Sabtu, 7 Februari 2014. Pukul 19.30 taksi pesanan saya sudah datang menjemput saya di kosan. Taksi yang saya pesan untuk mengantar saya ke Stasiun Gambir sudah datang 15 menit lebih awal. Padahal saat taksi datang, saya dan Kiki sedang membeli makan malam di depan kompleks. Akhirnya saya menyuruh supir taksinya menunggu sembari saya makan. Sebetulnya saya masih dalam program diet, tapi karena perut lapar, akhirnya saya pun membeli makan malam. Selain itu, saya ingin merasakan moment makan malam bareng Kiki di kamarnya plus ngobrol karena mungkin saja setelah ini, saya sudah tidak bisa makan bareng Kiki di kamarnya karena sudah tinggal bersama suami. Ya begitulah saya, melow lagi kan jadinyaa. :(
Well, malam ini tepatnya pukul 20.40, saya akan pulang ke kampung halaman saya di Kecamatan Sokaraja untuk melangsungkan pernikahan dengan Fajar Zaki Al Faris pada hari Sabtu tanggal 14 Februari 2014 (bukan karena valentine). Pulang kali ini saya tanpa didampingi calon suami. Karena perbedaan jumlah cuti, saya pun bisa pulang terlebih dahulu. Dengan menggunakan kereta Taksaka, saya berangkat dari Stasiun Gambir. Karena takut terjebak macet, saya pun pesan taksi untuk menjemput saya sekitar pukul 19.30 WIB. Sekitar pukul 19.15, taksi burung biru sudah datang di kosan saya. Setelah menyelesaikan makan malam saya, saya bergegas ke kamar saya untuk mengambil barang-barang yang sudah siap saya bawa. Malam itu saya membawa 1 buah koper besar,1 buah ransel besar dan 1 buah kardus. Saya pun berpamitan dengan teman satu lorong, mba-mba penjaga kosan, dan beberapa teman di lorong sebelah. Ah, saya sudah berasa mau pindah. Saya sudah melow membayangkan saat ini adalah saat-saat bersama mereka sebelum saya pindah. Mereka pun mengantar saya sampai depan kosan, kecuali Kiki. Dia mengantar saya sampai saya naik taksi. Saat itu saya sudah berkaca-kaca. Rasanya air mata ini sudah tidak bisa dibendung lagi untuk keluar. Saya pun berpamitan dengan Kiki, bersalaman dan bercipika-cipiki sambil bilang 'sampai jumpa ya ki, aku masih kekosan kok besok-besok.' Kiki pun tak lupa mendoakan semoga persiapan dan acara saya berjalan dengan lancar. Sampai jumpa di hari Sabtu di rumah saya ya Ki dan teman-teman kambal 15. Semoga perjalanan kalian menutu Purwokerto lancar dan tidak ada kejadian-kejadian yang aneh ya. Aamiin
Selama di perjalanan saya isi dengan chatting dengan cami (calon suami,red). Seperti biasa dia menemani saya dari kejauhan. Ya daripada saya bengong kan. hehe. Akhirnya sekitar pukul 02.00 WIB, saya mendarat dengan aman di Stasiun Besar Purwokerto tercinta. Alhamdulillah, Bapa Mama sudah berada di stasiun untuk menjemput putri tercintanya ini. Sesampainya di rumah, saya membersihkan badan terlebih dahulu sebelum tidur. Melihat kasur ini jadi berfikir hanya tinggal beberapa hari saja saya tidur sendirian di kamar ini. Setelah tanggal 14 in syaa Alloh sudah ada yang menemani tidur. hihihi. Ada haru ada senang. Ya begitulah hidup. Waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 03.00 WIB. It's time to sleep.
Besok paginya, eh bukan, maksudnya pagi ini saya bangun agak siang. Mungkin karena dikereta kurang tidur jadi kekurangannya dirapel pagi ini. Ternyata pagi ini di rumah sudah mulai rame. Beginilah yang saya suka. Hidup di desa dengan kekerabatan yang masih erat membuat jiwa tolong-menolongnya juga masih kental. Hari ini ternyata jadwalnya Bapak mau bagi undangan. Karena ada hampir 1500 undangan yang disebar, maka Bapak meminta tolong ke beberapa orang untuk membantu membagi undangannya. Sodara-sodara dari Bapak Mama juga sudah datang untuk bantu-membantu di rumah. Undangannya dipisahkan berdasarkan lokasi. Jadi Bapak meminta tolong orang-orang di masing-masing lokasi untuk membagi undangan. Bapak juga meminta staf nya di sekolah untuk mencetak nama-nama di label undangan dan sekaligus menempelkannya. Karena ada beberapa yang salah cetak, saya membantu untuk mencetaknya lagi di rumah. Untung saya punya template untuk label undangan saya yang dibuat oleh teman kantor saya. Jadi saya tinggal mengganti nama-nama yang sudah saya ketik dengan nama-nama di undangan Bapak dan Mama yang salah.
Kesibukan lain yang sudah mulai terlihat di rumah saya adalah memasang tarub di sebelah timur rumah saodara yang bersebelahan dengan rumah saya (rumahnya deket-deketan) untuk dijadikan tempat masak dan tempat mencuci piring. Para tetangga dekat, sodara wanita dan nenek sudah ikut membantu memasak untuk orang-orang yang memasang tarub dan yang membagi undangan. Rasanya senang sekaligus haru. Bersyukur sekali pada Alloh saya hidup dilingkungan seperti ini. Lingkungan yang masih saling kenal satu sama lain, masih kental kekerabatannya, masih saling tolong-menolong dan yang pasti kami jika ada yang sedang mempunyai hajatan atau musibah, orang-orang desa tidak segan-segan untuk datang menolong. Hal ini yang saya tidak temukan ketika saya hidup di ibukota.
