Pages

Thursday, December 17, 2020

Emir Bisa Menulis Huruf Abjad

 Rabu, 16 Desember 2020


Hari ini saya masih jadwal WFO, sekitar pukul 12.25 WIB, ayah mengirim video via whatsapp. Ternyata setelah saya buka, video itu berisi tentang Emir sedang menulis huruf demi huruf sampai membentuk kata Ayah dan Bunda. Saya seketika amazed, heboh sendiri dikantor. Saya menecar ayah dengan pertanyaan "kok bisa?", "kok Emir mau nulis?", "siapa yang ngajarin?" dan sebagainya. Tetapi ayah hanya membalas seperlunya, membuat saya kepo sendiri. Saya lihat berkali-kali videonya. Emir benar-benar mau menulis. Dia menulis per hurufnya dengan melihat contoh yang ditulis ayah. Kata-kata yang baru bisa ditulis Emir adalah Ayah, Bunda, Safa, Mbah dan Eyang. 

Tak berapa lama berselang, Mbah Parkah pun mengirim foto berisi gambar hasil tulisan Emir. Mbah juga menyampaikan bahwa Emir mau menulis huruf. Saya pun senyum-senyum sendiri melihat gambar itu.


Sesampainya dirumah, saya langsung tanya ke Emir, "Emir pun saged nulis huruf nggih?, Coba Bunda lihat." Emir yang sedang menonton Upin Ipin pun hanya tersenyum. Sesaat kemudian dia mengambil spidol dan mulai menulis. Walaupun dia belum tau bagaimana pengucapan per hurufnya, tetapi ini merupakan suatu pencapaian Emir dalam hal tulis menulis. Saat ditanya, "Kata ini bacanya apa mir? (saat saya menunjuk kata Bunda, Ayah)" Dia menjawab, "Bunda dan Ayah". Wah ternyata dia hafal pengucapan per katanya. 

Kenapa saya concern sekali dengan pencapaian ini? Karena saat Emir memasuki usia 4 tahun, saya bingung kenapa dia belum tertarik belajar angka, huruf ABC, huruf hijaiyah. Padahal anak-anak dibawah dia sudah ada yang belajar huruf dll. Saya bukan ingin Emir bisa membaca huruf, angka dan hijaiyah. Saya hanya ingin setidaknya Emir tertarik untuk belajar ketiga hal itu. 

Sebenarnya saya sudah beberapa kali mengajarkan Emir mengeja huruf, angka dan hijaiyah dengan metode saya sendiri. Saya mengajari huruf per huruf. Saya mengajari ini A, B, ini 1, 2 dan ini Alif, Ba. Tapi Emir tidak tertarik, dia hanya suka di menit-menit awal. Selebihnya pasti sudah tidak fokus. Emir pun baru bisa mengetahui bentuk angka 1. Tapi ketika menghitung, dia sudah bisa mengetahui jumlah sampai angka 3. Untuk huruf hijaiyah, saat ini Emir hanya baru bisa mengeja huruf Alif saja. Alhamdulillah, kekhawatiran ini selalu diback up ayah. Ayah yang selalu menenangkan jika urusan calistung nanti ada saatnya Emir bisa. Jika sudah begitu, saya pun tenang. Tidak -membanding-bandingkan Emir dengan anak lain. Hanya ada sedikit kekhawatiran dari Eyang dan Mbah nya yang ingin Emir bisa calistung.

