Pages

Sunday, September 15, 2013

Diving, I'm in love!! #1

Yeyyyy,,, kali ini saya mendapat penugasan ke Kendari, Sulawesi Tenggara tepatnya pada bulan April 2013. Seperti penugasan-penugasan sebelumnya, saya pun mencari tahu potensi pariwisata di daerah yang akan saya kunjungi ini. Peribahasa "Sambil Menyelam Minum Air" tampaknya sesuai untuk setiap perjalanan dinas saya karena selain menunaikan tugas di daerah tersebut, biasanya disempatkan pula untuk mengunjungi salah satu objek pariwisata di sana. Tentunya ada syarat dan ketentuan yang berlaku. Pertama, pekerjaan telah selesai dengan cepat sehingga bisa dimanfaatkan untuk refreshing ke objek-objek wisata tersebut walaupun hanya satu hari. Kedua, objek pariwisata tersebut bisa dijangkau dengan mudah. Ketiga tergantung siapa ketua yang memimpin penugasan. Well, saya selalu berharap syarat dan ketentuan tersebut bisa dipenuhi ketika saya bertugas di luar daerah Jakarta.

Setelah tanya-tanya ke mbah google dan mengingat-ingat memori di otak, akhirnya muncullah Wakatobi di otak saya. Sebuah objek wisata yang mengandalkan keindahan bawah lautnya yang di klaim sebagai surganya para dive master. Saya sempat berharap bisa mengunjungi tempat ini pada saat pekerjaan bisa selesai lebih cepat. Dan ternyata Alloh mengizinkan saya dan tim untuk mampir walaupun hanya satu hari. Alhamdulillah.

Kesempatan ini sebenarnya sudah ditawarkan sejak pertama kali kami datang. Teman kantor kami di Kendari menawarkan untuk mampir ke Wakatobi karena ada paket pekerjaan yang harus kami lihat di Pulau Buton. Kata mereka tanggung kalau sudah sampe ke Buton tapi tidak mampir ke Wakatobi. Padahal kami harus menempuh empat jam perjalanan dari Pulau Buton ke Wakatobi dengan menggunakan kapal feri. Tapi karena kesempatan yang langka untuk ke Wakatobi, maka akhirnya kami setuju untuk mampir ke Wakatobi setelah pekerjaan di Pulau Buton selesai.


Hari Selasa tanggal 16 April 2013 pukul 12.00 WITA, kami berangkat ke Wakatobi dari Pelabuhan Murhum Kota Baubau di Pulau Buton. Ada sekitar 12 orang yang menemani kami ke Wakatobi. Salah satunya adalah Pak Bahrun, penduduk asli Wakatobi. Beliau-lah yang merekomendasi resort tempat kami menginap. Kami pun menginap di Patuna Resort yang berada di Pulau Wangi-wangi. Jadi Wakatobi adalah nama kepulauan yang terletak di sebelah tenggara Kota Kendari. Wakatobi sendiri singkatan dari Pulau WAngi-wangi, KAledupa, TOmia, dan BInongko. Selain 4 pulau besar ini, terdapat pula pulau-pulau kecil yang mengelilinginya. Semua pulau di Kepulauan Wakatobi mempunyai wisata bawah laut yang sangat indah. Namun kata Pak Bahrun, pulau yang menawarkan pemandangan bawah laut paling indah adalah Pulau Tomia. Sayangnya, pulau ini sudah dikelola oleh orang asing. Di Pulau Tomia, segala fasilitas sudah lengkap seperti resort-resort dan bandara untuk penerbangan langsung dari dan ke Bali. Satu lagi contoh lemahnya pemerintah dalam menjaga dan memajukan pariwisata yang kita miliki. Mendengar hal tersebut, saya merasa miris dan hanya bisa berdoa semoga tidak ada lagi objek-objek pariwisata yang dikelola oleh pihak asing.

Setelah hampir 4 jam berada di kapal feri, akhirnya kami sampai di Dermaga Mandati, Pulau Wangi-Wangi. Pulau ini merupakan gerbang menuju keindahan Wakatobi. Kami pun langsung menuju ke resort tempat kami menginap yaitu Patuna Resort. Perjalanan dari Dermaga Mandati menuju resort dapat ditempuh selama sekitar 30 menit. Sesampainya di resort, kami pun mengurus check-in dan pembagian kamar. Kesan pertama saya adalah I like the concept of the resort. Resort kami berada persis dipinggir pantai dengan konsep cottage berbentuk rumah panggung yang terbuat dari kayu. Jadi nuansa pesisir pantai nya begitu berasa. It's so traditional. Cocok sekali untuk refreshing dan rehat dari kehidupan kota. Walaupun pantai yang berada di pinggir resort bukanlah pantai dengan pasir putih yang lembut, tapi pantai ini mempunyai keindahan tersendiri. Air lautnya masih jernih sehingga warna gradasi dari biru muda sampai biru tua masih terlihat. Tidak hanya itu, setiap pagi kami bisa menikmati sunrise dari depan kamar cottage kami. Subhanalloh, i can't ask for more

Setelah hampir sekitar 30 menit mengurus check-in dan pembagian kamar, akhirnya kami menuju ke kamar kami masing-masing. Saya dan Mba Lasnita berada dalam satu kamar dan kami pun bergantian membersihkan diri dan istirahat sejenak sebelum makan malam. Kamar kami membelakangi pantai. Tapi terdapat balkon yang menghadap pantai sehingga bisa kami gunakan untuk melihat pantai atau sunrise. 

Kasuami
Malam ini kami makan malam di restoran hotel. Dengan menu yang sudah dipesan sebelumnya, kami pun bersama-sama menikmati hidangan malam itu. Ada yang spesial pada makan malam kali ini yaitu ada menu makanan khas Wakatobi. Orang-orang menyebutnya "Kasuami". Namanya cukup unik untuk saya dan teman-teman saya. Ternyata bukan hanya namanya yang unik, tapi rasa nya juga unik. Kasuami sendiri terbuat dari singkong. Saya tidak begitu paham tentang cara pembuatannya, tapi bentuknya hampir sama seperti ketan putih dengan tekstur yang beda. Ada dua jenis Kasuami, yang pertama teksturnya kering dan yang kedua agak kenyal. Rasanya hampir mendekati hambar. Oleh karena itu, kami disarankan memakannya bersamaan dengan lauk. Mungkin Kasuami sendiri bisa mengganti fungsi nasi bagi masyarakat di sana. 

Makan malam pun selesai, beberapa diantara kami masih ada yang mengobrol. Saya bersama Mba Lasnita, Mas Rifky dan Pak Nasrun memilih balkon restoran yang berada persis di pinggir pantai untuk mengobrol. Setelah hampir berjam-jam mengobrol ditemani semilir angin pantai malam itu, akhirnya kami memilih untuk beristirahat karena besok akan jadi hari yang menyenangkan. ^^



to be continued....
-Gayuh-
16042013

No comments:

Post a Comment