Sesampainya rumah, saya langsung membersihkan diri kemudian menemani Emir bermain. Akhirnya hari ini saat di kantor sedang longgar, maka saya baru membaca presentasi dan diskusi yang ada di grup. Kelompok 10 ini merupakan kelompok terakhir dalam rangkaian presentasi di game level 11 ini. Mereka mencoba mengangkat tema yang mungkin jarang dibicarakan yaitu "Pendidikan Fitrah Seksualitas oleh Single Mom".
Sebagaimana telah disampaikan oleh kelompok-kelompok sebelumnya bahwa fitrah seksualitas ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan anak pada Ayah dan Ibu. Ayah dan Ibu harus benar-benar mengambil peran dalam pendidikan seksualitas ini, mereka adalah kunci dari masa depan anak. Oleh karena itu jika Ayah dan Ibu ada disaat yang tepat, akan membangun kedekatan sesuai dengan kebutuhan anak disetiap rentang usia nya (0-2th, 3-6th, 7-10th, 10-14th) adalah menjadi suatu keharusan.
STRONG FROM HOME! Kelompok 10 menjelaskan bahwa dari Ayah dan Ibu lah anak-anak diberikan pendidikan bagaimana ciri-ciri lelaki sejati dan perempuan sejati, bagaimana seorang lelaki harus bersikap, bagaimana perempuan harus berperangai. Dari Ayah dan Ibu lah diceritakan kisah tentang kaum Nabi Luth yang dahulu di azab Allah sehingga takkan timbul kaum homoseksual.
Dari Ayah dan Ibu lah tercipta suasana menyenangkan saat bermain bersama, berbincang bersama, makan bersama sehingga anak meningkat rasa kasih sayang dan percaya dirinya, contoh terdekat dari keluarga Pak Dodik dan Ibu Septi.
Namun, di dunia ini ternyata Allah juga mentakdirkan seorang anak yang tidak memiliki orang tua yang lengkap, hanya Ibu atau Ayah saja.
Sebelum membahas lebih dalam, kelompok 10 mencontohkan rahasia kecil yang dimiliki keluarga Bu Septi dan Pak Dodik:
1. Anak-anak adalah jiwa yang merdeka, menghargai mereka adalah suatu keniscayaan
2. Anak-anak sudah diajarkan tanggung jawab dan praktek nyata sejak kecil melalui project. Seperti yang saya bilang tadi, di usia 9 tahun, anak-anak Ibu Septi sudah diwajibkan untuk punya project yang wajib dilaksanakan. Mereka wajib presentasi kepada orang tua setiap minggu tentang project tersebut.
3. Meja makan adalah sarana untuk diskusi. Di sana mereka akan membicarakan tentang ‘kami’, tentang mereka saja, seperti sudah sukses apa? Mau sukses apa? Kesalahan apa yang dilakukan? Oh ya, keluarga ini juga punya prinsip, “kita boleh salah, yang tidak boleh itu adalah tidak belajar dari kesalahan tersebut”. Bahkan mereka punya waktu untuk merayakan kesalahan yang disebut dengan “false celebration”.
4. Rasulullah SAW sebagai role model. Kisah-kisah Rasul diulas. Pada usia sekian Rasul sudah bisa begini, maka di usia sekian berarti kita juga harus begitu. Karena alasan ini pula Enes memutuskan untuk kuliah di Singapura, ia ingin hijrah seperti yang dicontohkan Rasulullah. Ia ingin pergi ke suatu tempat di mana ia tidak dikenal sebagai anak dari orang tuanya yang memang sudah terkenal hebat.
5. Mempunyai vision board dan vision talk. Mereka punya gulungan mimpi yang dibawa ke mana-mana. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat, mereka akan share mimpi-mimpi mereka. Prinsip mimpi: Dream it, share it, do it, grow it!
6. Selalu ditanamkan bahwa belajar itu untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari nilai
7. Mereka punya prinsip harus jadi entrepreneur. Bahkan sang ayah pun keluar dari pekerjaannya di suatu bank dan membangun berbagai bisnis bersama keluarga. Apa yang ia dapat selama bekerja ia terapkan di bisnisnya.
