Pages

Sunday, November 25, 2012

Kuliah Sore Bareng Babeh


Pada suatu sore, hari ketiga libur panjang di rumah diisi dengan mendengarkan ceramah singkat dari Ayah tercinta. Kebetulan anggota keluargaku udah full team. Adek yang sedang KKN pun sudah kembali ke rumah. Jadi saat tiba-tiba semuanya berkumpul di depan televisi, tiba-tiba pula Babeh menceritakan sebuah cerita. Bukan cerita dongeng pastinya, tapi sebuah kisah nyata yang di dalamnya tersirat sebuah pesan. Babeh menceritakan bagaimana kita harus siap terhadap perubahan jaman. Mungkin Babeh nggak bilang secara eksplisit mengenai pesan tersebut, tapi itu hasil dari interpretasiku sendiri. 

Dimulai dari cerita seorang Bidan di kompleks rumahku yang awalnya ramai dikunjungi oleh masyarakat untuk berobat atau bersalin. Namun tahun berganti tahun, muncullah pemudi-pemudi yang berprofesi sebagai Bidan. Maka, masyarakatpun mempunyai pilihan dimana tempat untuk bersalin dan berobat. Pada titik inilah Bidan yang pertama harus siap terhadap persaingan dengan munculnya Bidan-bidan baru tersebut. Bidan yang lama harus mempunyai strategi untuk bersaing dengan Bidan-bidan baru tersebut. Namun pada kenyataannya, Bidan yang pertama kurang sigap terhadap kondisi ini. Apa yang terjadi, Bidan yang pertama terkesan 'memusuhi' Bidan-bidan baru tersebut atau bahkan dia terkesan tidak bersimpatik kepada warga masyarakat yang tidak memakai jasanya. 
Dari cerita tersebut Babeh mengingatkanku dan adekku bahwa hidup itu selalu dinamis, selalu bergerak dan selalu berubah. Karena hal yang sudah pasti tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. *kalau ini aku copast dari iklan sebuah televisi :)

Babeh mengingatkan kami kalau pada saat tertentu kami memegang kendali akan sesuatu, maka kami juga harus siap kalau kendali tersebut akan lepas karena ada pihak lain yang mengambilnya. Contohnya beberapa tahun lalu saat handphone belum populer, kami mempunyai sebuah warung telepon di rumah kami. Bisa dibilang wartel ini adalah wartel satu-satunya di desa kami. Pada saat itu semua orang yang membutuhkan jasa telekomunikasi, bisa datang ke wartel kami. Masyarakat juga bisa memakai jasa wartel kami untuk menerima telepon dari luar negeri karena beberapa masyarakat ada yang mengadu nasib di luar negeri sebagai TKI. Seiring berkembangnya waktu, handphone pun mulai populer di kalangan masyarakat. Pada akhirnya, telepon rumah sudah mulai ditinggalkan karena hampir semua orang bisa memiliki handphone. Disaat ini pula, provider dari telepon rumah kami tiba-tiba memberitahu kami bahwa mereka harus mencabut jaringan telepon rumah kami karena ada masalah jaringan di daerah kami. Akhirnya dengan dua alasan tersebut, usaha wartel kami harus ditutup karena jasa kami sudah tidak digunakan lagi. Pada saat itu kami tidak menyalahkan orang-orang yang sudah memakai jasa kami atau provider telepon rumah. Babeh dengan ikhlas menutupnya dan menerima bahwa inilah perkembangan jaman yang tidak bisa kita kendalikan.

Pelajaran yang bisa aku ambil dari 'kuliah sore' bareng Babeh kali ini adalah harus selalu siap dengan perubahan yang terjadi. Kita tidak harus menghindari perubahan tetapi harus mempunyai strategi untuk menghadapinya sehingga kita tidak akan tertinggal. Dari cerita Babeh, aku menangkap bahwa Beliau ingin menanamkan pada anak-anak nya agar selalu ikhlas dan tidak menyalahkan orang lain apapun yang terjadi kepada kami. Tiba-tiba dalam hati yang terdalam, rasa bangga mempunyai Babeh seperti ini menghinggapiku. Terima kasih untuk cerita sore ini. Thanks Alloh SWT for giving me a chance to be his daughter. My father is the best father ever for me and my brother. He is my best adviser and partner for discussion. Love you as always, Babeh. :*


-17112012-
-Gayuh-

No comments:

Post a Comment