Pages

Monday, June 25, 2018

"Menulis Cerita Lebaran"

Happy Eid Mubarak 1439 H everyone!!!

Alhamdulillah, lebaran tahun ini masih diberi kesempatan oleh Alloh SWT untuk mudik dan merayakan Idul Fitri bersama dengan keluarga. Bagi saya, mudik lebaran atau pulang kampung bukan hanya sekedar ingin bertemu dengan orang tua, mertua, saudara, ataupun dengan teman-teman disana. Lebih dari itu, mudik bagi saya merupakan momen untuk lebih bersyukur dan mengontrol nafsu duniawi. Kenapa? Karena saya melihat kehidupan masyarakat desa di sekitar rumah orang tua yang masih sederhana. Saya yang ketika di Depok sering tergoda nafsu duniawi seperti ingin membeli mobil, ingin liburan ke tempat-tempat tertentu atau ingin membeli produk-produk elektronik tertentu, seketika langsung tertegun ketika dihadapkan pada kehidupan masyarakat desa disini. Astaghfirulloh, betawa banyak sekali keinginan yang tidak penting yang menghinggapi pikiran saya. Padahal disini, sebagian masyarakatnya yang kurang mampu hanya berfikir bagaimana mereka menyambung hidup untuk makan sehari-hari mereka. Dari sini pun, ada perasaan syukur yang lebih mendalam betapa Alloh SWT begitu baik pada saya. Alloh SWT masih memudahkan saya dan suami dalam mencari rejeki, menempatkan saya dan suami pada lingkungan yang baik, anak yang lucu dan keluarga yang saling menyayangi. Maka bagi saya, momen mudik lebaran ini seharusnya membuat saya lebih baik lagi dan lebih banyak bersyukur kepada Alloh SWT yang dapat ditunjukkan dengan lebih banyak memberi kepada mereka yang membutuhkan. Karena bisa saja di dalam rejeki kita ada rejeki orang lain yang dititipkan melalui kita.

Momen mudik lebaran lainnya yang saya rasakan kemarin adalah saya menyadari bahwa betawa waktu berjalan begitu cepat. Banyak sekali wajah-wajah yang berubah yang ketika saya mulai merantau orang tersebut masih kecil, sekarang sudah remaja. Ada yang waktu itu masih ibu-ibu/bapak-bapak, sekarang sudah mulai lanjut usia. Seketika pun saya menyadari bahwa mulai ada kerutan di wajah Bapa Mama, kulit yang tak sekencang dulu dan rambut yang mulai memutih. Ya Alloh, betapa cepat waktu berlalu sampai banyak sekali wajah-wajah baru di desa ini. Kemudian ada hal yang terlintas di benak saya, apakah semakin lama desa ini akan menjadi asing bagi saya? Saya pun berdoa semoga sampai kapanpun saya pulang kesini, saya akan selalu merasa "pulang" kehangatnya cinta yang Ibu berikan. Karena kenangan masa kecil saya tak akan pernah terlupakan.

Momen mudik lebaran ini merupakan momen untuk berkumpul bersama keluarga. Ini adalah lebaran keempat saya menjadi istri. Oleh karena ini, ada pembagian jumlah hari tinggal di rumah saya dan rumah suami dalam momen mudik ini. Sholat Eid kali ini saya lakukan dirumah mertua. Alhamdulillah Alloh SWT memberikan momen lebaran yang berbeda dari 26 tahun lebaran di rumah saya sendiri. Jadi saya bisa merasakan suasana lebaran yang berbeda. Setelah sholat Eid, kami saling mengunjungi dan bersalam-salaman. Momen yang paling mengharukan adalah momen sungkem kepada suami. Menyadari bahwa sebagai seorang istri pastilah banyak kekurangan. Sehingga saya memohon maaf sebesar-besarnya atas kekurangan saya sebagai istri. Selesai sungkeman dengan mertua dan adik-adik, kami pun mengabadikan momen lebaran kali ini dengan berfoto. Alhamdulillah.

Demikian momen mudik lebaran saya dari cerita yang mengharukan sampai momen bahagia berkumpul dengan keluarga. Taqabbalallahu minna wa minkum. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga Alloh SWT mempertemukan kita dengan Ramadhan dan Lebaran selanjutnya. aamiin

Senin, 25 Juni 2018
Gayuh Alviana Azmi

No comments:

Post a Comment