Walaupun saya tenang, bukan berarti saya diam saja. Saya mulai mencari tahu informasi apakah ada cara kekinian untuk mengajarkan anak senang belajar calistung. Saya sudah membaca bagaimana metodenya Okina Fitriani (penulis buku Enlighting Parenting) yang bisa mengajarkan anak usia 3,5 tahun bisa membaca. Dalam artikelnya, Okinaf menggunakan metode Gleen Dolman. Metode Glenn Doman adalah suatu metode belajar dengan bermain untuk menstimulasi otak agar berkembang lebih baik dengan menggunakan media berupa flash card dengan huruf ditulis warna merah dan menggunakan huruf kecil. Flash card merupakan kartu yang dilengkapi dengan kata-kata atau kata-gambar. Saya pun mencari apa itu metode Glenn Dolman. Setelah mencari tahu, ternyata ada flash card yang diproduksi dari metode ini dan sepertinya saya tidak sanggup membeli 1 paket flash card ini. Saya pun bertanya ke teman yang sudah mengajari anaknya membaca. Dia merekomendasikan untuk mencari tahu tentang metode Montessori yang di dalamnya ada hal-hal tentang membaca dan menulis. Plus dia juga memberi tahu akun IG beberapa praktisi montesori di Indonesia. Dan akhirnya saya membeli buku "Jatuh Hati pada Montesorri" karya Vidya Dwina Paramita dan "Islamic Montesorri-Inspired Activity" karya "Zahra Zahira", serta kartu seri membaca karya Zahra Zahira juga. Sebenarnya ada buku Zahra Zahira tentang mengajari anak membaca ala Montesorri, tetapi saya masih belum beli. Saya takut buku-buku ini tidak selesai. Jadi saya selesaikan dulu kedua buku ini.

Alhamdulillah, buku yang pertama sudah hampir selesai saya baca. Isinya bagus, bahasanya mudah dipahami sehingga saya cepat membacanya. Di dalamnya ada banyak bahasan, bukan tentang membaca saja. Tetapi ada bahasan khusus tentang membaca dan menulis yang sepertinya cocok dengan kondisi Emir pasca bisa menulis huruf ini. Dan ini yang membuat saya membuka buku ini lagi. Jadi di Montesorri itu ada Area Bahasa dan Literasi. Salah satu bahasannya adalah Writing Before Reading. Kenapa menulis dulu baru kemudian membaca? karena anak disebut mulai menulis ketika ia mulai mengeksplorasi alat tulis, kemudian membentuk beragam coretan. Nha saya pun jadi merenungi, kenapa ya Emir bisa langsung mengikuti cara menulis huruf-huruf itu. Padahal saya dulu harus dipegangi tangannya oleh orang tua saya, untuk diajari bagaimana menulis huruf. Hal pertama yang memang harus disyukuri pasti semua ini karena atas ijin Alloh. Nha wasilah Emir untuk sampai bisa menulis dengan hanya meniru contoh mungkin karena ikhtiar sebelumnya. Jadi memang sejak mengenal alat tulis (kertas, pensil, bolpoin, spidol, pensil warna, maupun crayon), Emir selalu minta digambarkan sesuatu yang dia suka. Dulu saat usia dibawah 2 tahun, Emir meminta kami untuk menggambar kipas. Kemudian ketika dia tertarik, dia memegang bolpoin sendiri dan mencorat coret dikertas tanpa ada pola khusus. Lama kelamaan, Emir pun bisa membentuk coretan melengkung dan membentuk seperti lingkaran. Semakin bertambahnya umur, Emir bisa membentuk garis, dan akhir-akhir ini ketika dibelikan spidol baru, Emir sudah bisa bikin pohon, awan, dan ikan hiu kecil dan besar. Nha, pasca bisa menggambar inilah kemudian, Mbah Parkah menulis kata Emir, dan tiba-tiba saja dia tertarik menulis huruf per huruf. 

Kalau kesimpulan ayah tentang ini, ya memang saat ini Alloh SWT ijinkan Emir bisa menulis huruf. Mungkin wasilahnya dari latihan corat coret sebelumnya. Baiklah,, apapun teori yang bisa disimpulkan dari Emir bisa menulis huruf, saya sangan bersyukur dengan progres apapun dari Emir. Walaupun ada sedikit rasa, 'Yah bukan saya yang melihat pertama Emir menulis'. Tapi tidak apa-apa. Rasa itu hilang setelah melihat langsung. 

Sekian dulu cerita tentang Emir hari ini. Insya Alloh nanti dilanjut cerita Safa ya...

No comments:

Post a Comment