Ada cerita lagi dalam perjalan kami menuju hotel di Bengkayang. Yang paling mengharukan dari perjalanan malam itu dari Derit
menuju Bengkayang adalah salah satu orang satker Pontianak yang ikut
kami dalam survey lapangan, tiba-tiba mendapatkan telp dari saudaranya.
Keadaan yang tadinya dipenuhi canda tawa dan obrolan seru tiba-tiba berubah
menjadi hening dan hanya terdengar tangis dari si penerima telepon tadi.
Mas eko namanya, dia disuruh secepatnya kembali ke Jakarta karena
tiba-tiba kondisi ayahnya yang sedang dirawat dirumah sakit karena
penyakit jantung, tiba-tiba masuk ICU dan sudah tidak sadarkan diri.
Kebetulan
malam ini, Mas Eko yang menyetir mobil. Dengan kondisi Mas Eko yang
demikian, maka mobil berhenti di tengah perjalanan kami agar dia bisa
menerima telepon dengan tenang. Keadaan semakin hening dan haru dengan
gelapnya dan sepinya jalan malam ini. Kami berada di tengah perjalanan dengan hutan disebelah kanan dan kiri kami. Kondisi jalan sangat sepi dengan hanya sesekali kendaraan lain lewat dan tidak adanya penerangan jalan.
Mobil yang kami bawa hanya satu, maka saat itu tidak memungkinkan untuk Mas Eko kembali langsung ke Pontianak karena tim kami juga harus melanjutkan survey lapangan keesokan harinya. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke Bengkayang untuk menginap di hotel sebelum melanjutkan perjalanan ke proyek besoknya. Sedangkan Mas Eko kembali ke Pontianak dengan menggunakan taksi pada pukul 22.00 dari hotel.
Sepanjang perjalanan dari pemberhentian mobil kami tadi, saya langsung teringat dengan orang tua saya di rumah. Mas Eko yang orang tua nya di Jakarta, sudah hampir 3 tahun tidak kembali ke rumah. Yang membuat dia sangat sedih dan menyesal adalah kepulangannya kali ini untuk melihat kondisi ayahnya yang sudah tidak sadarkan diri. Dari sini saya langsung berfikir beruntungnya saya yang masih diberi kesempatan bisa pulang ke Purwokerto mengunjungi orang tua saya lebih dari sekali dalam satu tahun.
Dalam hati saya terus berfikir bahwa, kita tak akan pernah tau apa yang akan terjadi satu jam yang akan datang bahkan satu menitpun kita tak bisa tau. Beberapa jam yang lalu, saat memulai perjalanan dari Derit, Mas Eko adalah orang yang paling ceria dan kocak diantara kami. Bahkan saat di dalam mobil pun, dia yang membuat perjalanan kami menjadi ramai. Tapi berita yang dia dapat secara tiba-tiba bisa merubah orang yang paling ceria tersebut menjadi orang yang paling sedih dan merana.
Mobil yang kami bawa hanya satu, maka saat itu tidak memungkinkan untuk Mas Eko kembali langsung ke Pontianak karena tim kami juga harus melanjutkan survey lapangan keesokan harinya. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke Bengkayang untuk menginap di hotel sebelum melanjutkan perjalanan ke proyek besoknya. Sedangkan Mas Eko kembali ke Pontianak dengan menggunakan taksi pada pukul 22.00 dari hotel.
Sepanjang perjalanan dari pemberhentian mobil kami tadi, saya langsung teringat dengan orang tua saya di rumah. Mas Eko yang orang tua nya di Jakarta, sudah hampir 3 tahun tidak kembali ke rumah. Yang membuat dia sangat sedih dan menyesal adalah kepulangannya kali ini untuk melihat kondisi ayahnya yang sudah tidak sadarkan diri. Dari sini saya langsung berfikir beruntungnya saya yang masih diberi kesempatan bisa pulang ke Purwokerto mengunjungi orang tua saya lebih dari sekali dalam satu tahun.
Dalam hati saya terus berfikir bahwa, kita tak akan pernah tau apa yang akan terjadi satu jam yang akan datang bahkan satu menitpun kita tak bisa tau. Beberapa jam yang lalu, saat memulai perjalanan dari Derit, Mas Eko adalah orang yang paling ceria dan kocak diantara kami. Bahkan saat di dalam mobil pun, dia yang membuat perjalanan kami menjadi ramai. Tapi berita yang dia dapat secara tiba-tiba bisa merubah orang yang paling ceria tersebut menjadi orang yang paling sedih dan merana.
Pada pukul 24.00 WIB, kami mendengar kabar kalau ayahnya Mas Eko sudah pulang ke Rahmatulloh. Mungkin dalam perjalanan menuju Pontianak, Mas Eko juga sudah mendengar kabar ini dan pastinya rasa sedih dan menyesal lebih menghinggapi dia. Dia tidak bisa sampai ke Jakarta pada saat ayahnya masih hidup. Tapi apapun yang dia rasakan, memang inilah takdir dari Alloh SWT. Yang harus dilakukan adalah ikhlas dan pasrah menghadapi ini semua. Semoga Mas Eko dan keluarga di beri ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi ini.
Cerita ini menjadi renungan saya karena saya juga berada jauh dari orang tua. Betapa kematian orang yang kita sayangi bisa merenggut kebahagian dan keceriaan kita saat itu juga. Betapa penyesalan karena jarang mengunjungi orang tua itu selalu datang terakhir. Tapi itulah hidup. Kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang bisa kita lakukan hanya berbuat sebaik-baiknya saat ini sehingga ketika kematian menjemput kita atau orang yang kita sayangi, setidaknya kita sudah sedikit siap untuk menerima itu.
Marilah kita membahagiakan dan menyayangi kedua orang tua kita selagi kita masih diberi kesempatan untuk bersama mereka. Marilah kita luangkan waktu sejenak untuk setidaknya menjenguk mereka dan berkumpul bersama mereka.
Marilah kita membahagiakan dan menyayangi kedua orang tua kita selagi kita masih diberi kesempatan untuk bersama mereka. Marilah kita luangkan waktu sejenak untuk setidaknya menjenguk mereka dan berkumpul bersama mereka.
Luv my parents as always!
-01102012-
-Gayuh-