnya pasir dan lautnya yang indah. Saya pun mencari 'pasukan' yang bisa diajak untuk berlibur kesana. Kebetulan pada liburan natal selama dua hari kali ini, saya tidak mudik. Munculah wacana untuk berlibur ke Pulau Pari bersama teman-teman kantor saya. Alhasil ada 5 orang termasuk saya yang fix bersedia untuk berlibur ke Pulau Pari. 

Saya pun mulai mencari travel agent yang terpercaya untuk membawa kami berlibur ke Pulau Pari. Beberapa travel agent yang saya hubungi rata-rata menawarkan paket yang sama, yaitu tiket kapal PP, sewa sepeda, sewa alat snorkling, kapal untuk snorkling, makan 3x, penginapan AC plus camera underwater. Singkat cerita, kami memilih Mba Mei sebagai travel agent kami. Harga yang ditawarkan sebenarnya cukup murah yaitu Rp 350.000,- per orang jika jumlah kami sebanyak 10 orang. Namun karena kami hanya berlima, maka harga yang ditawarkan pun lebih mahal yaitu Rp 500.000,-. Setelah semua setuju, kami membayar DP sebesar 50% ke Mba Mei pada hari Jumat tanggal 20 Desember 2013. Musim hujan yang sedang melanda Jakarta dan sekitarnya sempat membuat kami ragu. Namun, dengan tekad yang bulat dan iringan doa kepada Alloh SWT, kami pun mantap untuk berlibur ke Pulau Pari.
Hari Selasa, 25 Desember 2013 pukul 04.45 WIB, Mba Arfie bersama taksi pesanannya berangkat dari kosannya dan menjemput saya di kosan saya. Kami pun langsung berangkat menuju Pelabuhan Muara Angke, tempat dimana kapal yang mengangkut kami ke Pulau Pari berlabuh. Sementara itu, Mba Acik, Mba Astrie dan Dina berangkat dari arah yang berbeda dan menuju ke pelabuhan yang sama. Sekitar pukul 06.00 WIB, kami berkumpul di SPBU dekat pelabuhan untuk bertemu dengan Pak Jamal, orang yang akan mengantar kami ke kapal. Setelah semua berkumpul, kami pun diantar oleh asisten Pak Jamal menuju kapal yang mengantar kami ke Pulau Pari. Terdapat banyak kapal yang akan menuju pulau-pulau di Kepulauan Seribu. Kapal-kapal yang berada di pinggir dermaga sudah hampir dipenuhi penumpang. Perasaan sedikit kecewa pun melanda kami karena kami tidak bisa mencari tempat yang nyaman untuk duduk. Satu per satu kapal kami lewati. Ternyata kapal yang mengantar kami berada di paling luar dari dermaga. Kapalnya pun masih kosong. Akhirnya kami mencari tempat di atas untuk menghindari mabuk laut. Sambil menunggu penumpang lain, kami berfoto-foto di atas kapal. Terlihat sekali kegembiraan kami menyambut liburan kami kali ini. Mungkin karena jadwal yang padat di kantor akhir-akhir ini membuat kami ingin refresing melepas penat.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya kapal pun berangkat pukul 07.30 WIB. Perjalanan ditempuh dengan waktu kurang lebih 2 jam. Yeeeyyyyy,,, finally,, Pari Island!!!

Setibanya di Pulau Pari, kami disambut oleh Pak Firman, perwakilan dari travel agent kami. Kemudian, Pak Firman mengenalkan kami pada tour guide kami yaitu Mas Saman. Kami pun diantar ke penginapan kami yang berada persis dipinggir pantai dengan sepeda yang sudah siap di depan penginapan kami. Mas Saman menjelaskan sedikit tentang agenda kami siang itu dan mempersilahkan kami untuk istirahat sejenak sambil menunggu makan siang. Mba Arfie adalah orang yang paling rajin diantara kami. Dia sangat tidak tahan dengan kondisi rumah yang masih kotor dan lengket. Dia pun langsung menyapu dan mengepel lantai. Yang lain ikut membantu sedikit dengan doa. ^^