Hari-hari setelah hari ini sudah semakin ramai. Hari Selasa, tanggal 10 Februari 2015, tarub utama yang di pasang di depan rumah sudah mulai dipasang. Sekiar pukul 10.00 WIB, orang-orang dari ABID Tarub sudah mulai datang. Karena saya mengalah untuk mengadakan hajatan dirumah (sebelumnya saya ingin di gedung, tapi Mama ingin di rumah), maka Bapak meyakinkan saya bahwa dirumah pun bisa di buat konsepnya seperti di gedung. Berdasarkan request saya tersebut, Bapak, yang mempunyai profesi tambahan sebagai MC di pernikahan, mempunyai banyak referensi tentang vendor-vendor untuk acara pernikahan. Akhirnya dipilihkan ABID Tarub yang dirasa bisa menyediakan tarub yang sesuai dengan request saya. Benar saja, tarub yang dipasang menjulang tinggi dan panjang sampai ke depan rumahnya Mbah saya. Oiya, karena rumah saya tidak memiliki halaman, maka atas ijin Kepala Desa, jalan depan rumah saya boleh di tutup dan dialihkan melalui jalan lain. Tarub pun dipasang di jalan depan rumah saya. Panjangnya sekitar 8 m dengan pelaminan ada di sebelah barat rumah dan menghadap ke timur (rumah saya menghadap ke selatan).
Ternyata memasang tarub ini tidak cukup hanya dalam satu hari saja. Apalagi hari pertama memasang tarub, hujan turun beberapa kali. Sehingga saat hujan, orang-orang yang memasang tarub menghentikan pekerjaannya dan meneduh. Hari ini pemasangan tarub hanya sampai sekitar pukul 21.00 WIB. Pemasangan dilanjutkan keesokan harinya, yaitu hari Rabu tanggal 11 Februari 2015 sekitar pukul 08.00 WIB. Tarubnya sudah terpasang sampai ke atapnya. Sepertinya tinggal menghias dan menutupi beberapa bagian yang perlu ditutupi. Pemasangan hari ini terus dilanjut sampai dini hari, Hari Kamis tanggal 12 Februari 2014 pukul 05.00 WIB. Bapak saya dan beberapa tetangga juga ikut-ikutan begadang untuk ikut mengontrol dan menyediakan makanan, minuman dan rokok untuk orang-orang yang memasang tenda. Padahal saya sudah tertidur pulas malam ini.hehe.
Keesokan harinya, ketika sekitar habis subuh saya keluar rumah, saya terpana melihat tarub yang sudah 80% jadi. Hiasan atap tarub yang dipasang dengan kain warna putih pink sudah terpasang indah dengan hiasan bunga buatan di tengah pertemuan kain-kain ini. Ada dua bunga yang terpasang. Tarub ini juga dipasang sampai ke halaman rumah tetangga di depan rumah saya. Dengan kerelaan hari tetangga saya, rumah mereka pun ditutup dengan kain putih untuk menambah kerapian tempat hajatan pernikahan saya. Saya pun berkeliling dan mengambil foto tarub yang sudah terpasang. Setelah berkeliling dan melihat-lihat, saya pun baru menyadari kalau ada tarub yang kurang. Jadi, karena ada rombongan kantor yang akan datang dari Jakarta dan jumlahnya tidak sedikit, maka saya meminta Bapak untuk menambah tarub yang dipasang di sebelah timur rumah saya (tepatnya di halaman Wa Kasem). Namun, ketika Bapak meminta tambahan tarub untuk di samping rumah saya, pihak ABID Tarub tidak menyanggupinya. Saya pun mulai panik dan merengek-rengek ke Bapak. Soalnya saya menginginkan disamping timur rumah saya itu dijadikan ruang VIP untuk teman-teman saya dari Jakarta. Sehingga mereka tidak harus buru-buru pergi jika ada tamu-tamu yang berdatangan. Akhirnya saya memberikan ide ke Bapak untuk mencari penyedia tarub lain yang bisa memasang tarub di samping rumah. Alhamdulillah atas restu Alloh, Bapak bisa mendapatkan penyedia jasa tarub yang sanggup memasang tarub di samping rumah saya. Penyedia jasa tarubnya berasal dari Pamijen (desa sebelah). Ini juga didapat karena bantuan dari Pak Lik saya yang berasal dari Pamijen juga. Bapak hanya request tema dekorasinya putih pink. Alhamdulillah lagi, mereka punya warna yang sama pink nya. Terima kasih Yaa Alloh, semua atas ijinMu.
Pemasangan tarub sudah hampir 100% selesai. Siang hari nya orang dari ABID Tarub kembali datang untuk menyelesaikan printilan-printilan yang belum selesai, lebih ke merapikan kain-kain penutupnya. Tarub tambahannya juga bisa selesai dalam satu hari. Alhamdulillah, saya dan keluarga sudah mulai fokus ke inti acara yang dimulai Kamis ini. Bismillah,, semoga semuanya lancar. aamiin yaa rabbal'alamin....
-Gayuh-