8. Punya cara belajar yang unik. Selain belajar dengan cara home schooling di mana Ibu sebagai pendidik, belajar dari buku dan berbagai sumber, keluarga ini punya cara belajar yang disebut Nyantrik. Nyantrik adalah proses belajar hebat dengan orang hebat. Anak-anak akan datang ke perusahaan besar dan mengajukan diri menjadi karyawan magang. Jangan tanya magang jadi apa ya, mereka magang jadi apa aja. Ngepel, membersihkan kamar mandi, apapun. Mereka pun tidak meminta gaji. Yang penting, mereka diberi waktu 15 menit untuk berdiskusi dengan pemimpin perusahaan atau seorang yang ahli setiap hari selama magang.
9. Hal terpenting yang harus dibangun oleh sebuah keluarga adalah kesamaan visi antara suami dan istri. That’s why milih jodoh itu harus teliti. Hehe. Satu cinta belum tentu satu visi, tapi satu visi pasti satu cinta
10. Punya kurikulum yang keren, di mana fondasinya adalah iman, akhlak, adab, dan bicara.
11. Di-handle oleh ibu kandung sebagai pendidik utama. Ibu bertindak sebagai ibu, partner, teman, guru, semuanya.
Fokus bahasan kali ini dikerucutkan pada Single Mom saja. Menjadi single mom adalah tantangan sekaligus keuntungan besar jika dipahami secara mendalam. Dikatakan keuntungan karena di sana terbentang amal yang sangat luas, karena seorang single mom juga harus mampu berperan sebagai ayah bagi anak-anaknya, dan dikatakan sebagai tantangan karena seorang ibu harus benar-benar mampu bertabah hati menghadapi segala keadaan yang kurang mengenakkan.
Dalam sejarah telah tercatat bahwa nama-nama besar tokoh intelektual Muslim justru hadir dari binaan seorang ibu sendiri. Sebut saja Imam Syafi’i dan Imam Bukhori. Keduanya menjadi ulama besar hingga kini justru karena dididik seorang diri oleh seorang ibu yang punya keteguhan keyakinan dan ketabahan dalam menghadapi penderitaan.
Walaupun single Mom, anak masih membutuhkan figur seorang ayah dalam mendidik anak-anak. Secara garis besar, figur ayah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
- Figur Seksual. Figur ini sangat dibutuhkan anak dan tidak tergantikan, figur yang bertanggung jawab untuk menumbuhkan fitrah seksual pada anak, memiliki tugas utama untuk memberi pengetahuan dan pengalaman kepada anak seputar seksualitas.
- Figur gender. Fitrahnya, setiap manusia memiliki dua sisi gender, yaitu maskulin dan feminin. Baik pria maupun wanita, masing-masing memiliki kemaskulinan dan kefeminimannya masing-masing. Tidak seperti figur seksual yang tak tergantikan dan harus diwakili oleh sosok pria dewasa, figur gender dapat diwakili oleh ibu.
Oleh karena itu, Ibu dapat menunjukkan sisi maskulinitasnya dengan cara mencontohkan anak untuk bertanggung jawab, mencari nafkah, menjadi tulang punggung, membuat keputusan dan lain-lain, untuk memenuhi kebutuhan anak akan sosok maskulin.
Menurut ibu Elly Risman, ketidakhadiran Ayah dalam kehidupan anak adalah faktor terciptanya generasi BLAST (Boring, Lonely, Angry, Stress and Tired).
😐 Bored, anak yang kerap merasa bosan dengan situasi dan lingkungan sekitarnya, misal karena terlalu banyak aktivitas di luar rumah (full day school, les ini itu).
😒 Lonely, anak yang seringkali sendirian di rumah, tidak ada teman berbagi bercerita bercengkerama karena ketidakhadiran sosok ayah ibu.
🤬 Afraid/Angry, anak yang memiliki temperamen pemarah atau penakut, sedih dan marah karena keadaan.