Okeeee,, rumah sudah bersih dan waktu masih menunjukkan pukul 10.00 WIB. Kami pun tak mau menyia-nyiakan waktu kami dengan berdiam diri di rumah. Sambil menunggu makan siang, kami memutuskan untuk berkeliling pulau dengan naik sepeda. Tujuan pertama kami adalah Pantai Pasir Perawan karena lokasinya sangat dengat dengan penginapan. Sebelum pintu gerbang pantai, kami melewati padang ilalang yang pastinya tidak akan kami lewatkan tanpa berfoto. Padang ilalang ini mengingatkan kami pada beberapa lokasi yang terdapat pada drama-drama Korea. Kami pun membayangkan adegan Song Hae Gyo dan Rain yang bersepeda dipinggir pantai di drama Full House. Kami pun berfikiran sama kalau ilalang ini cocok untuk foto pre-wedding. Aaahh,, khayalan kami sudah terlalu jauh tampaknya. Kami pun melanjutkan perjalanan kami ke pantai. Untuk masuk ke lokasi pantai, pengunjung dikenai tarif sebesar Rp 3.500,-. Dengan tarif semurah itu, pengunjung diijinkan keluar masuk pantai tanpa harus membayar lagi hanya dengan menunjukkan potongan tiket yang didapat tadi. Besoknya, kami tidak dikenakan biaya masuk alias gratis ke pantai karena sudah ditanggung travel agent kami.

Seperti namanya, Pantai Pasir Perawan benar-benar masih perawan karena kondisi pantai yang masih bersih dan belum banyak pengunjung. Kami benar-benar jatuh cinta dengan pantai ini. Pasirnya masih putih, airnya masih jernih dengan ombak yang sangat tenang. Pantai ini juga dikelilingi oleh hutan bakau yang membuat kami merasa seperti pantai pribadi kami. Anak-anak dan beberapa pengunjung dengan tenang berenang dan bermain pasir tanpa takut ada ombak. How I love this atmosphere so much. It was so calm, so peaceful and so cheerful.

Setelah puas berfoto-foto dan melihat-lihat sekeliling, tiba-tiba perut kami memerintahkan untuk kembali ke penginapan. Tak berapa lama, Mas Saman mengantar makanan kami. Menu kami kali ini ada nasi putih, sayur lodeh, ikan goreng, kerupuk, dan sambal. Tak lupa ada semangka sebagai desert kami. Makanan kami disajikan secara prasmanan. Kami makan di depan penginapan sambil memandangi laut luas di depan kami. Pengalaman yang jarang kami jumpai di ibukota. 


Setelah selesai makan, kami disuruh bersiap-siap untuk snorkling. Setelah ganti baju dan sholat dhuhur, kami pun siap untuk menikmati indahnya bawah laut di perairan Pulau Pari. I was so excited in snorkling. I was falling in love with the beautiful underwater in Wakatobi. I hoped underwater in Pulau Pari was as beautiful as in Wakatobi. But, unfortunately it wasn't. Setibanya di spot snorkling yang pertama, saya sedikit kecewa karena terumbu karang yang saya lihat tidak sebagus di Wakatobi. Namun, hal tersebut tidak membuat saya berhenti snorkling. Saya bersyukur masih ada ikan-ikan kecil lucu berwarna warni yang melintas di depan saya. Mas Saman meminta kami mengeluarkan roti yang kami bawa untuk diberikan kepada ikan-ikan. Alhasil, ikan-ikan pun berkumpul diantara saya dan teman-teman. Karena ada beberapa yang tidak bisa berenang, kami pun saling berpegangan saat snorkling. Kami tak henti-hentinya tertawa karena ulah kocak kami. Ada yang tidak bisa melawan arus, ada yang tidak bisa menggunakan goggle dan mask, serta banyak lagi kehebohan-kehebohan kami selama snorkling. 



Saya tidak melewatkan kesempatan untuk berfoto memegang karang (mungkin ini tren foto saat snorkling ^^). Saya pun melepas life-jacket saya dan berusaha menahan nafas selama beberapa detik untuk masuk lebih dalam ke bawah laut sambil memegang karang. Done!!! Foto andalan pun berhasil setelah beberapa kali mencoba. Saya kembali ke teman-teman saya untuk bersnorkling bersama.hehehe. Setelah lelah ber-snorkling dan bermain air, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke kapal dan istirahat sejenak di atas kapal sebelum melanjutkan agenda selanjutnya.


...to be continued...

-Gayuh-

No comments:

Post a Comment