Pages

Tuesday, October 9, 2012

West Borneo and The Story Behind.... #2

Tibalah saatnya pemeriksaan lapangan. Karena paket pekerjaan yang akan kami liat lokasinya jauh dari satu paket ke paket yang lainnya, akhirnya ketua tim kami membagi kami menjadi tiga tim. Saya bersama senior saya melihat paket pekerjaan ke arah timur Kalbar dan dilanjut ke arah utara yaitu Kabupaten Sintang dan Kabupaten Bengkayang. Ada lima paket pekerjaan yang kami liat. Namun, antara lokasi satu dan yang lain harus ditempuh berjam-jam dengan jalur darat. Alhamdulillah pemeriksaan lapangan kali ini saya kebagian tempat yang bisa ditempuh dengan jalur darat. Hari pertama kami melihat dua paket pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan perkuatan tebing wilayah sungai di Kabupaten Landak dan Sekadau. Kemudian bermalam di Sintang untuk melihat satu paket pengamanan banjir keesokan harinya. Kemudian kami lanjut ke Kabupaten Bengkayang dengan menempuh perjalanan kurang lebih 11 jam. Di tengah jalan menuju Bengkayang, kami berubah personil. Orang yang mengantar kami ke Sintang berbeda dengan yang mengantar kami ke Bengkayang. 
Perjalanan panjang malam kedua kami diisi dengan topik yang masih sama dengan perjalanan kami malam sebelumnya. Sepanjang jalan, kami membicarakan soal konflik yang beberapa tahun lalu muncul di bumi khatulistiwa ini. Konflik antar suku yang melibatkan suku Dayak dan Madura yang benar-benar menggoncang keamanan dan situasi di sini. Beruntung sekali pada saat kami kesini, konflik tersebut sudah menjadi sejarah. Dari salah satu pengantar kami, diceritakan pula kalau ada satu lagi konflik antar suku yaitu antara suku Madura dan Melayu yang memakan korban ratusan manusia. Bulu kuduk saya merinding sepanjang perjalanan. Apa yang mereka ceritakan lebih mengerikan dari yang saya dapat dari media. Benar-benar detail dari kronologis, penyebab dan akibat yang terjadi. Sungguh sangat disayangkan mengapa konflik antar suku seperti ini sering terjadi di Indonesia.
Dari cerita tersebut, terlintas di benak saya bahwa ternyata keberagaman suku dan budaya di Indonesia bukan menjadi sesuatu yang layak untuk kita banggakan kalau masing-masing dari kita tidak bisa menghormati keberadaan dan kepentingan orang lain yang beda suku dan budaya. Terlepas dari siapa yang salah dan siapa yang memulai konflik tersebut, hal ini lebih terjadi karena (mungkin-menurut saya) masih terdapat sifat chauvinisme atau paham yang mengganggap suku atau daerah kita yang paling bagus disamping sifat egois dan emosional yang mungkin bisa jadi faktor pemicu juga. Selain itu, ada pula yang mengartikan paham tersebut sebagai pengkerdilan pemikiran yang akhirnya tercipta diskriminasi didalam hubungan yang mengakibatkan timbulnya konflik. Entahlah, apa penyebab dan siapa yang memulai mungkin bukan suatu hal yang penting sekarang. Yang penting sekarang konflik sudah selesai dan semoga tidak akan terulang kembali.
Tiba-tiba saya membayangkan slangkah indahnya memang kalau tidak ada konflik antar suku, budaya, ras, dan  agama at di negeri yang memiliki berbagai macam suku, budaya, ras, dan agama. Betapa damainya membayangkan hidup berdampingan bersama-sama tanpa memandang suku, budaya, ras dan agama. Marilah kita bersama-sama bersikap saling menghormati antara satu dan lainnya dan bersatu menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya akan perbedaan dan keramahan. No more conflict, no more victim.
Akhirnya cerita tersebut terhenti saat kami melihat plang hotel tempat kami akan menginap sudah di depan mata. Tak terasa, kami sudah sampai di hotel di Kabupaten Bengkayang. Kami harus bermalam disini sebelum kembali melakukan pemeriksaan lapangan keesokan harinya. Thank you for the story during the trip. Let's pray for a better Indonesia!!!

30-09-12
02-10-12

_Gayuh_


No comments:

Post a Comment