😥 Stressed, anak yang merasa tertekan dengan kondisi keluarga dan lingkungan sekitar Terlalu lelah dengan aktivitas dan kurang apresiasi dari ayah ibu.
😓 Tired, anak merasa lelah karena orangtua terlalu banyak menuntut dan kurang memeluk.
Dari pemaparan di atas, ketiadaan sosok ayah memiliki dampak yang luar biasa negative terhadap perasaan anak. Anak akan mengalami kesulitan dalam melakukan penyesuaian dalam banyak hal, baik penyesuaian pribadi, penyesuaian social, juga penyesuaian saat berada di sekolah. Dan dari sinilah mak, timbul anak-anak yang merasa rendah diri, yang jauh dari akhlak mulia, bahkan timbul kaum homoseksual, merebaknya pemakai narkoba, pelaku pornografi pornoaksi, meningkatnya kriminalitas, sampai kasus bunuh diri, semuanya berawal dari sini.
Walaupun single Mom, tapi bukan berarti anak-anak tidak bisa tumbuh normal dan bahagia. Berikut ada yang bisa single Mom lakukan demi masa depan cerah anak-anak:
- Pertama Jika ayah biologis tidak ada, ibu bisa menghadirkan sosok ayah untuk anak-anak dengan mencari sosok laki-laki dewasa yang bisa memberikan perlindungan kepada anak. Siapapun itu: kakek, om, kakak, tetangga, ustadz, pak guru, dll dsb. Sosok ini nantinya yang akan bertanggung jawab untuk menjadi figur seksual dan gender untuk memenuhi kebutuhan anak akan kedua figur tersebut. Nabi Muhammad SAW adalah sebaik-baiknya teladan dan beliau adalah seorang anak yatim? Yang perlu digarisbawahi pada pengasuhan Nabi Muhammad saw. adalah tentang beliau yang tidak pernah kehilangan sosok ayah. Saat ayahandanya meninggal, sosok ayah digantikan oleh kakek tercinta, Abdul Muthalib. Lalu, saat sang kakek meninggal, sosok ayah diperankan oleh paman tersayang, Abu Thalib.
- Kedua Ibu bisa menjadi role model bagi maskulinitas yang bisa ditiru oleh anak-anak kita. Yaitu dengan cara mencontohkan anak untuk bertanggung jawab, mencari nafkah, menjadi tulang punggung, membuat keputusan dan lain-lain, untuk memenuhi kebutuhan anak akan sosok maskulin.
- Ketiga Yang terpenting adalah adanya rasa pengakuan dan penerimaan bahwa kehidupan ibu dan anak-anak tidak ideal. Mungkin tidak seperti keluarga lain yang tinggal dalam satu atap dengan anggota keluarga yang lengkap. Tidak ideal, tapi bukan berarti buruk dan tidak bisa bahagia. Ingat ibu, ambillah keputusan yang konsekuensi paling mampu ibu jalani. Jangan memilih jalan yang dirasa tidak mampu ibu lewati. Berikan kasih sayang sebanyak mungkin, dengarkan saat anak bercerita, buat suasana aman nyaman, berikan anak pujian saat benar dan kritikan membangun saat salah, buatlah jadwal kegiatan bersama, dan yang paling penting dari semua ikhtiar adalah berdoa kepada Alloh, dan pasrah dengan hasil terbaik dari Alloh.
Demikian presentasi yang disampaikan oleh kelompok 10. Mudah-mudahan Allah mengaruniai kita dengan kemuliaan dan kebarakahan dalam keluarga kita. Semoga dari keluarga kita lahir keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaaha illallah. Keturunan yang hukmashabiyya rabbi radhiyyah, yang memberikan kesejukan mata dan ketenteraman jiwa di dunia hingga kelak di hari kiamat. Aamiin :“)
ikut meng-aamiin-kan doa indah ini: "Mudah-mudahan Allah mengaruniai kita dengan kemuliaan dan kebarakahan dalam keluarga kita" 🙏
ReplyDelete